Beranda Mimbar Ide Mosi Integral Mohammad Natsir dan Terbentuknya NKRI

Mosi Integral Mohammad Natsir dan Terbentuknya NKRI

0
Mohammad Natsir

Oleh: Furqan Jurdi*

Agresi Militer Belanda II membuka ruang bagi Belanda untuk masuk kembali dalam negara Indonesia. Usaha Belanda untuk meredam gejolak kemerdekaan terus terjadi. Provokasi militer tahun 1948 mendorong berbagai perundingan.

Untuk pertama kalinya Belanda mengakui Indonesia sebagai negara merdeka adalah Perjanjian Roem-Roijen. Mohammad Roem sebagai perwakilan pemerintah Indonesia yang juga tokoh Masyumi, telah berhasi membuat Belanda mengakui Indonesia sebagai sebuah negara yang merdeka dan berdaulat penuh. Perjanjian Roem-Roijen yang menyepakati bahwa Belanda akan mengembalikan kemerdekaan Indonesia sepenuhnya—yang sebelumnya tidak dapat diterima oleh kerjaan Belanda.

Namun Konferensi Meja Bundar, telah melucuti kedaulatan Indonesia dan persatuan indonesia semakin tercabik-cabik. Karena hasil dari konferensi tersebut memutuskan bentuk negara Indonesia menjadi negara federal, bukan negara kesatuan. Negara Indonesia terpecah-belah.

Konferensi Meja Bundar di Den Haag, dan di tandatangani oleh Ratu Juliana pada tanggal 27 Desember 1949, membuat Indonesia menjadi Negara Republik Indonesia Serikat (RIS). Setidaknya ada 16 Negara Bagian yang terbentuk di seluruh Wilayah Indonesia. Terbentuknya RIS merupakan keberhasilan dari politik adu domba Belanda, untuk menguasai kembali Indonesia. Jelas itu merupakan ancaman yang sangat serius bagi keutuhan Republik Indonesia ketika itu.

RIS adalah hasil Kompromi antara Pemerintah Indonesia dengan Kerajaan Belanda. Kompromi tersebut jelas merugikan Indonesia, dan memecah belah Negara yang baru merdeka itu. Apalagi dengan adanya Negara RIS justru mengesampingkan Negara Republik Indonesia yang di proklamasi oleh Soekarno dan Hatta pada Jum’at 17 Agustus 1945. Yang lebih berbahaya, Negara Republik Indonesia yang diproklamirkan 17 Agustus 1945 itu adalah bagian dari Negara RIS yang pejabat Presidennya Mr. Assaat yang berpusat di Yogyakarta.

Artinya, menghilangkan Republik yang berdiri 17 Agustus itu, berarti Belanda ingin memotong garis sejarah perjuangan Republik Indonesia hingga menjadi Negara merdeka. Akibatnya justru lebih berbahaya, karena Negara Republik hanya bertahan di Jogja dengan wilayah yang sangat kecil, sementara diberbagai daerah telah terbentuk Negara Serikat yang sangat luas dan besar wilayahnya.

Tokoh-tokoh bangsa masa itu masih menunggu sikap seperti apa yang harus diambil oleh Para Pemimpin RIS dan pemimpin Negara bagian untuk mengakhiri perpecahan Republik itu. Ditambah lagi kondisi politik yang masih belum stabil pasca Pemberontakan PKI 1948. Suasana kebatinan bangsa Indonesia masih bergolak akibat agresi Militer Belanda II telah membuat keraguan yang sangat besar dari kalangan tokoh bangsa untuk kembali ke negara kesatuan Indonesia, karena ada konsep untuk membubarkan diri terlebih dahulu. Mereka khawatir akan terjadi pertumpahan darah dan itu pasti secara tidak langsung telah ikut membantu Belanda mencabik-cabik Indonesia.

Memang tidak mudah untuk menyatukan Negara-negara bagian yang telah dibentuk oleh Belanda, karena secara de facto Belanda masih bebas untuk ikut campur dalam urusan politik Indonesia. Dalam kondisi demikian, tentu pikiran besar dan pikiran cemerlang untuk bisa keluar dari keadaan bangsa yang sedang dipecahkan oleh politik devide et empire Belanda.

