Beranda Literasi Momentum Hari Aksara Internasional, Guru Bahasa Makassar ini Gaungkan Kembali Aksara Lontarak...

Momentum Hari Aksara Internasional, Guru Bahasa Makassar ini Gaungkan Kembali Aksara Lontarak di Daun Lontar

0

MataKita.co, Makassar – Setiap tanggal 8 September diperingati sebagai hari aksara Internasional. Momentum ini dijemput dengan baik oleh salah seorang pemuda yang berprofesi guru bahasa Makassar di SMPN 34 Makassar, Akbar Amri. Alumnus Univeritas Hasanuddin ini kembali menggaungkan aksara lontarak dengan menuliskan aksara lontarak di daun lontar atau Lekokballok.

Pemuda yang sudah berstatus ASN ini melalui releasenya (08/09/2021) menuturkan bahwa hanya ada beberapa suku bangsa yang memiliki aksara di Indonesia, termasuk suku Makassar memiliki aksara lontarak Mangkasarak. Patutlah dilestarikan dan dibudayakan kembali menulis aksara lontarak Makassar yang ditulis di media tulis awalnya, yaitu daun lontar atau lekokballok.

“Dalam naskah kronik kerajaan Gowa, pada masa Sombayya Sultan Malikkusaid, tercacat bahwa beliau pandai menulis aksra Arab (Mangngandalaki Maklekokballok Arak) dan Aksara Lontarak Makassar (Mabajik Batena Maklekokballok Mangkasarak)”, adapun aksara lontarak yang sempat digunakan oleh suku Makassar, yaitu aksara lontarak Toa/Jangang-Jangang, aksara serang/Arab berbahasa Makassar, lontarak bilang-bilang dan lontarak sulapak appak/persegi empat/lontarak baru”, Ungkap Akbar.

Akbar menambahkan bahwa Memasuki abad ke 17 penulisan aksara lontarak Makassar sudah mulai menggunakan media kertas yang dianggap lebih praktis dan efisien. Memasuki era digital aksara lontarak Makassar juga sudah dapat digunakan diberbagai media elektronik misalnya, handphone dan laptop. Walaupun demikian sebagai asal usul nama aksara lontarak Makassar yang diambil dari media yang digunakan untuk ditulis yaitu daun lontar penting untuk dilestarikan kembali.

Berdasarkan sejarah, pembuat dan penemu aksara lontarak Makassar, yaitu I Daeng Pamatte, yang menjabat sabannarak dan tumailalang, dia membuat aksara bangsa/suku Makassar. di masa raja Gowa/Sombayya Bernama Karaeng Tumapakrisik Kallonna. Dimana Daeng Pamatte ditugaskan untuk membuat sebuah aksara untuk kepentingan dalam pemerintahan kerajaan Gowa dan sebagai catatan keilmuan yang ada saat itu. Referensi dari Prof. Sugira bahwa naskah-naskah lontarak dengan tulisan tangan orang Makassar itu memuat himpunan kesusastraan yang ragamnya bermacam-macam.
Pemuda asal Makassar ini menuliskan aksara lontarak dengan panjang media daun lontar yang digunakan bergantung pada teks yang ditulis.
“Untuk saat ini kira-kira kurang lebih 10 meter untuk satu tema, isinya biasanya berupa cerita atau kisah yang mengandung nilai-nilai kearifan lokal”, Ujarnya.

Saat ini akbar sementara menyiapkan seluruh bahan dan alat yaitu, daun lontar lekok talak/ballok, alat mengukir, dan bahan pewarna agar tulisannya bisa dibaca.

“Nantinya saya berikan kepada peserta didik saya dipakai untuk belajar menulis aksara lontarak Makassar dan sebagai wujud pelestarian budaya menulis, khususnya menulis di daun lontar”, Papar Akbar.

Akbar juga melakukan ini sebagai wujud dukungan isu lingkungan/pengganti kertas. Menurutnya, walaupun tidak banyak berpengaruh, setidaknya ia berusaha mendukung pelestarian lingkungan dengan cara yang sederhana.

“Semoga di hari aksara Internasional ini khususnya pemerintah kota dan provinsi, memberi perhatian khusus kepada aksara lontarak Makassar dan mapel bahasa Makassar, tanpa bahasa Makassar aksara lontarak akan kehilangan muruahnya,”Harap Akbar.

Facebook Comments Box
ADVERTISEMENT