Beranda Mimbar Ide Omong Kosong Nobel Perdamaian Itu

Omong Kosong Nobel Perdamaian Itu

0
Fahri Hamzah

Oleh : Fahri Hamzah*

Pak @jokowi yth,
Ada genosida di Rakhine,
Apakah bapak belum dengar?
Apakah bapak belum lihat?

Kami telah menyaksikannya berkali-kali dan menangis berkali-kali… doa bangsa dalam Idul Adha kemarin dipenuhi rintihan

Jutaan bangsa kita dan di belahan dunia lain terpukul dan terhempas rasa hina..karena tak bisa berbuat apa-apa…

Genosida kepada Rohingya terlalu kasat mata, biadab dan tak bisa ditulis kata2. Dunia terdiam dan tidak menyangka.

Bicaralah bapak Presiden,
Berwibawa lah bapak Presiden,
Karena bapak adalah pemimpin bangsa beradab! Bangsa merdeka!

Orang tidak bisa disalahkan karena menyembah Tuhan yang berbeda… karena Pancasila berketuhanan yang maha esa.

Orang tidak bisa diusir dan dibantai karena berbeda suku dan warna kulit karena Pancasila kemanusiaan yang adil dan beradab..

Tegakkan Pancasila bapak Presiden,
Kemanusiaan adalah jiwa universal ideologi negara kita!
Karena itu penjajahan harus dihapuskan!

Bersikaplah bapak Presiden,
Tunjukkan kepada dunia bahwa kita bangsa besar agar kami memiliki kebanggaan!

Bapak Presiden @jokowi yang terhormat,
Sampai hati ini sudah 30.000 Muslim Rohingya terusir ke hutan dan sungai…

Sebagian telah menemukan ajal karena dibantai atau karena sakit tak terobati, perburuan, kelaparan dan sakit terus mendera…

Bapak tidak perlu menunggu berita baru karena ini telah sangat nyata. Dunia telah berteriak kencang.. Dengarlah!

Panggillah duta besar Myanmar dan minta penjelasan, jangan percaya propaganda sepihak mereka… ungkap fakta.

Panggil duta besar kita pulang dan minta penjelasan intelijen negara… dan minta pertanggungjawaban mereka…

Jika mereka menolak bertanggungjawab dan tidak jujur dengan situasi yang ada maka apa boleh buat pertemanan kita hentikan sementara..

Kita telah membantu Myanmar secara aktif sejak Presiden @SBYudhoyono karena kita ingin mereka berubah seperti kita..

Tapi tidak seperti militer kita, militer Myanmar haus kuasa, mereka mengacau dan tidak terkendali…

Tapi itu urusan pemimpin sipil yang katanya hebat berkelas dunia seperti aung San Su kyi itu. Ternyata tak berdaya.

Urusan kita adalah kemanusiaan yang adil dan beradab, dan tentang orang-orang yang terusir karena menyembah Tuhannya.

Itu saja,
Kita telah tunjukkan kebaikan sebagai tetangga menarik mereka ke ASEAN segala. Tapi mereka tak tau adab kita..

Ya sudah,
Tinggalkan mereka agar mereka sadar bahwa dunia mengucilkan mereka karena sikap yang menghina manusia.

Bapak Presiden,
Bapak pemimpin negara demokrasi terbesar nomor tiga di dunia…

Bicaralah kepada dunia yang bebas bahwa ada sekelompok manusia yang sedang mengalami genosida di abad 21 yang megah..

Bicaralah kepada PBB dan ambil tindakan nyata, jangan biarkan ada darah menetes dan airmata kembali tumpah.

Bapak Presiden,
Bapak adalah pemimpin negara Muslim terbesar. Ambillah kepemimpinan, bicaralah kepada OKI… solidkankah.

Sikap Indonesia sedang ditunggu oleh dunia Islam. Dirunggu karena kita adalah abang besar. Kita adalah negara muslim yg stabil.

Kepemimpinan Indonesia akan menentukan masa depan Indonesia juga . Kita sudah terlalu lama diam! Ini saat bertindak!