Dalam keadaan yang serba sulit itu, Mohammad Natsir muncul dengan sebuah gagasan yang sangat cemerlang untuk memecahkan kebuntuan itu. Terdapat sebuah metode untuk menyatukan kembali Republik yang sudah pecah itu. Natsir menawarkan satu Pernyataan Integral untuk menyatukan kembali Negara-negara bagian. Apalagi banyak Negara-negara bagian ingin meleburkan diri Pada republic.

Maka gagasan itu dimunculkan dalam ruang public, tanggapan dan sahut menyahut terhadap gagasan itu terjadi juga. Dengan Konsep Mosi Integral itu, terdapat tekad yang kuat dari Natsir untuk mengakhiri perpecahan dan semangat yang membara untuk mempertahankan Keutuhan Republik yang sudah bubar itu. Karena itu, kemudian Natsir berunding dengan M. Assaat di Yogyakarta untuk membicarakan pemulihan kembali Republik Indonesia. Selesai berunding dengan Asaat, Natsir mulai melakukan lobby-lobby politik di semua fraksi di parlemen.

Setelah melewati proses “jajakan pendapat” Akhirnya pada tanggal 3 April 1950 M. Natsir menyampaikan pidato yang bersejarah itu dalam Sidang Parlemen RIS, dengan menyampaikan gagasan, semua negara bagian, bersama-sama mengajukan diri untuk mendirikan negara kesatuan melalui prosedur parlementer. Semua Fraksi sepakat bahkan Fraksi PKI pun ikut menyepakati mosi tersebut. Mosi Integral itu diterima dengan suara bulat oleh Semua Fraksi di Parlemen RIS dengan memutuskan bahwa Pemerintah harus segera mengambil inisiatif penyelesaian persoalan yang terjadi dengan cara integral.

Perdana Menteri RIS Mohammad Hatta menyambut dengan gembira Mosi tersebut dan mengatakan: “Mosi Integral Natsir kami jadikan sebagai dasar untuk penyelesaian persoalan-persoalan yg sedang dihadapi”.

Dengan mosi integral dan dukungan semua fraksi di Parlemen RIS maka pulihlah NKRI secara demokratis dan terhormat pada Tahun 1950. Maka benarlah apa yang dikatakan oleh Dr. Mohammad Noer bahwa Indonesia Memiliki dua Proklamasi, yaitu Proklamasi tanggal 17 Agustus 1945 dan Proklamasi NKRI tanggal 17 Agustus 1950. Bedanya, proklamasi 1945 Soekarno-Hatta membawa nama Bangsa Indonesia, sementara 1950 atas nama Presiden RIS dan Perdana Menteri RIS.

Proklamasi 1950 adalah proklamasi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), karena dalam Pernyataannya dikatakan “pembubaran 16 Negara Bagian yang tergabung dalam RIS, termasuk Negara Republik Indonesia Yogyakarta (yang diproklamasikan 17 Agustus 1945), dan meleburkan diri dalam sebuah negara yang bernama Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Proklamasi kedua itu bukan menyatukan diri pada RI yang diproklamirkan 1945, karena RI juga turut membubarkan diri bersama negara-negara bagian lainnya ke dalam NKRI. Maka tidak heran ketika NKRI sudah diproklamirkan maka tidak ada satu orang pun yang dipercaya Soekarno Menjadi Perdana Menteri Pertama NKRI kecuali sang Arsitektur NKRI, Bapak Mohammad Natsir.

Dan NKRI yang di cita-citakan natsir pada Zaman pergolakan itu masih bertahan sampai hari ini menjadi negara yang beragam. Yang bertahan dalam berjibun budaya, adat, dan agama. Tetapi kita semua jangan dilupa bahwa penggagas dari Negara Kesatuan itu adalah Mantan Ketua Umum Masyumi, Ulama, Cendekiawan, Intelektual Islam yang sangat Luar Biasa. M. Natsir.

Wallahualam bis shawab

*) Penulis adalah Ketua Komunitas Pemuda Madani

Facebook Comments Box
ADVERTISEMENT