MataKita.co, Makassar – Pada tahun 2020 lalu, mahasiswa dari Universitas Hasanuddin menggagas sebuah inovasi di bidang pertanian. Terobosan yang digagas yakni menciptakan Teknologi AIFNER (Air Instalation Filter) sebagai solusi pengolahan gas buangan insenerator ramah lingkungan. Mahasiswa yang menggagas inovasi tersebut adalah mahasiswa dari Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin yakni Muhammad Aswad Ashan dan Achmad Roihan, yang dibimbing oleh Dr. Ir Abdul Mollah, S.P., M.Si.
Diketahui bersama bahwa saat ini penggunaan plastik telah banyak dimanfaatkan di berbagai bidang di kehidupan manusia baik itu untuk belanja, tempat sampah, pembungkus makanan dan lain sebagainya. Hal ini karena plastik mudah untuk kita peroleh dan praktis untuk digunakan karena bisa sekali pakai, akibatnya limbah plastik semakin menumpuk hingga menyebabkan pencemaran lingkungan.
Dalam upaya mengatasi limbah plastik, umumnya dilakukan melalui proses pembakaran. Tapi di sisi lain asap yang dihasilkan dari hasil pembakaran bahan plastik sangat berbahaya karena mengandung gas-gas beracun seperti HCN (Hidrogen Sianida) dan CO (Karbon Monoksida). Hal ini berdampak pada kualitas udara yang ada menjadi tambah buruk dan berpotensi terjadi efek jangka panjang berupa pemanasan global di atmosfer bumi yang mengakibatkan bumi menjadi tambah panas.
Permasalahan limbah di Indonesia sudah menjadi permasalahan yang belum terselesaikan hingga saat ini, ditambah lagi dengan pertambahan jumlah penduduk yang ada, dikhawatirkan volume sampah terutama sampah plastik juga akan meningkat akibat dari aktivitas manusia.
Berangkat dari permasalahan tersebut, kedua mahasiswa Universitas Hasanuddin ini menciptakan inovasi AIFNER yang dapat membantu masyarakat dalam menanggulangi permasalahan limbah plastik. Alat yang diciptakan berupa alat penanggulangan limbah plastik yang aman, mudah, efisien dan ramah lingkungan. Diharapkan dengan penciptaan teknologi ini dapat menjadi alternatif pemecahan masalah atas keresahan masyarakat terkait dengan limbah plastik yang kian menumpuk.
Sebelum pembuatan alat ini, dilakukan studi literatur terlebih dahulu, setelah dirasa cukup kemudian dilanjutkan dengan perancangan desain, dan pembuatan alat. Terakhir dilakukan pengujian alat untuk dapat memastikan bahwa alat ini dapat bekerja sesuai dengan fungsinya. Alat ini sudah didaftarkan ke Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) RI Pada Tahun 2020.
Prinsip kerja dari alat ini sangatlah mudah untuk dipahami, pertama-tama kompor yang terdapat di bawah tabung inserenator dinyalakan, selanjutnya limbah plastik yang sebelumnya telah disortasi dimasukkan ke dalam panci yang terdapat di dalam tabung. Suhu di dalam panci akan meningkat dan mengakibatkan sampah plastik meleleh dan menghasilkan asap pekat di dalam tabung. Asap pekat tersebut kemudian melalui air filter dengan absorban berupa kulit biji kopi. Terakhir asap yang keluar dari tabung berupa asap putih yang ramah lingkungan. Pada alat ini digunakan kulit biji kopi agar gas-gas beracun seperti HCN dan CO dapat terperangkap di dalam kulit biji kopi yang dijadikan sebagai karbon aktif.
Gaya hidup yang bergantung dengan plastik memang sangat sulit untuk di hindari, terlebih lagi dengan kemudahan yang ditawarkan, hal ini berkontribusi pada peningkatan limbah plastik di Indonesia. Di samping intensitas penggunaannya, banyaknya masyarakat yang tidak bisa mengelola sampah plastik membuat limbah tersebut hanya menumpuk begitu saja dan disatukan dengan sampah organik lainnya. Padahal sampah plastik membutuhkan ratusan tahun agar bisa terurai.
Hal tersebut di dasari, karena kurangnya informasi yang dimiliki oleh masyarakat karena sebagian dari mereka masih bingung bagaimana mengelola sampah plastik yang ada dirumah supaya tidak berdampak buruk bagi lingkungan. Di saat seperti ini Teknologi AIFER yang diciptakan oleh kedua mahasiswa Universitas Hasanuddin, muncul untuk membantu masyarakat dalam mememcahkan permasalahan limbah plastik yang kian meresahkan masyarakat dengan cara yang mudah dan efisien.
Demi keterlanjutan pengembangan program selanjutnya, dapat dilakukan melalui kolaborasi dengan stakeholder terkait, dan juga melakukan kerjasama pada komunitas atau organisasi dan LSM agar teknologi AIFER dapat digunakan demi kemaslahatan masyarakat. Sehingga limbah plastik tidak lagi dibakar secara sembarangan yang dapat meracuni lingkungan, tapi dapat direduksi dengan menggunakan teknologi AIFER yang ramah bagi lingkungan.
Citizen Report : Achmad Kautsar B.