Beranda Ekologi Dari Tanah Tumbuh Harapan: Jejak Kisah Jambore Ruang III di Barru

Dari Tanah Tumbuh Harapan: Jejak Kisah Jambore Ruang III di Barru

0

Matakita.co, Barru  – Dari tanah tumbuh harapan. Kalimat sederhana ini menjadi pesan bermakna dari akhir kegiatan Jambore Ruang ke-3 bertajuk “Merawat Tanah Harapan di Barru” yang digelar pada 5–7 September 2025 di Tanah Harapan, Kabupaten Barru.

Selama tiga hari, jejaring komunitas berkumpul, mendirikan tenda, bercengkerama di sekitar api unggun, hingga melepas rindu dalam obrolan hangat. Namun lebih dari sekadar pertemuan, kehadiran mereka membawa semangat baru, potret kebersamaan, dan spirit menjaga bumi.

Jejak Rusman di Tanah Harapan

Kisah Tanah Harapan tak lepas dari peran Rusman, ustaz sekaligus penyuluh agama yang menjadi penggagas dan perintis kawasan ini. Baginya, tanah harapan adalah lokus kesadaran ekologis, tempat manusia belajar tentang arti kehidupan.

“Dari tanahlah kita berasal, dan di atas tanah kita menanam harapan demi terpenuhinya hukum keseimbangan di bumi,” ujar Rusman.

Atas dedikasinya, Rusman yang juga penyuluh agama Kemenag Barru berhasil meraih PENAIS Award 2025 kategori Pelestarian Lingkungan.

Spirit Komunitas dan Relawan

Jambore Ruang tak hanya menghadirkan refleksi spiritual, tetapi juga menyimpan kisah-kisah pengorbanan para penggiat lingkungan. Dalam berbagai situasi sulit, mereka tetap berjuang memberi nafas kehidupan bagi komunitas dan keluarga.

Semangat gotong royong itu menjadi pelajaran berharga: bahwa relawan sejati hadir tanpa pamrih, memberikan waktu dan tenaga demi tujuan bersama.

“Tak ada yang salah menjadi manusia yang lebih dikenal langit, daripada manusia yang hanya dikenal bumi,” ujar salah satu peserta dengan penuh refleksi.

Menjaga Hukum Keseimbangan

Inspirasi ini sejalan dengan pandangan pemikir Islam Osman Bakar, yang menyebut hukum keseimbangan antar manusia adalah anugerah Tuhan terbesar untuk menghindarkan alam semesta dari kehancuran.

Melalui jambore ini, komunitas lingkungan di Barru mengingatkan bahwa merawat tanah sama artinya merawat kehidupan.

Di penghujung kegiatan, pesan sederhana namun dalam kembali digaungkan: jika tak bisa sekuat hujan yang menyatukan langit dan bumi, jadilah selembut doa yang menyatukan harapan dan takdir.

Citizen report : Wahyuddin Junus – Founder Jurnal Warung Kopi, Penggiat & Artivisme Lingkungan

Facebook Comments Box
ADVERTISEMENT