Beranda Mimbar Ide Sosialisme Barat Vs Sosialisme Islam di Indonesia

Sosialisme Barat Vs Sosialisme Islam di Indonesia

0
Yusti Ramadhani

Oleh : Yusti Ramadhani*

Matakita.co, Opini – Sosialisme pada prinsipnya lahir di Barat, sedangkan munculnya ideologi sosialisme di Indonesia ditandai dengan kegagalan yang dialami selama perlawanan fisik, ditambah dengan tekanan dari berbagai bidang seperti ketimpangan ekonomi dan industrialisasi yang begitu pesat. Sosialisme sendiri merupakan suatu ajaran yang mengacu pada sistem ekonomi dan tatanan negara yang tidak menginginkan adanya kesenjangan sosial dalam masyarakat guna untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat. Paham sosialisme diibaratkan “rahim” yang kemudian akan melahirkan keseimbangan hidup dalam tatanan bermasyarakat dengan mengolaborasikan kaum konglomerat dan kaum proletar.

Salah satu tokoh yang sering kali dikaitkan dengan ideologi sosialisme ialah Karl Marx dan Friedrich Engels, mereka merupakan pemikir politik yang memunculkan varian sosialisme yaitu Marxisme. Marx mengkritik keberadaan kapitalisme karena mengakibatkan negara hanya menjadi komite eksekutif untuk mengelola kepentingan kelas borjusi melakukan eksploitasi terhadap kelas pekerja. Varian kedua, sosialisme demokratik sosialisme yang memposisikan egalitarianism sebagai tujuan utamanya. Ideologi ini dikembangkan oleh Thomas More, Robert Owen, dan Claude Henry St. Simon yang menekankan bahwa kebijakan-kebijakan negara ditekankan pada pengurangan secara substansial ketidaksetaraan dalam kondisi-kondisi material. Adapun persamaan pandangan antara marxisme dan sosialisme demokratik yakni pandangan optimistis terhadap “human nature”, penekanan pada kerja sama, pandangan positif tentang kebebasan dan dukungan terhadap kesetaraan.

Namun, sosialisme tidak berkembang di Indonesia, hal ini dikarenakan sosialisme lebih mengedepankan dominasi negara atas individu yang tentunya bertentangan dengan prinsip penegakan HAM yang mengutamakan keseimbangan sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Hal inilah yang mendorong seorang tokoh pergerakan yang juga merupakan tokoh politik Islam H.O.S Tjokroaminoto mengembangkan sosialisme di Indonesia yang berwujud sosialisme Islam. Tjokroaminoto tidak melihat sosialisme Islam sebagai penggabungan antara ajaran sosialisme Barat dan ajaran Islam. Menurutnya, sosialisme Islam tidak bersumber dan dipengaruhi oleh pemikiran politik Barat, namun pemikiran yang secara nyata terkandung dalam ajaran Islam. Menurutnya sosialisme Islam adalah sosialisme bersandar kepada ajaran agama Islam wajib diimplementasikan oleh umatnya sepanjang hal tersebut merupakan perintah agama Islam yang inti ajarannya bersumber dari Al-Qur’an dan As-Sunnah. Asas-asas sosialisme telah diimplementasikan pada masa kepemimpinan Nabi Muhammad S.A.W terkuak bahwa pengimplementasiannya lebih mudah dibandingkan sosialisme Barat. Ada dua macam sosialisme yang dikenal dalam Islam yang pertama status sosialisme baik yang bekerja dengan kekuatan satu pusat maupun yang bekerja dengan kekuatan “gemeente-gemeente”. Maka bentuk sosialisme inilah yang sangat utama dijalankan oleh Islam. Berdasarkan hal tersebut maka sistem pemerintahan dalam suatu negara secara vertikal memegang peranan penting dalam praktik sosialisme.

Tjokroaminoto juga menggambarkan perbedaan sosialisme Islam dengan sosialisme Barat dalam konteks pemetintahan. Sosialisme Barat menerapkan sistem demokrasi yakni pemerintah  mengadopsi sistem perwakilan menurutnya bukanlah sosialisme padahal dalam sistem sosialisme, seharusnya rakyat mempunyai hak bersua untuk mengatasi masalah negara. Dalam sosialisme Islam, masalah tersebut terpecahkan karena kekuasaan membentuk peraturan tidak diserahkan kepada parlemen atau golongan partai yang mewakili kepentingan masyarakat. Karena peraturan-peraturan dalam Islam adalah mutlak berasal dari Tuhan sehingga tidak ada yang dapat mengubahnya sesuai dengan kepentingan pribadinya. Kepala-kepala pemerintah menjadi alat untuk menolong dari kesusahan dan mewujudkan harapan-harapan, serta untuk menjalankan peraturan Tuhan yang didasarkan pada kehendak seluruh rakyat (Tjokroaminoto, 2010: 25).

Penentangan keras sosialisme Islam terhadap kapitalisme tidak lain dan tidak bukan karena Islam mengharamkan riba dan tindakan eksploitasi yang termasuk dalam kasus riba. Praktik sosialisme yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW yakni pada saat Rasulullah mengangkat derajat seorang budak Beliau menjadi orang merdeka. Praktik tersebut tentu saja sulit atau bahkan tidak ditemukan dalam praktik sosialisme Barat. Selain itu, Tjokroaminoto juga berpendapat bahwa Marxisme tidak tidak boleh diterima umat Islam karena perbedaan cara pandang yang fundamental mengenai keberadaan Tuhan dan agama. Marxisme menyatakan bahwa agama hanyalah alat untuk mengalihkan kesulitan yang dirasakan masyarakat dan tidak mengakui keberadaan Tuhan. Sedangkan sosialisme Islam menyakini keberadaan Allah yang menurunkan agama sebagai alat untuk menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi pada masyarakat. Hal-hal mendasar terkait sosialisme Islam, pertama adalah dalam Al-Qur’an Surah Al-Baqarah ayat 213 yang menyatakan bahwa seluruh umat manusia bersaudara atau bersatu sehigga sudah menjadi kewajiban setiap individu untuk bekerja sama mencapai kemaslahatan bersama. Kedua, dalam Al-Qur’an Surah Al-Hujurat ayat 12 yang mengajarkan untuk menciptakan perdamaian tanpa melihat unsur SARA karena sosialisme Islam merupakan perwujudan yang setara, merata, dan adil guna untuk mencapai kesejahteraan sesuai yang tercakup dalam nilai-nilai tauhid.  Kendatipun demikian terdapat persamaan prinsip sosialisme Islam dan sosialisme Barat seperti prinsip keadilan, kesetaraan, dan persaudaraan. Selain itu, sama-sama bertujuan menciptakan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat.

*) Penulis adalah Pengurus DEMA Fakultas Ushuluddin Filsafat Dan Politik periode 2019/2020, Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar

Facebook Comments Box
ADVERTISEMENT