MataKita.co, Maros – Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Balitbangda) menggelar Seminar Akhir kajian kebijakan Analisis Indeks Pembangunan Desa Kabupaten Maros. Kegiatan ini diadakan di Baruga A, Kantor Bupati Maros (3/11/2020)

Seminar ini menghadirkan dua ahli yakni Dr. Muhammad Nurjaya, M.Si dan Dr. Muh. Tang Abdullah, MAP. Kegiatan ini dibuka langsung oleh Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Balitbangda) Kabupaten Maros, Sulaeman Samad.
Dalam sambutannya, Sulaeman Samad mengatakan bahwa dikabupaten Maros ini semua sumber daya ada, mulai dari pesisir sampai pegunungan. Sehingga menjadi tanggung jawab kita bersama.
“Dengan adanya dana desa, tidak ada lagi alasan bahwa tidak ada anggaran untuk mengembangkan potensi itu, karena sudah semua tersedia. Walaupun sayangnya, uang yang di gelontorkan ke desa. masih banyak yang tidak berputar didesa itu sendiri” jelasnya.
Sulaiman menambahkan, selama 10 tahun pak bupati konsen soal keuangan. jadi tidak pernah ada keterlambatan pencairan. olehnya itu, seminar kali ini penting untuk mengetahui bagaimana capaian desa selama ini serta apa saja yang menjadi rekomendasi yang perlu di lakukan.
“Hasil kajian ini nantinya kita akan merumuskan isi kajian dan selanjutnya di sampaikan bupati untuk selanjuttnya dipaparkan dalam bentuk orasi ke kepala desa. Hal ini penting, sebagai bagian dari komitmen kita memajukan desa diera kepemimpinan Bapak Hatta Rahman” Jelasnya.
Sementara itu, Dr. Muhammad Nurjaya M.Si dalam pemaparannya mengatakan bahwa pada prinsipnya 5 dimensi yang menjadi indikator Indeks pembangunan desa sudah dilakukan, tapi masih minim. inilah yang ingin didorong agar lebih maksimal.
“Dari analisis yang kami lakukan dikabupaten Maros, terdapat 6 desa tertinggal, 69 desa berkembang dan 5 desa mandiri” jelas Wakil Rektor 1 Universitas Muslim Maros (UMMA) ini.
Doktor Administrasi Publik ini menambahkan, ada beberapa hal yang perlu menjadi rekomendasi untuk meningkatkan status desa yakni penguatan iklim ekonomi melalui Bumdes, pengembangan infrastruktur dasar serta penguatan SOP pada pelayanan dasar.
“Selain itu, perlu adanya penciptaan teknologi tepat guna yang berbasis pada potensi desa misalnya dibidang pertanian, perikanan dan perkebunan untuk meningkatkan nilai ekonomi dari produk yang dihasilkan masyarakat” jelas Alumni Unhas ini.
Sementara itu Camat Cenrana, Suwardi Sawedi saat menanggapi hasil kajian ini menyebutkan pentingnya kajian secara khusus untuk kecamatan Cenrana. Sebab, walaupun sudah tidak ada desa dengan status tertinggal. Namun ada beberapa masalah yang perlu menjadi perhatian yakni terkait masih tingginya angka stunting dan konflik kepemilikan lahan dengan Kementrian kehutanan. ini menjadi kendala dalam pengelolaan desa di Cenrana.
Selain itu, Sekcam Bontoa menekankan pentingnya perbaikan perencanaan, target dan pengawasan program yang ada didesa. Selain itu pentingnya singkronisasi desa dan kecamatan, serta stakeholder terkait.