Oleh: Andi Hendra Dimansa*
Apa isu terbaru tentang Islam? Soal jamaah haji yang terlantar atau sekitar konflik kekuasaan yang terjadi di negara-negara berpenduduk mayoritas Islam. Selain itu ada pengecaman terhadap pembakaran al-Qur’an. Tapi, apakah penganut agama Islam harus reaktif terhadap isu-isu demikian? Jangan sampai penganut agama Islam hanya bisa bersikap reaktif belaka, namun mengabaikan penyebab suatu isu atau peristiwa.
Suasana tahun baru 1445 H yang jatuh pada tanggal 19 Juli 2023 semestinya dipikirkan hal-hal konkrit bagi segenap penganut agama Islam. Bukan sekedar larut dengan pembacaan tilawah, khataman Qur’an dan baca doa sebagai bagian dari perayaan tahun baru Islam. Penganut agama Islam harus berpikir lebih terbuka, bahwa kini perkembangan teknologi sudah demikian canggih. Lalu, apa peran penganut agama Islam? Bila sekedar hanyut dalam perayaan maka penganut agama Islam akan jadi sufi-sufi yang melantunkan syair-syair suluk, namun menjadi konsumeris garis keras dan laris manis di perputaran pasar.
Penganut agama Islam harus bersikap kritis dan perlu sedikit keras memikirkan tentang masa depannya. Jangan sampai orang-orang sudah berada di Mars, namun perbincangan dan peredaran penganut agama Islam masih seputar Mekkah-Madinah. Kini perkembangan demikian pesat bahkan telah banyak masuk kepada isu Artificial Intelligence (AI). Apakah penganut agama Islam sudah menyiapkan diri?
Kisah masa lalu menjadi andalan bagi penganut agama Islam apabila diperhadapkan dengan isu-isu kemajuan. Tapi, apa urgensi masa lalu bila hanya sekedar penghibur di tengah ketertinggalan. Mohammad Natsir dalam tulisan-tulisannya yang terhimpun menjadi buku “Capita Selecta” memberikan berbagai uraian agar penganut agama Islam mampu mencapai kemajuan. Bila mencermati di dalam diri penganut agama Islam sering kali hanya semangat yang tinggi, namun kedalaman terhadap pengetahuan keislaman masih terlampau sedikit.
Apakah penganut agama Islam masih kurang kesadaran terhadap Islam selain sekedar perayaan belaka? Tapi, setelah selesai perayaan maka sudah tinggal kenangan saja. Upaya harus konkret semisal dalam perayaan tahun baru Islam, maulid, isra-mi’raj dan idul fitri serta idul adha harus ada pencapaian di bidang ilmu pengetahuan. Jadi, perayaan itu betul-betul ada yang konkrit yang dirayakan dan memberikan kesadaran bagi penganut agama Islam.
Selain itu, tokoh-tokoh Islam harus lebih fokus dalam menanamkan pengetahuan kepada penganut agama Islam. Jangan sampai semangat keislaman hanya sekedar selogan guna menarik simpati demi meraih elektoral di Pemilu. Saat menulis tulisan ini, seorang teman mengutarakan kegelisahanya bahwa kampusnya mau pakai nama wali, urus honor seminar saja sudah dua bulan belum selesai. Apakah penganut agama Islam sudah demikian lamban dalam segala urusan? Tapi, begitu cepat dalam urusan aksi-reaksi dalam mengatasnamakan membela Islam.
Muhammad Abduh dalam ungkapan yang terkenal bahwa saya melihat Islam di Barat, namun tidak melihat orang Islam. Penganut agama Islam harus jujur dengan keadaannya sekaligus melakukan pembenahan diri. Jangan menganut pandangan lama bahwa cukup dengan Qur’an dan hadis. Tapi, harus dipikirkan sejauhmana dalil-dalil itu mampu dikombinasikan dalam melihat pintu-pintu kemajuan. Jangan ada anggapan segala sumber di luar Islam tidak relevan, namun secara terbuka harus belajar dan mengambil manfaat. Perdebatan dengan label syariat atau semacamnya harus lebih produktif dan mampu berimplikasi kepada kemajuan teknologi.
Sikap terbuka dan belajar kepada kemajuan harus dilakukan bukan serta-merta memberi label tidak boleh. Kalau perlu upaya lebih giat dan segala sumber daya dikerahkan dalam mensponsori kemajuan Islam. Kritis dan lebih realitis melihat kemajuan harus lebih diutamakan, jangan berpangku tangan apalagi berprinsip “Imam Mahdi pasti tiba”. Muhammad Ikbal dengan segala pandangan sekaligus sikap kritisnya menyatakan bahwa umat Islam harus menolong dirinya sendiri. Sehingga sikap pasif harus disingkirkan dan kesadaran terhadap kemajuan dapat diraih dengan yakin terhadap kemampuan yang dimiliki oleh penganut agama Islam.
*) Penulis adalah Peneliti Profetik Institute