Beranda Mimbar Ide Karl Max dan Marxisme, Virus Pandemi Peradaban

Karl Max dan Marxisme, Virus Pandemi Peradaban

0
Agus Fahrin

Oleh : Agus Fahrin*

Sering kali kita bicara bangunan struktur pengetahuan dan sejumlah teori marxisme, tapi melupakan dasar esensinya. Semegah apapun konsep marxisme sangat lemah secara epistemologis, karena basis nilai materialisme yang menjadi dasar pandangan dunianya beradaptasi dengan fungsi materi yang bergerak terbatas dan berubah ubah. Filsafat materialisme (marxisme) dari sudut pandang sains modern yang dirumuskan oleh Marx dan Engels yang dikenal materialisme dialektis adalah menjelaskan hukum-hukum yang mengatur alam dan masyarakat, dari evolusi sampai ke teori chaos. Setiap penemuan sains sampai hari ini telah memberi konfirmasi terhadap filsafat Marxisme bhw alam bekerja secara dialektik mengikuti gerak materi.

Dalam Das Kapital sebagai karya terpenting Karl Marx yang merupakan analisis ekonomi kapital, disitu kita memahami Kalr Marx menciptakan teori-teori ekonomi politik klasik yang dipelajari dari ekonom-ekonom Inggris ternama abad 18-19 awal dan kita kenal Inggris adalah negara kapital pertama. Kita mengetahui teori-teori Karl Marx seperti teori upah, teori jam kerja, teori pekerja, teori penjajahan, produk kapitalis dan lain sebagainya. Semua itu menjelaskan struktur dan sistem kapitalisme yang hendak ingin dikubur paksa pertumbuhannya dalam mewarnai peradaban dunia.

Diskursus Kapitalisme, Sosialisme dan Demokrasi yang merupakan salah satu karya besar di bidang ilmu sosial abad ke 20 yg ditulis oleh Schumpeter turut menyinggung kebangrutan sosialisme, dimana Schumpeter menyoroti pemikiran Marx dari berbagai hal dengan tujuan sosialisme ingin diselamatkan sebagai satu warisan pemikiran dunia dalam proses pembentukan sistem peradaban, termasuk demokrasi yang hampir ditinggalkan dan membuat surutnya ketertarikan dunia pada Marxisme. Lebih jauh Schumpeter secara kritis (demi menyelamatkan cita cita sosialisme) memperlihatkan berbagai ilusi dalam sistem demokrasi, seperti menyinggung gagasan tentang tugas politikus yang disebutkan hanyalah melaksanakan kehendak rakyat, padahal mereka mempunyai kepentingannya sendiri, sepintas menghujat kerja demokrasi dalam melayani kepentingan kapitalisme disatu sisi, dan mengangkat citra sosialisme sebagai sebuah pilihan disisi lain.

Dalam hal ini kita harus mengukur fakultas intelektual dan cara kerja akal dalam mengungkap sisi ontologi marxisme, mengevaluasi berbagai teori tentang manusia dan alam semesta, juga dipandang perlu kita hrs memiliki metode dan hukum logika dlm memahami Karl Marx dan Marxisme ini, mengklasifikasi sebuah fenomena dan peristiwa, mempelajari realitas yang ditangkap dan dicerna secara epistimologis, sehingga kita bisa memahami kedudukan manusia dihadapan alam kehidupan dan memahami bentuk bentuk pengalaman, perkembangan sejarah, dan realitas wujud.

Ontologi Marxisme itu kering dan dangkal sebagai yang mengkampanyekan keharusan infrastruktur mendahului suprastruktur untuk menjawab tuntutan kemajuan dan keselamatan masyarakat dunia dalam setiap masa pertumbuhannya, sampai dapat terlihat nyata masyarakat itu pada puncaknya bisa hidup dalam kemakmuran bersama sebagaimana yang dicita citakan Karl Marx dan marxisme, kendati hal itu dinilai utopis. Namun dengan dasar ini Marxisme menghendaki sebuah bangsa yang maju dengan ditandai oleh proses perjuangan kelas masyarakat marjinal dalam menjawab harapan dan tuntutan keadilan terhadap kuasa kepemilikan pribadi, dalam konteks ini Karl Marx dan Marxisme spirit dasarnya sama sekali tidak mengandung konsep nilai teologi transendental yang dapat mewakili seluruh rangkaian sejarah pemikirannya yang membentuk pandangan dunia materialisme sebagai hukum dasar marxisme, artinya sosialisme sesumgguhnya tidak jauh berbeda dengan sistem kapitalisme yang ditentang, kedua sistem ini adalah setali mata uang dengan basis pandangan dunia yang sama (baca :hukum gerak materi dan hukum kontradiksi).

