Matakita.co, Makassar – Atmosfer seni rupa Makassar kembali tercipta. Pameran Seni Rupa bertajuk ‘ Refleksi 50 Tahun Wajah Seni Rupa Makassar’ yang akan digelar dalam rangkaian acara 16TH Rock In Celebes pada 1 – 2 November di Benteng Rotterdam, Makassar.
Melalui ajang pameran kali ini, terobosan kreatif hadir dalam dunia seni rupa Makassar. Dengan lahirnya karya kolaboratif bertajuk “Empat Memandang Rupa”. Gagasan ini menghimpun empat perupa Makassar, Alan Tola, Asman Djasmin, Achmad Fauzi, dan Ahmad Anzul. Keempat perupa bersatu dalam sebuah karya yang memadukan empat narasi visual yang kaya akan makna.
Kita tak pernah membayangkan sebuah karya seni yang diciptakan oleh empat seniman dengan latar belakang dan gaya yang berbeda. “Empat Memandang Rupa” adalah jawabannya. Karya ini menghadirkan empat perspektif unik tentang impian, takdir, filosofi hidup, dan keseimbangan sosial, yang dirangkum dalam satu bingkai yang harmonis.
Karya 4 seniman perupa terinspirasi dari filosofi Bugis-Makassar “Appa Sulapa'” (empat sisi). “Empat Memandang Rupa” divisualisasikan dalam bentuk belah ketupat. Di mana masing-masing karya ditempatkan pada setiap sudutnya. Presentasi ini bukan hanya estetis, tetapi juga sarat akan makna filosofis tentang kesatuan dalam keberagaman.
Untuk menelusuri lebih dalam setiap karya yang membentuk “Empat Memandang Rupa”, berikut ini karakteristik 4 karya tersebut.
Alan Tola
Alan Tola mengangkat judul “The Blossoming Dreams”. Alan Tola melalui karyanya mengajak kita menyelami kedalaman jiwa lewat “The Blossoming Dreams”. Karya ini adalah metafora tentang harapan yang tumbuh subur di tengah kegelapan.
Alan Tola menggambarkan bahwa impian yang paling cemerlang lahir dari pengalaman pahit dan tantangan hidup. Lukisan ini adalah janji tentang potensi diri yang tak terbatas, sebuah cahaya yang menari lincah di antara rintangan.
Asman Djasmin
Asman Djasmin dengan karyanya, “Balonku ada Lima”. Melalui “Balonku ada Lima”, Asman Djasmin menyajikan refleksi tentang keberagaman nasib manusia. Lewat komposisi yang sederhana namun kuat,
Asman Djasmin menggambarkan bahwa setiap jiwa membawa cerita yang unik. Ada yang bersinar dalam kejayaan, sementara yang lain terperangkap dalam bayang-bayang ketidakberdayaan.
Karya ini mengajak kita untuk memahami bahwa kekayaan dan kemiskinan hanyalah dua sisi dari koin yang sama. Setiap pengalaman hidup adalah pelajaran berharga dalam perjalanan menuju kedewasaan.
Achmad Fauzi
Dari Achmad Fauzi menghadirkan karya, “Alegori Sipakatau”. Karya lukisan ini mengajak kita dalam perjalanan budaya melalui “Alegori Sipakatau”.
Guratan karya ini terinspirasi oleh filosofi Bugis-Makassar. Achmad Fauzi menggunakan metafora Perahu Pinisi untuk melambangkan perjalanan hidup, semangat gotong royong, dan ketangguhan dalam menghadapi tantangan.
Kehadiran huruf Lontara ikut memperkuat identitas budaya yang menjadi inti dari karya ini. “Alegori Sipakatau” adalah representasi visual dari nilai-nilai luhur seperti siri na pacce, sipakatau, sipakainga, sipakalebbi, serta taro ada taro gau, yang menjadi pedoman hidup masyarakat Bugis-Makassar.
Ahmad Anzul
Ahmad Anzul dengan karyanya, “Kampung Garam: Tiga Batu (Energi Balance)”. Karya Ahmad Anzul mengajak kita merenungkan keseimbangan sosial melalui “Kampung Garam: Tiga Batu (Energi Balance)”.
Karya ini mengangkat filosofi budaya Maritim Bugis-Makassar tentang hubungan sosial yang harmonis. Melalui konsep “Tiga Batu”, Anzul menggambarkan pentingnya keseimbangan antara Pemerintah, Tokoh Masyarakat, dan Masyarakat dalam mencapai harmoni dan kemajuan bersama.
Kolaborasi 4 perupa Makassar lewat “Empat Memandang Rupa” adalah perayaan keberagaman ekspresi seni yang penuh refleksi dan kaya akan makna. Melalui karya-karya masing-masing 4 seniman perupa, kita diajak untuk merenungkan kembali impian, takdir, filosofi hidup, dan keseimbangan sosial. Setiap lukisan adalah jendela menuju jiwa seniman dan cermin bagi diri kita sendiri.
Untuk mengapresiasi ‘Empat Memandang Rupa’, jangan lewatkan kesempatan untuk melihat langsung. Karya “Empat Memandang Rupa” adalah bukti nyata bahwa kolaborasi dapat menghasilkan karya seni yang luar biasa dan menginspirasi.







































