Oleh : Muabbir
Menjadi mahasiswa baru tentu mempunyai banyak pertanyaan dibenak. Bagaimanakah melakoni status mahasiswa? Apa yang mesti saya lakukan? Sanggupkah saya bersaing dengan orang lain? Bagaimana seharusnya saya bersikap? Apa yang mesti saya persiapkan? Sebuah kewajaran apabila merasa was-was saat akan memasuki dunia kampus. Apabila jika mendengar banyak cerita bahwa jadi mahasiswa itu banyak masalahnya. Siap-siap banyak begadang, tugas menumpuk, sibuk sana-sini, materi kuliah yang semakin sulit, banyak saingan, dsb.
Tetapi, jangan khawatir. Meski banyak cerita yang hinggap ditelinga, jangan jadikan itu sebagai sandungan untuk tetap optimis merangkai masa depan. Kampus tak semenakutkan yang kita sangka. Kita hanya butuh mempersiapkan dan melatih diri memasuki dan melakukan hal yang baru.
Apabila menjadi mahasiswa itu berarti kerjanya hanya belajar dan belajar?. Menghabiskan waktu terus menekuri buku dan diklat? Mungkin tuntunan orang tua mengharapkan kita mendapatkan nilai akademik yang baik dan IPK tertinggi, lulus dengan predikat cumlaude, dan cepat selesai. Namun, kuliah hanya dengan mengejar akademik itu bagai makanan tampa bumbu penyedap. Tidak ada keseimbangan antara pikir dan dzikir, akal dan hati. Alangkah lebih baik apabila kita bisa berprestasi dalam akademik, namun juga aktif beraktualisasi diri. Pandai dalam ilmu dunia tetapi tidak ketinggalan dengan ilmu Agama. Mahasiswa yang sukses adalah mereka yang bisa mengkolaborasikan segala potensi yang dimiliki agar cerdas secara intelektual, spritual dan emosional.
Cerdas intelektual
Cerdas secara intelaktual maksudnya adalah cerdas dalam bidang akademik. Tentu saja ini didambakan. Cerdas dalam hal ini yaitu bagaimana seorang mahasiswa mampu memenej diri dan waktu agar bisa belajar dengan baik untuk mencapai prestasi yang diinginkan. Kampus tidak lagi sama dengan SMA yang baru saja kita tinggalkan. Orang yang kita temui akan berasal dari tempat yang berbeda-beda dan tentu persaingan untuk mendapatkan nilai yang baik pun semakin keras.
Jika teman-teman kita banyak belajar dan menghabiskan banyak literature untuk dibaca, maka kitapun mesti melakukan hal yang lebih minimal sama, agar kita tidak terlalu tertinggal. Kalau kita punya kesibukan, maka pandailah menyediakan waktu ditengah kesibukan untuk belajar, mengulang pelajaran dan menyelesaikan tugas. Apabila di semester awal masuk perkulihan, banyak mahasiswa yang kaget dengan aktivitas yang berbeda, jadwal yang padat serta tugas yang menumpuk. Belum lagi kalau ada mata kuliah yang praktikum. Oleh karena itu, beberapa hal yang bisa kita lakukan agar sukses dalam akademik yaitu atur schedule dengan baik, buatkan kelompok belajar, bersahabatlah dengan sumber ilmu yaitu buku, internet, senior, dan dosen.
Cerdas Spiritual
Cerdas secara spritual maksudnya adalah meskitelah didapuk menjadi kaum intelek, seseorang mahasiswa tetap tidak lupa untuk melengkapi hidupnya dengan kebutuhan rohaniya. Tetap menjaga ibadahnya secara rutin bahkan lebih ditingkatkan lagi, dan menambah pengetahuan dan pengalaman keagamaannya. Akan menjadi ironi ketika seorang mahasiswa cerdas dalam akademik tetapi tidak dibarengi dengan kesyukurannya kepada penciptanya dengan banyak beribadah. Jangan sampai cerdas dalam akademik tetapi rapuh dalam ibadah. Selain itu, aktiflah dalam kajian atau pengajian, karena selain menambah pengetahuan agama, juga ilmu yang diperoleh sebagai patron dalam berbuat terutama dalam menyikapi pergaulan dan aneka pemahaman di kampus.
Dengan sangat heterogennya warga kampus, maka interaksi pun tidak bisa dielakkan. Namun dengan interaksi yang dilakukan, terkadang ada yang lupa untuk menjaga pergaulannya agar tetap menjadi wajar. Terutama pergaulan dengan lawan jenis. Tidak mengapa berinteraksi dengan lawan jenis, namun kita tetap harus menjaga etika pergaulan yang islami. Selain itu, kajian yang mesti dikuatkan agar dapat digunakan untuk memfilter banyaknya isme-isme yang berkembang dikampus yang terkadang membuat bingung denga apa yang selama ini kita pahami. Disinilah perlunya mengikuti kajian mendalam kesilaman, dapat Mencharge keimanan dan idealisme kita di tengah pergulatan dan benturan pemahaman dan etika.
Cerdas Emosional
Cerdas secara Emosional dalam emosional maksudnya adalah seseorang mahasiswi diharapkan mampu dalam mengelolah emosi dirinya dalam berinteraksi dan bersosialisasi dengan orang lain. Disinilah diperlukan berorganisasi. Mengapa harus berorganisasi?. Banyak hal yang kita dapatkan dengan aktif dikegiatan organisasi. Pengalaman berkerjasama dan bersosialisasi dengan orang lain yang tidak kita dapatkan di bangku kuliah, kita juga mempunyai kesempatan untuk aktualisasi diri dan menyalurkan bakat dan minat di dalam berorganisasi tersebut.
Dengan begitu, kita tidak hanya datang dan duduk menerima materi perkulihan kemudian pulang. Istilah kerenya KUPU-KUPU (kuliah-pulang kuliah-pulang). Sebagai seorang mahasiswa muslim, kita ttidak membatasi diri pada perbaikan individu saja, sementara mengabaikan apa yang tterjadi disekitar kita. Bukankah Rasulullah SAW memerintahkan untuk merubah kemungkaran jika kita melihatnya, baik dengan tangan,maupun yang paling lemah, dengan hati kita. Setiap kita memiliki tanggung jawab penuh atas adanya perubahan, namun kekuatan individu tidaklah cukup. Karena itu mengabungkan diri dengan organisasi menjadi sebuah kewajiban. Namun yang menjadi pertanyaan adalah oraganisasi apa yang tepat untuk bergabung?. Aktiflah, mencari informasi, dari sumber yang benar-benar bisa dipercaya.
Jika telah merasa mantap dengan pilihan, maka mulailah mengaktifkan diri di dalamnya. Jangan takut untuk berorganisasi, jangan takut nilai akademik anjlok, karena organisasi bukanlah monster yang akan merusak IPK-mu, melainkan organisasi akan membuat IPK-mu yang tinggi semakin berharga dan berguna. Asalkan ingat, pandai-pandailah mengelolah waktu antara kuliah dan organisasi.
Dengan bisa mencerdaskan diri dengan tiga aspek tersebut, maka tak perlu khawatir dengan segala dinamika kampus. Tetaplah berproses menjadi mahasiswi yang bermanfaat dan bermartabat. Selamat memasuki dunia baru. Dunia kampus, dunia sejuta inspirasi.
*) Penulis adalah Aktivis Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Universitas Hasanuddin