Matakita.co (Gorontalo) – Setiap tiba sholat jumat, para pedagang tradisional, menyambung hidupnya dengan cara mendagangkan barang-barang di sekitar pelataran Masjid Agung Baiturahman Jalan trans Limboto Raya, Kabupaten Gorontalo. Dalam pengamatan matakita.co para dagangan selalu dipadati pengunjung.
Dagangan yang terletak dipelataran masjid ini buka mulai pagi hari sekitar pukul 10.00 Wita hingga siang hari saat memsuki waktu sholat ashar sekitar pukul 14.30 Wita.
Saat tiba waktu sholat, para pedagang menghentikan aktivitas jul beli. Semua barang dagangannya pun ditinggalkan begitu saja. Sehelai kain putih menutupi barang dagangan sebagai tanda pemiliknya pergi menunaikan ibadah jum’atan di Masjid. Dagangan akan dibuka kembali usai salat dan pedagang siap melayani para pengunjung terutama jamaah mesjid baiturrahman.
Biasanya para jemaah singgah walau sebentar untuk cuci mata sembari melirik-lirik suvenir yang diperjual belikan, mulai untuk pribadi hingga buat oleh-oleh kerabat di rumah.
Pelataran mesjid menjadi alternatif tempat jualan yang selalu ramai dikunjungi para jemaah saat mau sholat jumat tiba.
Mesjid yang terletak di antara perkantoran itu ramai dikunjungi, tak hanya saat memasuki sholat jumat, melainkan sholat-sholat biasanya ramai dikunjungi, tak hanya karena berdekatan dengan perkantoran, melainkan menara pakaya sebagai icon kabupaten gorontalo sangat berdekatan dengan mesjid tersebut.
Lapak tradisional ini, pembeli dapat memilih berbagai produk cinderamata. Dengan berbagai jenis, baju muslim, parfum, kacamata terapi, peci, buku bacaan, tali pinggang, dompet, tasbih, gelang, kurma dan lain-lain.
Harga dagangan pun bervariasi mulai dari Rp. 20.000 hingga Rp.50.000. Harga parfum mulai dari Rp. 10.000 hingga Rp 75.000 perbotol. Sedangkan songkok mulai dari harga Rp. 10 hingga 50.000-an
Kacamata terapi harganya berapa? “Harga awalnya 1 jutaan tapi karena melihat keterbatasan ekonomi masyarakat gorontalo diturunkan menjadi 600.000, setelah saya berfikir lagi, karena ini kacamata terapi, yah kita turunkan harganya hingga menjadi Rp. 100.000, memang bisa dibilang rugi, namun yaah hitung-hitung buat bantu masyarakat gorontalo untuk pulih dari penyakit matanya, di jual dengan harga yang sangat jauh dari modal awalnya, saya berharap semoga saja hal ini bisa menjadi amalan buat keluarga kelak.” Tutur Iwan Usman pedagang kacamata terapi .
Sementara itu, Isal anak tertua dari Iwan Usman mengatakan, kalau hari – hari biasanya saya membantu ayah untuk jualan di pasar – pasar harian, namun kalau hari jumat tiba biasanya kami sering jualan di pelataran mesjid, dengan cara ini saya berharap dapat membantu meringankan beban ayah dan ibu saya. Tuturnya dengan wajah sedih. Jumat (5/7/2019)
Dari pantauan, anak – anak muda pun yang berada di Mesjid Baiturrahman hanya bisa menikmati dan membeli suvenir yang di perjual belikan di pasar tradisional itu, sekadarnya saja, seperti parfum, dan buku bacaan, sesuai kemampuan kantong.
Menariknya dari pasar tradisional di sekitar Masjid Baiturrahman ini. Bila uang kita berlebih saat pembayaran atau barang kita tertinggal tak usah khawatir dan cemas, para pedagang itu akan memulangkan uang kelebihan atau barang yang memang milik kita.