Beranda Mimbar Ide Obituari H. Danni Iskandar ; Harmoni untuk Nunukan

Obituari H. Danni Iskandar ; Harmoni untuk Nunukan

0
H. Danni Iskandar

Oleh : Akbar Najemuddin*

“Bagi saya Nunukan hanya bisa kita bangun apabila, para politisi dan calon – calon pemimpin di daerah ini mengusung ide dan konsep politik Harmoni”

-H. Danni Iskandar-

Saya mengenal bapak H Danni Iskandar, sekitar 2 tahun lalu tepatnya tahun 2020. Waktu itu beliau menjadi salah satu kandidat calon kepala daerah kabupaten Nunukan.

Kesan saya kepada H. Danni Iskandar bahwa beliau merupakan sosok kepala keluarga yang bersahaja, sekaligus kakak, kawan bertukar pikiran yang cerdas, inovatif dan komunikatif, jauh dari kata eksklusif, sebagaimana sosok elite yang terjerembak dalam figur politisi. Bermula dari perkenalan itu kemudian kami sering berdiskusi tentang beragam tema mulai dari pertanian, rumput laut, pelabuhan sampai pada ranah politik. Namun yang membuat saya sangat terkesan adalah pikiran beliau tentang bagaimana membangun peradaban melalui konsep Politik Harmoni.

Di beberapa kali kesempatan baik itu pula, saya banyak menelisik makna “Politik Harmoni” yang senantiasa beliau utarakan melalui konsep-konsep yang sangat dekat dengan kehidupan masyarakat Nunukan.

Secara sederhana beliau memetakan ketika kolaborasi dan kerjasama adalah wujud nyata membagun Nunukan melalui konsep harmoni. Disinilah ide dan pikiran belau berbeda dengan para politisi sebelumnya. Disaat “kompetisi” dan “kontestasi” menjadi sebuah doktrin utama dalam mencapai tujuan. Baginya kemenangan bukanlah tujuan akhir dari serangkaian proses kompetisi dan kontestasi itu. Tetapi kemenangan justru menjadi langkah awal dan babak baru membangun peradaban untuk semua anak bangsa yang ada didalamnya.

Nunukan berhak mendapatkan kesempatan yang sama dalam berbagai aspek kehidupan, salah satunya yakni pemerataan pembangunan. Guna membangun harmonisasi yang dinamis dari Nunukan untuk Indonesia, kita harus mulai lebih santun dalam berpolitik.

Menurut beliau, fenomena politik saat ini sangat mengerikan. Banyak ditanam pohon-pohon yang beracun yang buahnya mulai banyak dikonsumsi oleh masyarakat, apalagi untuk generasi-generasi yang akan memimpin ke depan.

“Tugas kita sekarang adalah bagaimana kita harus bisa menanam pohon penawarnya, caranya bagaimana? Coba banyak bertemu dengan masyarakat dari berbagai kalangan, kelas sosial bukan pembatas antara saya dengan para nelayan, petani, pekerja di pelabuhan toh mereka salah satu pendorong kemajuan Nunukan jika ruang-ruang kolaboratif bisa di hadirkan. Kita mesti duduk bersama, mendengar lebih banyak keluhan dan yang terpenting sampaikan kebenaran” kata H Danny.

