*Oleh: Engki Fatiawan
IMMawan dan IMMawati adalah dua role model mahasiswa yang berada dalam naungan panji-panji Islam. Al-Qur’an dan As-sunah ialah landasan pergerakan bagi mereka. Perjuangan menjadi akademisi yang berakhlak mulia merupakan tujuan dalam mengemban amanah sebagai IMMawan dan IMMawati.
Ruh organisasi yang disebut IMM berada pada mereka yang memiliki amanah menjadi IMMawan dan IMMawati. Keduanya bekerja sama menjalankan roda organisasi Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah. Dengan kolektif kolegial segala sesuatu yang dianggap mustahil akan bisa dijalankan sesuai dengan hukum alam.
Namun, apa yang terjadi jika diantara IMMawan dan IMMawati mengalami Baper? Baper adalah kata kekinian yang merupakan singkatan dari bawa perasaan. Terkadang orang akan mengeluarkan emosi ketika sedang mengalami atau menanggapi sesuatu dari dalam atau pun dari luar dirinya. Berbeda bentuk emosi yang dikeluarkan oleh seseorang tergantung hal apa yang mereka alami
Menurut Chaplin, perasaan adalah keadaan atau state individu sebagai akibat dari persepsi yang ada akibat stimulus baik external maupun internal. Baper biasanya dikatakan kepada orang yang sedang mengalami kesenangan, kemarahan, dan kesedihan. Seorang perempuan jika dilemparkan kata-kata gombalan dan dia menampakkan emosi senang maka dia sering disebut baper oleh kawannya. Begitupun apabila dia marah.
Namun, disini penulis tidak akan menceritakan dua individu yang sedang berada dalam kebaperan dengan saling mencintai. Bukan membuat sebuah cerita pendek yang bertemakan kisah cinta antara IMMawan dan IMMawati. Bukan pula curahan hati penulis yang menyukai seorang immawati.
BerIMM itu dilarang baper (bawa perasaan). Baper yang dimaksud adalah perasaan marah, kecewa, yang berujung pada kemunduran bahkan hilangnya pergerakan ditengah masyarakat. Hal ini akan berimbas pada gairah berorganisasi. Kemudian akan muncul sentimen dan saling tidak percaya diantara mereka para penggerak organisasi.
Lalu bagaimana apabila pemimpin yang mengalami baper? Dalam taraf bernegara, jika seseorang pemimpin negara mengalami baper maka dia akan menjadi bahan pembicaraan di masyarakatnya. Terbukti bahwa pemimpin tersebut tidak bisa memanajemen dirinya dengan baik. Kira-kira seperti itu pula jika hal ini terjadi pada pemimpin dalam sebuah organisasi.
Di Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah diajarkan mengenai self concept untuk mengetahui hakikat diri dan mampu mengelola diri dengan baik. Mereka yang disebut sebagai kader IMM adalah orang-orang yang selesai pada konsep dirinya. Dia mampu memanajemen dirinya dengan baik dan menanggapi sesuatu dengan bijak. Apalagi telah melalui jenjang kekaderan yang lebih tinggi dan lebih-lebih lagi mereka yang telah melalui pelatihan instruktur.
Hal baper yang berujung pada tercerabutnya kepercayaan dan hilangnya pergerakan ditelan bumi mustahil akan terjadi jika konsep diri mampu di manajemen dengan baik. Maka dari itu, perlu untuk sadar dan merenungkan diri. Menepi sejenak adalah sah-sah saja. Namun, bukan untuk menepi selamanya sehingga kapal akan lapuk dan hilang tersapu ombak bersama buih di pinggir pantai.
Dalam buku Filosofi Teras oleh Henry Manampiring mengajarkan mengenai filsafat stoa. Sebuah konsep yang mengajarkan untuk fokus pada kontrol diri yakni, hati dan pikiran. Beberapa prinsip filsafat stoa yang berikan dalam buku tersebut yaitu dikotomi kendali, hidup selaras dengan alam, dan bagaimana merespon opini orang lain.
Buku tersebut bisa menjadi bahan perenungan agar mampu membuat diri lebih bijak lagi. Dan perenungan yang terbaik adalah perenungan ditempat dimana kita berakar. Karena orang-orang yang telah menumbuhkan biji dormansi (keadaan biji dalam masa istirahat, tidak bisa tumbuh) dalam diri merekalah yang lebih tahu.
Maka dari itu, perlu dipakai filosofi pohon besar dan pohon kecil. Pohon besar akan melindungi pohon kecil dari terpaan angin, dari panasnya sinar matahari, dan dari derasnya hujan.
*) Penulis adalah kader IMM Unhas Cabang Makassar Timur