Beranda Berita Bahaya Narkoba di Gorontalo Semakin Nyata, Ini Pernyataan Beberapa Tokoh dan Aktivis

Bahaya Narkoba di Gorontalo Semakin Nyata, Ini Pernyataan Beberapa Tokoh dan Aktivis

0

Makita.co (Gorontalo) – Menyelamatkan ancaman narkoba yang begitu nyata pada Generasi Muda, Lakpesdam PC NU Kota Gorontalo hadirkan narasumber – narasumber berkompeten dalam Halaqah Anti Natkoba. Sabtu (28/9/2019)

Mohars Daud selaku perwakilan BNN Provinsi Gorontalo mengatakan bahaya narkoba begitu nyata, kebanyakan pemasok melalui daerah tetengga dalam hal ini Sulawesi Tengah, tentunya ini harus adanya kesadaran dari segala stackholder dalam mencegah peredaran tersebut.

Lanjutnya, tentunya mencegah peredaran tersebut, dengan menambah kurikulum bahaya narkoba dalam pendidikan SD, SMP, Hingga Universitas.

“BNNP dalam pencegahan tersebut, akan membuat buku – buku bacaan yang nantinya akan disalurkan kepada sekolah-sekolah. tentunya pemerintah harus terlibat penuh” tuturnya.

Dalam perspektif adat dan budaya, Alim Niode mengatakan, penyebaran narkoba kadang kala melalui gaya hidup.

Alim yang juga alumni HMI menambahkan, Untuk generasi khususnya para aktivis, HMI dan organisasi lainnya, harus memiliki komitmen dalam pemberantasan narkotika tersebut.

“HMI memiliki Nilai Dasar Perjuangan tentunya ini menjadi salah satu komitmen dalam perjuangan untuk memberantas narkotika di Gorontalo, jika tidak, maka lepaskan Gordon dan Kartu mahasiswa. Komitmen itu penting, ” Tegasnya.

Di setiap desa memiliki anggaran yang dialokasikan untuk pencegahan pemberantasan narkoba,dan tentunya untuk kedepan tidak lagi diskusi seperti ini, namun harus ada model – model yang harus mereka mainkan langsung,

Model – model tersebut butuh pemetaan, kita harus melihat desa – desa yang potensial untuk dicegah karena alasan berbagai macam, terutama desa – desa diperbatasan, dan ini tentu penting sekali dan harus di backup oleh organisasi yang peduli terhadap bahaya narkotika tersebut.

“Sistem etik yang harus kita bina kembali, harus ada pengawasan terhadap penegak hukum terkait narkoba yang intens dan serius 1 kali 24 jam, sehingganya bisa mencegah jika ada oknum-oknum yang coba bermain didalamnya,” tuturnya.

Untuk Gorontalo, dirinya fokus terhadap 2 hal, antara lain, struktur masyarakat hukum gorontalo, dalam bahasa gorontalo disebut ngalaa atau keluarga, karena dikeluarga itu penting mendapatkan perlindungan dan lain sebagainya, dan tentu menjadi basis terdepan menyelamatkan generasi selanjutnya, serta tentunya kita membutuhkan keteladanan.

Lanjutnya, Gorontalo ini dari sisi kebudayaan ia paternalis yang selalu melihat keatas dalam hal ini publik figur yang selalu menjadi panutan segala gerak, untuk membaypas tentunya kita harus memiliki konsep baru dan cepat, jika kita masi menggunakan konsep yang lama tentunya kita harus menunggu waktu yang lama juga dalam pemberantasan.

Selaku Ketua PW Gerakan Anti Narkoba, Mahmud Marhabah menambahkan, Indonesia dalam kondisi darurat narkoba, Negara dalam kondisi hancur,

“Pemberantasan Narkoba tentunya harus melalui generasi muda, untuk membantu seluruh stackholder agar tetap mensosialisasikan serta mengingatkan akan bahaya tersebut kepada para mahasiswa” tuturnya.

Mahmud menyampaikan, Kapolda memang sangat antusias memberantas narkoba, namun apakah antusias tersebut diikuti oleh bawahan untuk kemudian menjadi pelopor dalam hal ini.

“Kelemahan kita di Gorontalo karena adanya jual beli pasal, sama halnya dengan beberapa kasus yang ada, terbukti mengonsumsi narkoba namun tidak diberikan sanksi yang semestinya.” Tegasnya.

Granat memang tidak pernah di gaji, namun pengurus hadir atas keterpanggilan jiwa dalam memberantas narkoba. Dengan upaya bagaimana membentengi pribadi generasi muda dari ancaman narkoba.

Hal senada juga disampaikan Ghalieb Lahidjun selaku Ketua KNPI Provinsi Gorontalo, Narkoba memang tidak hanya menyasar kaum muda namun juga orang tua, ketika narkoba merusak anak muda maka negaara kita akan hancur hingga kedepan.

“Ada beberapa catatan saya, anak muda itu memiliki beberapa alasan terlibat narkoba antara lain, coba – coba, narkoba sebagai trend, merasa tidak gaul kalau tidak mencicpi narkoba, Narkoba sebagai alat pemersatu dalam lingungan aktivis, Narkoba sebagai pelarian, biasanya hal ini kebanyakan terjadi pada orang yang broken home, ini ialah realitas yang ditemukan di generasi muda” tegasnya

Lanjut alumni HMI itu, Para aktivis itu, tentunya terjadi diluar daerah, sejauh ini saya belum pernah mendengar kalau di gorontalo ada. Untuk jogya, aceh, pada masa lampau itu, ketika pertemuan -pertemuan nasional selalu ada Narkoba di dalamnya, karena sasaran narkoba, menggarap anak muda.

Ditengah kuatnya institusi, BNN, Kepolisian untuk memberantas narkoba, ada – ada saja oknum yang terlibat didalam proses baik peredaran maupun pengguna narkoba.

“Dahulu di polres limboto sempat ada hukum yang berkaitan dengan oknum polisi disna,saya lupa tahun berapa dan hal serupa juga terjadi dilapas. Saya mendengar ada oknum – oknum yang mendapat keuntungan dalam penyebaran narkoba, beberapa kawan saya, mengaku menggunakan narkoba bersamaa kasat narkoba di Gorontalo” ungkapnya.

Narkoba ini sudah menyerang semua elemen, mau itu aktivis, pejabat, polisi, mahasiswa termasuk pengusaha. Nnarkoba ini salah satu isu yang meluas secara global, dan ancamannya tentunya ini mendunia, bukan hanya sekedar Gorontalo. Semakin canggih kepolisian memberantas narkoba, semakin canggih juga strategi orang mengedarkan narkoba.

“Tetapi saya tetap berpegang pada prinsip hukum, bahwa tidak ada kejahatan yang sempurna, pada akhirnya tetap, akan ada akibat dari perbuatan jahat.” Tandasnya.

Facebook Comments Box
ADVERTISEMENT