Oleh : Andi Hendra Dimansa*
Klan dapat diartikan sebagai kelompok kerabat yang terikat sebagai perangkat organisasi dalam masyarakat tradisional. Hal tersebut, dapat dijumpai dengan istilah patrilineal (didasarkan atas garis keturunan ayah), matrilineal (didasarkan atas garis keturunan ibu) dan parental (didasarkan atas garis keturunan ayah dan ibu). Dalam perkembangan politik modern dan pelaksanaan pemilihan kepala daerah di Indonesia telah melahirkan klan-klan politik.
Asapa salah satu klan yang telah mewarnai kehidupan perpolitikan di Sinjai, setidaknya dari 2003 saat masih pemilihan lewat DPRD Andi Rudiyanto Asapa berhasil keluar sebagai pemenang. Andi Rudiyanto Asapa menjadi klan Asapa yang berhasil membangun fondasi kekuatan dan pengaruh baik di kalangan birokrasi maupun masyarakat di akar rumput.
Kepemimpinan Andi Rudiyanto Asapa yang dianggap sukses dan berhasil menunjukkan wajah Sinjai yang baru dengan program pendidikan dan kesehatan gratis serta keagamaan. Tidak ayal apabila muncul orbit-orbit Asapa selain Andi Rudiyanto Asapa, seperti Andi Grandiyanto Asapa, Andi Jefrianto Asapa dan Andi Suryanto Asapa.
Kendati kepemimpinan Andi Rudiyanto Asapa berhasil selama dua periode kepemimpinannya. Tetapi, perjalanan klan Asapa di Pilkada Sinjai tidak selamanya mulus, Pilkada 2013 yang diikuti langsung oleh putra Andi Rudiyanto Asapa yakni Andi Seto Gadhista Asapa gagal keluar sebagai pemenang. Pilkada 2013 dimenangkan oleh H. Sabirin Yahya.
Kekalahan klan Asapa di Pilkada 2013 disebabkan oleh beberapa faktor, namun faktor internal menjadi salah satu kendala. Mengingat ada dua klan Asapa yang maju sebagai calon bupati di 2013 yakni Andi Jefrianto Asapa (saudara Andi Rudiyanto Asapa) dan Andi Seto Gadhista Asapa (anak kandung Andi Rudiyanto Asapa). Jadi, keterbelahan secara internal klan Asapa-lah yang menjadi faktor penyebab kekalahan di 2013.
Klan Asapa mengambil banyak pelajaran atas kekalahan di 2013 dan perhelatan Pilkada 2018 kembali mempertemukan antara Andi Seto Gadhista Asapa dengan H. Sabirin Yahya (bupati petahana) sekaligus dengan Takiyuddin Masse berpasangan dengan Mizar Roem. Kekuatan klan Asapa di 2018 harus menghadapi dua tokoh yang juga punya nama besar di Sinjai. Pilkada 2018 klan Asapa secara power full berhasil keluar sebagai pemenang dan Andi Seto Gadhista Asapa menjadi bupati dari 2018 hingga 2023.
Andi Seto Gadhista Asapa yang telah menjabat sebagai bupati Sinjai selama lima tahun, masih memiliki peluang untuk maju kembali sebagai bupati untuk periode kedua. Tetapi, Andi Seto Gadhista Asapa justru berniat maju di Pilwali Kota Makassar dan keseriusan untuk maju Pilwali telah ditunjukkan dengan mengambil formulir pendaftaran di partai politik.
Apakah itu artinya klan Asapa akan absen di Pilkada Sinjai 2024?
Kalau Andi Seto Gadhista Asapa benar-benar maju di Pilwali maka peluang klan Asapa di Pilkada Sinjai akan menarik dicermati. Setidaknya dengan dua alasan. Pertama, klan Asapa telah mewarnai Pilkada Sinjai setidaknya dari 2003 hingga 2018 dengan torehan kemenangan jauh lebih besar dan hanya satu kali kalah. Kedua, klan Asapa masih memegang kendali birokrasi dengan Andi Jefrianto Asapa sebagai Sekretaris Daerah Kabupaten Sinjai.
Andi Jefrianto Asapa sebagai Sekretaris Daerah Sinjai dari klan Asapa akan diperhadapakan oleh Pilkada. Apakah membiarkan 2024 tanpa klan Asapa ataukah mengambil bagian? Melihat dari pengalaman politik sebelumnya Andi Jefrianto Asapa telah pernah mencalonkan diri sebagai calon bupati di 2013. Jadi, kemungkinan klan Asapa untuk bertarung di 2024 masih mungkin, selama Andi Jefrianto Asapa kembali masuk arena.
Bila mencermati perkembangan dan kekuatan klan Asapa di Sinjai, tentu tidak mudah untuk melepaskan momen politik tanpa kehadiran klan Asapa. Karena, klan ini telah berpengalaman mengelola jejaring birokrasi dan kekuatan grass root yang masih kuat. Wibawa klan Asapa akan diprtarungkan di 2024 apabila klan ini tidak ambil bagian di Pilkada.
*) Penulis adalah peneliti Public Policy Network (Polinet)