Bapak @jokowi yth,
Surat ini saya tulis kepada bapak, karena bapak pemimpin yang sah. Mendapat mandat rakyat dan bangsa.

Tidak ada orang sekuat bapak di Negeri ini. Maka bapak lah yang pantas dititipi nasib rakyat Rohingya.

Bisakah Ummat Islam dan kemanusiaan berharap kepada bapak?

Bismillah Pak,
Pada diri Rakyat Rohingya ada masa depan Ummat manusia..

Ada orang membandingkan nasib Ahmadiyah dengan Rohingya: Kayaknya orang itu di otaknya banyak ulat

Terbiasa menjelek2kan bangsa sendiri akhirnya tidak sensitif dengan kemanusiaan.

Tidak ada orang tertindas di negeri ini. Ini negara merdeka dipimpin Presiden sipil. Serdadu tidak boleh bersenjata dalam kota.

Di sini mayoritasnya ramah, orang beribadah saling jaga dan silaturahim telah terjalin dalam suasana kekeluargaan yg indah.

Nikmat Tuhan yang manakah yang kita dustakan? Kenyataan ini terlalu terang untuk kita Ingkari. Berpikirlah dua tiga kali…

Ada konflik pasti,
Itulah yang kita sadari dalam demokrasi. Bahwa kita berbeda tapi kita tidak saling menghabisi.

Konflik selalu bIsa kita hadapi dengan cara dialog dan mencari titik temu antara saudara sendiri.

Itulah sebabnya kita menentang kewenangan sepihak Pemerintah untuk membubarkan ormas sebab itu bisa mematikan iklim dialog.

Kita harus percaya diri bahwa bangsa kita bisa selesaikan masalahnya sendiri. Rakyat kita dewasa. Kita semua bersaudara.

Kalau ada yang belum selesai dialog terus kita upayakan dan kesabaran terus harus kita pupuk tanpa kekerasan.

Inilah kita,
Bangsa Indoensia yang bersahaja,
Jangan cela kedewasaan bangsa ini sebab kita semua sedang menuju sempurna.

Berbeda dengan Orang2 Rohingya yang jangankan berdialog tapi bahkan keberadaannya tidak diakui…

Kata ROHINGYA sendiri dilarang diucapkan… itu saya alami saat berkunjung ke NayPhiDaw, ibukota Myanmar.

Diplomat kita di sana mengingatkan bahwa kata ROHINGYA tidak bOleh dikatakan sebab Pemerintah tidak mengakui.

Mereka memakai istilah Konflik di RakhineState tapi itu terkait orang yang tidak diakui keberadaannya.

Karena tidak diakui keberadaannya maka mereka ROHINGYA dianggap sama dengan wabah yang kemudian harus musnah.

Karena tidak diakui keberadaannya maka mereka ROHINGYA dianggap sama dengan wabah yang kemudian harus musnah.

Itulah yang terjadi. Sampai hari ini. Satu sisi, orang ROHINGYA merasa Myanmar sudah menjadi tanah airnya karena lama.

Di sisi lain, junta militer memiliki doktrin ultra nasionalis yg masih diterima bahwa ROHINGYA adalah orang Bangladesh.

Sementara Bangladesh merasa tidak sanggup menerima mereka. Akhirnya mereka ROHINGYA Terbengkalai.

Di tengah jepitan itu orang ROHINGYA diburu dan lari tanpa arah. Ada yang ke hutan, laut dan sungai.

Sebagian tenggelam, terbawa arus dan sebagian dibantai secara kejam oleh tentara dan kaum teroris fundamentalis.

Ini tidak ada di Indonesia,
Karena itu geram hati saya ada yang menyamakan Indonesia dengan Myanmar. Ahmadiyah seolah ROHINGYA

Orang itu suruh berkaca,
Suruh membaca dan sadar diri bahwa ini Indonesia. Saya tidak terima dianggap Burma!

Semoga kita makin dewasa!
Semoga orang ROHINGYA segera diselamatkan dari bencana.
Bismillah…!

*)Penulis adalah wakil ketua DPR RI

Facebook Comments Box
ADVERTISEMENT