Matakita. Co, Makassar. Lulusan Perguruan Tinggi dituntut untuk memiliki academic knowledge, skill of thinking, management skill, dan communication skill. Kekurangan atas salah satu dari keempat keterampilan/kemahiran tersebut dapat menyebabkan berkurangnya mutu lulusan. Sinergisme akan tercermin melalui kemampuan lulusan dalam kecepatan menemukan solusi atas persoalan yang dihadapinya. Dengan demikian, pemikiran dan perilaku yang ditunjukkan mahasiswa akan bersifat kreatif (unik dan bermanfaat) dan konstruktif (dapat diwujudkan). Kemampuan berpikir dan bertindak kreatif mahasiswa dapat disalurkan melalui Program Kreativitas Mahasiswa (PKM). Proposal pendanaan PKM yang dinyatakan lolos akan melaksanakan riset, setelah itu akan diseleksi kembali untuk memperoleh tim berkompetisi di Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas).
Salah satu Tim yang pernah merasakan atmosfir Pimnas adalah Tim dari fakultas Pertanian yang lolos pada Pimnas 34 Universitas Sumatera Utara (USU) yakni, Nurul Aliyah Akhmad (ketua), Aini Mulyani Rahman, Fierly Rachdini Nur Haryuti, mahasiswa Ilmu Teknologi dan Pangan Fadhika Apriliyani, serta mahasiswa Teknik Lingkungan Andi Yudha Pratama Ramadhan membuat biopestisida pembasmi kutu putih pada tanaman cabai rawit yang berasal dari limbah puntung rokok dan berhasil meraih medali emas kategori poster pada Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNNAS) ke-34 di Universitas Sumatera Utara (USU).
Mahasiswa Jurusan Agroteknologi tersebut menggagas sebuah inovasi di bidang pertanian khususnya pada tanaman cabai (Capsicum frutescens). Mahasiswa tersebut membuat inovasi dengan memanfaatkan limbah puntung rokok. Awal penemuan ide tersebut adalah ketika ketua tim atas nama Nurul Aliyah Akhmad Angkatan 19, melihat banyaknya puntung rokok yang berserakan di lingkungan sekitar dan limbah tersebut tidak bernilai di mata masyarakat.
“Diketahui berdasarkan hasil dari Riskesdas pada tahun 2018, perokok meningkat bukan hanya usia tua namun juga sudah merangkap ke usia muda. Perokok laki-laki usia 15 tahun sekitar 62,9% dan data tersebut merupakan pravelensi tertinggi perokok di dunia. Bahkan bisa dikatakan, Indonesia top dalam konsumsi rokok. Selain itu, Indonesia mendapatkan predikat perokok terbanyak selama 15 tahun, hal ini cukup mengkhawatirkan karena rokok bukan hanya merusak kesehatan namun juga menghasilkan limbah yang mencemari keasrian lingkungan,” jelas Nurul.
Sebelum pelaksaan kegiatan tersebut Nurul selaku ketua Tim telah dilakukan studi literatur. Setelah dirasa cukup untuk mendukung inovasi ini maka tim dari Universitas Hasanuddin melakukan riset setelah lulus pendanaan dari pihak Belmawa.
“Tim Sebelum pelaksaan kegiatan tersebut, telah dilakukan studi literatur terlebih dahulu. Setelah dirasa cukup untuk mendukung inovasi ini maka tim melakukan riset lanjutan setelah lulus pendanaan dari pihak Belmawa. Selain itu, untuk memaksimalkan hasilnya maka limbah puntung rokok di aplikasikan ke tanaman cabai yang terkena kutu putih. Adapun hasil yang didapatkan cukup memuaskan sehingga tim ini mengantarkan UNHAS ke ajang PIMNAS pada tahun 2021 yang lalu,”jelas Nurul.
Nurul juga menambahkan bahwa, jenis penelitian yang digunakan dalam PKM ini adalah jenis penelitian empiris.
“Jenis penelitian yang dilakukan termasuk jenis riset empirik yaitu riset yang dilakukan dengan alat ukur yang jelas dan tervalidasi dalam mengumpulkan data. Data yang didapat bersifat numerik yang dianalisis, baik kuantitatif, dengan metode yang jelas dan sistematis. Dengan parameter pengamatannya yaitu dengan mengujikan biopestisida puntung rokok dengan konsentrasi berbeda dengan menggunakan teknik pengaplikasian yang berbeda yaitu hand sprayer dan nozzle sprayer. Analisis statistik yang digunakan adalah uji Analisis Varian (ANOVA) dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 pengulangan dan 2 faktorial yang meliputi biopestisida puntung rokok berbagai konsentrasi dan cara pengaplikasian biopestisida yang menggunakan nozzle. Cara penafsiran yang dilakukan ialah melihat bagaimana hasil dari setiap parameter pengamatan. Jika pemberian biopestisida puntung rokok berpengaruh pada berkurangnya hama kutu putih pada tanaman cabai rawit maka dikatakan penerapan teknologi mampu memberikan inovasi baru,” Ungkap Nurul.
Demi keberlanjutan pemanfaatan Inovasi ini Nurul berharap Tim fakultas pertanian harus mengkaji lebih dalam pemanfaatan punting rokok agar dapat memberikan manfaat kepada masyarakat.
“Untuk keterlanjutan pemanfaatan inovasi ini kami berharap tim fakultas pertanian menggagas lebih dalam terkait pemanfaatan puntung rokok agar dapat dilakukan pengabdian kepada masyarakat. Sehingga ilmu yang diperoleh tidak hanya sampai pada titik tertentu namun bisa bermanfaat dikalangan masyarakat. Melalui kolaborasi dengan penyuluh pertanian daerah setempat yang akan dilakukan pengabdian sehingga tanaman hortikultura dapat terjaga dari hama utamanya kutu putih dan limbah puntung rokok dapat dimanfaatkan secara efesien,”.
Citizen Report: Dewi








































