MataKita.co, Barru — Universitas Hasanuddin (Unhas) melalui Program Pengabdian kepada Masyarakat kembali menunjukkan kepedulian akademiknya terhadap pembangunan komunitas akar rumput. Sebuah inisiatif baru diluncurkan oleh tim dosen dan mahasiswa Unhas di Desa Lasitae, Kecamatan Tanete Rilau, Kabupaten Barru, dengan fokus utama pada penguatan organisasi komunitas pesisir untuk mendukung akses dan kualitas pendidikan anak usia dini. Kegiatan ini berlangsung tanggal 28 dan 29 juli 2025.
Program yang digagas dan dipimpin oleh Dr. Arsyad Genda ini bertajuk “Penguatan Kapasitas Organisasi Komunitas Pesisir dalam Meningkatkan Akses dan Kualitas Pendidikan Anak Usia Dini”. Kegiatan ini menjadi respons atas kenyataan bahwa Desa Lasitae, yang mayoritas penduduknya berprofesi sebagai nelayan dan petambak, hanya memiliki satu lembaga PAUD formal dengan keterbatasan ruang dan tenaga pendidik. Akibatnya, banyak anak usia 3 hingga 6 tahun belum mendapatkan layanan pendidikan awal yang memadai.
Lebih dari sekadar membuka ruang belajar baru, program ini membangun dari bawah, menghidupkan peran organisasi lokal, melatih kader desa, dan memberdayakan orang tua untuk bersama-sama mengambil alih peran penting dalam pengelolaan pendidikan anak usia dini. Tim Unhas mendorong komunitas Lasitae untuk mengembangkan PAUD komunitas secara mandiri, dimulai dengan pelatihan manajemen organisasi bagi 15 kader desa, penyusunan rencana kerja tahunan, hingga pencatatan perkembangan anak secara sistematis.
Pendekatan berbasis budaya lokal menjadi kunci. Modul stimulasi dini yang dikembangkan oleh tim mengangkat kekayaan narasi pesisir, permainan tradisional, dan lagu anak daerah, agar materi belajar tidak terasa asing bagi anak-anak. Para orang tua dan kader tidak hanya menjadi penerima manfaat, tetapi turut terlibat aktif dalam proses penulisan modul melalui lokakarya bersama yang disebut co-creationworkshop. Selain itu, ruang balai desa ditata menjadi “Learning Corner” yang nyaman, menarik, dan mudah diakses setiap hari.
Pemerintah Desa Lasitae memberikan dukungan penuh terhadap program ini. Mereka tidak hanya memfasilitasi ruang kegiatan, tetapi juga berkomitmen untuk mendaftarkan PAUD komunitas ke Dinas Pendidikan agar memperoleh pengakuan dan akses anggaran desa secara berkelanjutan. Forum Muda Lasitae, sebagai mitra aktif, mengoordinasi logistik dan pendampingan selama kegiatan berlangsung, memperlihatkan semangat kolaborasi nyata antara kampus dan desa.
Musrayani Usman, dosen yang juga tergabung dalam tim pengusul, menyebut bahwa penguatan organisasi adalah langkah paling strategis agar pendidikan anak usia dini tidak hanya menjadi program temporer, tetapi menjadi bagian dari struktur sosial desa, ketika kader desa mampu menyusun laporan perkembangan anak, mengorganisasi sesi pembelajaran, dan melibatkan orang tua secara aktif, maka PAUD komunitas telah tumbuh sebagai lembaga sosial yang hidup.
Andi Muhammad Arif Haris, juga mengatakan bahwa Program ini dapat memperkuat kapasitas organisasi lokal, membangun kepercayaan dan kepemilikan dari dalam komunitas, serta mendampingi dengan pendekatan yang kontekstual, pendidikan anak usia dini di wilayah pesisir seperti Lasitae bukan lagi sekadar cita-cita, kini sedang dibangun, oleh dan untuk masyarakatnya sendiri.