Disini dapat terlihat jelas eksistensi Karl Marx dan Marxisme justru sangat berbahaya bagi pertumbuhan sejarah peradaban manusia yang berpijak pada materialisme, sisi lain kerangka gerakan ideologis marxisme yang dibangun dalam proses dialektika sejarah pertentangan kelas yang menjelaskan tentang hukum keadilan, kebangkitan kaum tertindas, sistem perlawanan, kesetaraan, kesejahteraan, sistem produksi, dan prahara infrastruktur sebagai puncak pengharapan perjuangan antar kelas adalah sesungguhnya merupakan desain kerja ideologi atau dapat disebut proyeksi Karl Marx dlm mensukseskan misinya yang memusuhi Tuhan dalam agama-agama (esensi mendahului eksistensi). Karl Marx dalam hal ini hadir membangun teori konflik antar kelas (kapitalisme vs sosialisme), kesan menjadi provokator ulung terhadap agama agama sepanjang sejarah kemunculan ideologi ideologi dunia. Ia layaknya “Api Sabana” yang membakar habis di musim panas dalam istilah Mao Tse Tung untuk menggambarkan kebangkitan gerakan petani (proletariat).

Sejarah dan kesadaran kelas yang dibangun dalam epicentrum pemikiran marxisme tidak dapat dilepaskan dari perkembangan materialisme historis yang menasbihkannya menjadi alat dan metode bagi kelas proletariat untuk memperjuangkan kelasnya berhadapan dengan kelas borjuis. Pada saat yang sama agama dipahami tidak boleh ikut campur dalam proses konfigurasi sosial, agama dipandang secara doktrinal meracuni pikiran masyarakat sehingga melupakan hak hak kesejahteraan, keadilan yang nyata untuk diperjuangkan terhadap kekuasaan borjuasi kapitalis. Karl Marx berhasil membangunkan kedadaran perjuangan masyarakat dengan melepaskan jubah kepercayaan terhadap dokrin doktrin agama dengan menaruh harapan keadilan sosial dan ekonomi yg hrs direbut dari dominasi kelompok kapitalis borjuasi. Spirit yang dibangun adalah spirit ekonomi, bukan kesadaran transendetal, malah agama harus dicap sebagai racun pembodohan. Agama dipahami tidak mampu menggerakkan kehidupan ekonomi masyarakat, ini didasarkan pada pemikiran bahwa agama dan ekonomi merupakan dua ranah yang memiliki titik sentral dan tujuan berbeda.

Karl Marx dikenal tokoh ateis, pemberontak, dan tentu pijakan dasar pandangan dunianya adalah materialisme. Karl Marx percaya bahwa motif tertinggi psikologis manusia adalah keinginannya untuk bersenang-senang dan memperoleh keuntungan maksimal secara materi, dan ini menjelaskan watak dasar manusia yang tidak pernah bisa merasa cukup terhadap materi sehingga dalam perkembangannya niscaya membangun persaingan demi persaingan, permusuhan dan perlawanan atau pertentangan kelas adalah wujud dasar dari keniscayaan materialisme yang membentuk spirit, watak dan tujuan hidup ummat manusia. Karl Marx tidak menghargai dan memahami kebutuhan spiritual manusia, tidak memahami proses kebaikan itu bersumber dari Tuhan, melainkan kebaikan itu sendiri merupakan implikasi dari proses gerak materi yang menjelaskan hukum hukum keadilannya sendiri dalam menjawab kebutuhan masa depan peradaban manusia. Sisi lain manusia esensi dasarnya berserikat, dengan demikian manusia hrs bicara tentang hak bersama dan menentang hak individual yang sifatnya memonopoli sumber sumber ekonomi dan kesejahteraan, padahal Karl Marx sangat yakin akan watak dasar individu manusia adalah eksiatensinya bergerak mengikuti gerak materi, materialisme.

Memahami hal ini kita dituntut untuk kembali pada kerangka kerja gerak materi menurut hukum tesa, anti tesa dan sintesa yang dibangunnya sebagai satu konsep dasar tentang pengetahuan manusia terhadap realitas gerak materi menjadi gerak fisiologis menuju gerak jiwa dan berdiaspora membentuk ide ide tentang realitas masyarakat yang selalu bertentangan dalam setiap massa pertumbuhan kelas sosial. Disinilah sejarah kesadaran kelas dalam marxisme, baik kelas proletariat dan borjuis saling berjuang mempertahankan kekuasaan kelasnya. Jika kelas borjuis berusaha mempertahankan kekuasaan kelasnya atas faktor-faktor ekonomi dan sosial, maka kelas proletariat berjuang untuk merebutnya.

