MataKita.co, Makassar – Program Studi Agama-agama bersama Program Studi Sosiologi Agama, Fakultas Teologi dan Sosiologi Agama, Institut Agama Kristen Negeri (IAKN) Toraja, kembali menyelenggarakan kegiatan pendampingan Desa Binaan di Desa Salu Sopai, Kecamatan Sopai, Kabupaten Toraja Utara, 25-27 November 2022.
Kegiatan yang merupakan pengabdian kepada masyarakat (PKM) ini diselenggarakan sebagai bagian dari Tridarma perguruan tinggi, yang untuk penyelenggaraan tahun ini bertemakan ‘Tallu Batulalikan: Tantangan dan Peluang’. Turut hadir dalam kegiatan ini antara lain sejumlah tokoh masyarakat dan adat, pemangku agama, dosen dan mahasiswa IAKN, serta masyarakat dan tokoh pemuda.
Menurut Dr. Rannu Sanderan, Koordinator Koordinator Program Studi Studi Agama-agama IAKN Toraja, tema ‘Tallu Batulalikan: Tantangan dan Peluang’ dipilih bertujuan untuk membuka ruang diskusi dalam memaksimalkan peran tiga pilar kepemimpinan masyarakat, yaitu masyarakat adat, tokoh agama, dan pemerintah.
Hal yang sama disampaikan Dr. Amos Susanta, selaku Koordinator Program Studi Sosiologi Agama IAKN Toraja, yang menilai pentingnya tema ini diangkat di ruang publik sebagai tema PKM program studi Sosiologi Agama dan Studi Agama-agama tahun ini.
“Kegiatan ini kami harapkan menjadi awal kerja sama yang baik dalam tiga pilar pemimpin. Harmoni yang baik dapat dicapai jika kegiatan PKM ini dapat dilaksanakan secara rutin dan terjadwal,” ujar Amos.
Pdt. Yekhonya F.T. Timbang, mewakili tokoh agama, memaparkan bahwa masyarakat Toraja saat ini meski berada pada era modern namun pengaruh agama dan budaya tradisional masih sangat kental. Kedua hal tersebut dinilai sangat mempengaruhi terciptanya perubahan sosial di setiap kampung atau desa di Toraja.
“Untuk mendampingi perubahan sosial tersebutlah maka pembangunan kemitraan relasional antara Tallu Batulalikan, yaitu pemerintah, tokoh agama, dan tokoh masyarakat adat, perlu dimaksimalkan,” katanya.
Melalui kegiatan PKM ini, diharapkan ketiga unsur dalam Tallu Batulalikan akan berjumpa kembali dalam focus group discussion (FGD). Kecamatan Sopai juga diharapkan bisa menjadi contoh implementasi Tallu Batulalikan yang baru di masa yang akan datang.
Menurut Resky Purnamasari Nasaruddin, salah satu dosen studi agama-agama di IAKN, tradisi Tallu Batulalikan merupakan cara masyarakat Toraja merawat kebersamaan dalam Tongkonan sebagai ikatan yang mempererat toleransi sebagai masyarakat multikultural yang memiliki sinergitas antara budaya, agama dan pemerintah.







































