MataKita.co, Yogyakarta – Polemik terkait RUU Haluan Ideologi Pancasila (HIP) terus menuai sorotan. Bukan hanya dari Majelis Ulama Indonesia (MUI), Muhammadiyah maupun Nahdatul Ulamat. Tetapi juga dari akademisi dan pengamat kebijakan publik.T
Terkait hal tersebut, Dr (Cand). Paryanto, S.Ag., MIP, Pengamat Kebijakan politik dan Keamanan kepada Matakita.co (17/6/2020) mengatakan bahwa saya bersyukur, Alhamdulillah bahwa RUU Haluan Ideologi Pancasila (HIP) ini sdh jadi isu publik. Meskipum relatif terlambat karena RUU inisiatif DPR ini sudah berproses sejak bulan Februari lalu. Saya sendiri sejak beberapa bulan lalu itu sudah menyampaikan ke pihak-pihak tertentu dan beberapa elit tentang kemungkinan RUU ini akan membuat gaduh tanah air. Konsen Saya waktu itu karena pemerintah sedang dan harus fokus pada Covid yang mulai menyebar di beberapa daerah.
Saat itu, ketika saya share draft RUU nya ke beberapa elit kekuatan sosial memang belum mendapatkan respons yang cukup, saat itu responnya masih datar – datar aja.
“Kini RUU HIP ini sudah menjadi isu publik. Saya menengarai RUU ini tidak lepas dari proses negosiasi dan transaksi antara kekutan politik, baik formal (DPR dan Pemerintah maupun informal yang menjadi “the ruler” di balik berbagai agenda dan kebijakan strategis pemerintah. Karena itu tentu harus diwaspadai beberapa hal: Pertama, jangan sampai RUU HIP ini jadi bahan “tukar guling” dengan kebijakan dan beberapa RUU lain yang diajukan pemerintah. Selain itu, jangan terjadi juga di internal DPR yang kemudian akan menjadikan RUU ini sebagai bahan tukar guling dgn kepentingan antar parpol (Misalnya: Pemilu dgn sistem setengah tertutup, Parliament Treshold, dll). Memang demikianlah politik. Oleh karena itu Saya mengharapkan parlemen kita itu segera beranjak dan belajar menjadi negarawan. Kedua, waspada. Sejalan dengan RUU HIP yg sdh jadi isu publik dan telah pula melahirkan diskursus Ideologi di tanah air, tentu kita juga perlu waspada. Jangan sampai diskursus ideologi atau bahkan bereskalasi menjadi perseteruhan itu membuat kita semua lalai. Karena diskursus dan seteruh ideologi itu bisa menjadi seperti “ular sihir Fir’aun”. Karena masalah ideologi memang paling mudah mendapatkan polemik, kontroversi dan perdebatan serta kontestasi” Jelas Akademisi Universitas Cokroaminoto Yogyakarta ini.
Paryanto menjelaskan, Kalo diskursus HIP ini menjadi “sihirnya Fir’aun” bisa menutup dan menenggelamkan isu lain yg jauh lebih penting dan berbahaya kalau diabaikan. Persoalan seperti ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan kemanusiaan serta wabah Covid-19 yang masih terus fluktuatif.
“Sudah menjadi karakter kekuasaan utk menutupi satu isu dengan selalu membuat gaduh politik pemerintahan. Isu terorisme dan radikalisme sudah mulai turun dan kurang laku saat ini. Maka “the ruler” yang berada di belakang dan mengendalikan otoritas negara tentu akan berusaha memproduksi “sihir – sihir baru”. Isu ideologi adalah yg sangat strategis saat ini, karena sedang terjadi intensitas perhatian publik ke RUU HIP” Tutupnya.