Merajut Nilai Kemanusiaan di Tapal Batas

Kemunculan ide dan gagasan beliau tentunya merupakan akomodasi dari serangkaian perjalanan kehidupan sebagai orang yang besar di tapal perbatasan dengan lingkungan yang sangat multikultural dengan beragam suku, agama bahkan ideologi bangsa sekalipun. Kesehariannya yang banyak bergumul dengan realita sosial memberikan pembuktian bahwa dalam aspek pemerintah harus memberikan perhatian khusus pada masyarakat yang memiliki keunggulan dalam mengembangkan potensi dirinya. Misalnya memberikan beasiswa pendidikan, menyediakan lapangan kerja di sektor agraria (tanah, perairan, hutan, bahan tambang, dan udara). Sebagai wilayah yang berbatasan langsung dengan negera tetangga, Malaysia, sudah semestinya pemerintah juga harus memperhatikan pengelolaan emigrasi yang akan menjadi masalah besar terhadap kenyamanan wilayah, seperti kemiskinan, kriminalitas dan pengangguran. Di sisi lain, pemerintah harus membangun dan menciptakan alternatif pembangunan yang bernuansa kemanusiaan, sebagai bentuk tanggungjawab pemerintah yang dapat melindungi kedaulatan dan stabilitas masyarakat. Andai konsep ini bisa terimplementasikan dengan bijaksana, jelas akan menguntungkan rakyat Nunukan secara umum.

Pada perbincangan larut malam di beranda rumahnya, beliau menyadari betul bahwa menciptakan ‘peradaban yang lebih harmoni’  pada semua kalangan, tidak hanya sebatas pertarungan politik dalam periodesasi. Merubah wajah peradaban bukan persoalan mudah bagi siapapun. Apalagi yang hanya memiliki visi dan tidak memiliki konsep kehidupan bermasyarakat jauh ke depan. Tetapi, bukan berarti gagasan ini bisa di katakan angin lalu belaka. Saya menafsirkan, konsep Politik Harmoni ini tidak menghendaki pola hubungan yang serba-pusat alias sentralisitik, apatalagi kondisi geografis Nunukan. H Danni mengajarkan kepada saya bagaimana upaya untuk menyelaraskan kehidupan sesama manusia adalah hal penting. Tanpa harmonisasi, birokrasi akan menjadi buta, alih-alih menjadi alat untuk mengatur, birokrasi hanya akan menjadi batasan. Tanpa keselarasan, masyarakat akan semakin menjauhi kesejahteraan. Maka keberadaan aspek-aspek kehidupan lainnya; sosial—ekonomi dan keberlangsungan kehidupan masyarakat lokal yang bergantung kepada kebijakan pemerintah patut untuk dikhawatirkan.

Membawa Pulang Kebaikan, Pergi Menuju Keabadian

Selepas menikmati suguhan secangkir kopi dan kue-kuean dari satu rumah warga ke perkumpulan warga lainnya, beliau membawa beragam rupa cerita, penemuan makna—harapan  yang rakyat amanahkan ke pundaknya. Sikap berpolitik, harusnya juga demikian. Pilihan, pembelaan, dan sampah fanatisme harusnya perlahan dikumpulkan untuk dibawa pulang lalu di daur ulang menjadi kebaikan baru. Kesetaraan menjadi penting demi menjawab tantangan yang diemban setiap generasi. Kesesuaian adalah keharusan agar ada harmoni antara metode pendekatan dengan realitas politik lokal.

Pengalaman pada laga politik 2020, banyak membentuk pribadi H Danny sebagai figur yang mampu memerankan segala macam agitasi, sikap teladan, dan segala usaha yang telah ia upayakan untuk kembali tumbuh bersama. Jika tidak, kesulitan mengurai sampah-sampah politik yang tersisa, hanya akan semakin membuat dunia politik makin ringkih.

Bagian terakhir, saya menegaskan pada rakyat Nunukan, kontribusi nyata H Danni telah berkamuflase menjadi seruan untuk kemanusiaan, tak terbatas oleh ruang dan waktu. Kapan dan dengan kondisi apapun. Hadirnya gagasan “Politik Harmoni” tentu bukanlah intuisi belaka, perjalanan buah pikir ini telah melalui beragam terpaan proses yang tidak ringan, mulai dari konflik dan beragam negosiasi kepentingan saling terpaut didalamnya. Keteguhan nan tawaduh terpatri dalam sosoknya, menembus batas politik dan birokrasi dengan keikhlasan mengabdi, dalam kebaikan ia abadi.

*) Penulis adalah sahabat HDI

Facebook Comments Box
ADVERTISEMENT