Beranda Kampus Bersama KITA Bhinneka dan Indika Foundation, CPCD Unhas Bahas Fenomena Kekerasan di...

Bersama KITA Bhinneka dan Indika Foundation, CPCD Unhas Bahas Fenomena Kekerasan di Kampus

0

MataKita.co, Makassar – Center for Peace, Conflict and Democracy (CPCD) Unhas bekerjasama dengan KITA Bhinneka Tunggal Ika dan Indika Foundation menggelar Peace Democracy GB Colloquium di Aula LPPM Unhas pada Rabu (31/5/2023) Pukul 09.30-selesai. Kegiatan kali ini merupakan bagian dari kegiatan Kampus Tangguh yang mengangkat tema “Memahami Fenomena Konflik Identitas dan Kekerasan dalam Pengaderan pada Mahasiswa Kota Makassar: Tantangan, Ancaman dan Resolusi”.

Kegiatan ini diawali dengan sambutan oleh Plt. Ketua CPCD Unhas, Ir. Suharman Hamzah, ST., M.Eng., Ph.D sekaligus membuka kegiatan. Dalam sambutannya, Ia mengatakan bahwa kegiatan ini sangat penting bagi mahasiswa sebagai generasi muda.

“Saya mengharapkan bahwa dalam kegiatan kali ini, kita bisa mencernah lebih baik materi yang disampaikan. Karena konflik, kekerasan dan perdamaian itu tidak bisa diklaim sebagai milik tunggal, pada intinya ilmu akan berkembang terus-menerus”. Tegas Suharman.

Kegiatan ini juga menghadirkan narasumber Therry Alghifary, M.Han (Direktur KITA Bhinneka Tunggal Ika) , Dr. Ichlas Nanang Afandi (Dosen Psikologi Unhas dan Peneliti CPCD) dan Prof. Halilintar Lathief (Budayawan Sulawesi Selatan).

Peserta yang terlibat dalam kegiatan ini meliputi Wakil Dekan bidang Kemahasiswaan, pengurus lembaga dan mahasiswa dari berbagai kampus di Makassar.

Direktur KITA Bhinneka Tunggal Ika, Therry memaparkan hasil riset tentang kekerasan tawuran dan pengaderan mahasiswa yang telah dilakukan pada 2018.

“Konflik kekerasan antar kelompok mahasiswa yang terjadi dengan dua isu utama yaitu perbedaan identitas kedaerahan dan fakultas, yang juga menjadi akselerator konflik. Pemicu utama konflik adalah ketersinggungan fisik atau non fisik kepada junior atau anggota baru, wanita, pemimpin, dan simbol kelompok berupa wilayah atau atribut lembaga sebagai wujud ketersinggungan kepada extended family apabila dilihat dari perspektif kebudayaan kolektivisme, terkait akar konfliknya adalah kolektivisme atau ideologi in-group kelompok yang ekstrim, ketimpangan ekonomi masyarakat, ideologi masyarakat yang menjadikan kekerasan sebagai opsi penyelesaian masalahnya”. Ujar Therry.

Dosen Psikologi Unhas, Ichlas Nanang menyampaikan ada dua yang menjadi tantangan kedepannya dalam mengatasi konflik dan kekerasan, yaitu perkembangan teknologi dan distrust yang lemah.

“Ada dua yang menjadi tantangan kedepannya. Yang pertama, perkembangan teknologi yang semakin berkembang sehingga informasi atau hoax akan berpotensi memprovokasi ataupun mentrigger menjadi lebih agresif. Kemudian yang kedua, distrust yang semakin lemah terhadap otoritas dalam konteks apapun baik universitas maupun konteks bernegara sehingga trust yang positif terhadap otoritas universitas itu menentukan”. Tegas, Ichlas.

Budayawan Sulsel, Prof. Halilintar menyampaikan pentingnya penanaman nilai-nilai budaya agar dapat mengurai terjadinya konflik kekerasan dalam konteks universitas.

“Mungkin kita sudah tahu nilai-nilai budaya  khususnya budaya bugis, seperti malilu sipakainge, malilu sipakalebbi kemudian ada siapakatau yang berarti bagaimana kita bisa  memanusiakan manusia dan juga ada budaya siri”. Tutup, Prof Halilintar.

Kegiatan diskusi ini merupakan tahap awal dari program Kampus Tangguh yang diinisiasi Kita Bhinneka dan CPCD Unhas. Program ini merupakan upaya mengurai budaya kekerasan yang kerap meletup di kampus-kampus Makassar.

Facebook Comments Box
ADVERTISEMENT