Matakita.co, Sinjai – Aroma kopi khas Nusantara menyelimuti Desa Arabika selama dua hari terakhir. Bukan hanya sekadar biji yang diseduh, kopi kini diolah menjadi beragam produk kreatif berkat pelatihan yang digelar Himpunan Mahasiswa Administrasi Bisnis (HIMANIS) Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum Universitas Negeri Makassar (UNM).
Lewat program bertajuk “Kampus Kopi: Pemberdayaan Pemuda melalui Wisata Edukasi Berbasis Kekayaan Intelektual Komunal dengan Strategi Participatory Action Research untuk Kemandirian Desa Arabika,” kegiatan ini mengajak pemuda setempat untuk lebih dekat dengan warisan kopi mereka.
Kopi Bukan Sekadar Seduhan
Pada Kamis (4/9) dan Jumat (5/9), pemuda Desa Arabika dari Lembaga Penggerak Wisata serta komunitas Pendekar Kopi berlatih mengolah kopi menjadi produk bernilai tambah. Hari pertama diisi dengan pembuatan teh bunga kopi, kerupuk manis, dan kerupuk asin kopi.
Hari kedua tak kalah menarik. Peserta mencoba resep serundeng daun kopi dan dodol kopi. Daun yang selama ini kurang dimanfaatkan kini berubah menjadi olahan serundeng dengan cita rasa unik, sementara dodol kopi menghadirkan perpaduan legit manis dengan aroma khas kopi.
Suara Pemuda, Harapan Desa
Ketua PPK ORMAWA HIMANIS FISH UNM, Arief Ramadhann, menyebut kegiatan ini sebagai bukti nyata kolaborasi antara kampus dan masyarakat.
“Kampus Kopi hadir sebagai ruang belajar dan berinovasi bersama. Kami ingin pemuda desa tidak hanya menjadi penonton, tetapi juga aktor utama dalam memajukan desa melalui wisata edukasi kopi,” ujarnya.
Salah satu peserta, Sri, anggota Pendekar Kopi, mengaku antusias mengikuti pelatihan.
“Selama ini kami hanya melihat kopi sebagai hasil panen biasa. Sekarang kami tahu kopi, bahkan daunnya, bisa diolah jadi produk kreatif. Ini membuat kami semakin bersemangat memajukan desa,” katanya.
Menuju Desa Wisata Edukasi Mandiri
Respon positif masyarakat menunjukkan bahwa kopi bukan hanya identitas, tetapi juga peluang ekonomi. HIMANIS FISH UNM berharap Desa Arabika dapat tumbuh sebagai pusat wisata edukasi kopi yang berdaya saing dan menjadi contoh pemberdayaan berbasis partisipasi pemuda.
Dengan inovasi ini, Desa Arabika perlahan menjelma bukan hanya sebagai penghasil kopi, melainkan juga destinasi wisata edukasi yang menawan, tempat generasi muda menemukan jati diri sekaligus menghidupkan ekonomi lokal.








