Dalam Teori Kritis Mazhab Frankfurt misalnya, kita dapat melihat Jurgen Habermas menelanjangi kepentingan-kepentingan yang beroperasi di dalam sains modern sebagai paradigma baru yang menjelaskan hukum pertentangan kepemilikan pribadi dengan kepemilikan bersama. Jurgen Habermas mengarahkan kita untuk mempelajari filsafat sains kontemporer, ilmu-ilmu sosial kritis dan berbagai problem kemanusiaan dalam masyarakat akibat dominasi sistem ekonomi kapitalis, seperti alienasi, marginalisasi sosial dan hegemoni sains, ini tak lain sebagai model kerja marxisme dalam menggeser ruang kapitalisme dgn menghendaki sosialisme sebagai penggantinya. Mazhab Frankfurt adalah pengawinan Marxisme dengan psikoanalisis, studi tentang otoritarianisme dan kritik budaya massa.

Sejarah Mazhab Frankfurt mencoba memotret dinamika yang terjadi di dalam ilmu-ilmu sosial, sampai perbenturan pemikiran dan kepentingan dengan pihak kawan maupun lawan. Mazhab ini mengapresiasi berharganya integritas dan loyalitas pada kebenaran bagi seorang pemikir dan cendekia, menghargai pentingnya tradisi pemikiran yang menggembleng seseorang sehingga bisa jadi cerdik-cendekia, dan bagi Mazhab Frankfurt, tradisi itu disebutnya adalah idealisme Jerman dan Marxisme. Disini Karl Marx dikenal seorang pemikir, ekonom, sosiolog, sekaligus jurnalis yang berdarah Russia dan lahir di sebuah keluarga kelas menengah, dia dikenal tokoh revolusioner yang paling berpengaruh hingga saat ini. Buah pemikirannya adalah Marxisme, menjadi penggerak bagi banyak organisasi sosial dan politik di berbagai penjuru dunia, terutama mereka yang membangun poros sosialisme vis a vis kapitalisme.

Dalam studi kritik Ideologi, antara gagasan Karl Marx dan Hegel tentang realitas kita tdk melihatnya vis vis menurut akar pandangan dunianya. Hal ini menjelaskan bahwa konflik sosialisme dan kapitalisme yg mewarnai sejarah perkembangan peradaban ummat manusia sampai hari ini akan senantiasa bermusuhan meski tidak bertentangan pandangan dunianya, justru pertentangan (konflik) kedua ideologi tersebut bertujuan menyingkirkan Islam dari peta konflik sehingga Islam dibiarkan jatuh dalam lumpur sejarah secara tidak berdaya dan tdk boleh bangkit menjadi kekuatan superior dalam mengatur kehidupan manusia dan alam raya, atau Islam tidak boleh dibiarkan mengatur kerja sains dan fungsi tekhnologi dalam melayani kebutuhan manusia yang berkembang maju dari setiap zamannya, Islam justru harus dipaksa mengikuti ajaran neoliberalisme atau neomarxisme yang merupakan dua sisi mata uang dasar pandangan dunianya yaitu materialisme. Terdapat proses integrasi dan kolaborasi gagasan Karl Marx terhadap basis dasar materialisme yang dibangun oleh Feurback dan dari Ide kontradiksi internal Hegel.

Hal ini dapat dipahami sebagai piranti dasar lahirnya teori konflik dalam hukum perkembangan masyarakat melalui proses materialisme dialektis yan dibangun oleh Karl Marx dan Engels. Dengan demikian secara aksiologis ajaran Karl Marx dan Marxisme dalam proses perkembangan sejarahnya hadir sebagai Pandemic Virus Peradaban Dunia vs Islam. Marxisme tidak bisa disebut lahir dari spirit pembebasan spiritual manusia dengan proses pembebasan kelas dari belenggu determinasi ekonomi menurut Erich Fromm, sebab Marx dan Marxisme tdk bisa mewakili esensi manusia dari keseluruhan unsur kemanusiaannya, kendati komunalisme merupakan cita-cita tertinggi dari proses bekerjanya materialisme dialektis terhadap hukum hukum kehidupan kelas sosial, Karl Marx dan Marxisme tdk bisa membuat manusia agar dapat menemukan kesatuan harmoni terhadap sesamanya dan terhadap alam semesta sebagai cita-cita luhur Agama Samawi yang dibawah oleh para Nabi dan Rasul.

Ngali, 6 Mei 2020.

*) Penulis adalah Generasi Indonesia

Facebook Comments Box
ADVERTISEMENT