Beranda Mimbar Ide Opini Antara Pohon dan Beton: Pentingnya Peran Ruang Terbuka Hijau bagi Masyarakat perkotaan

Antara Pohon dan Beton: Pentingnya Peran Ruang Terbuka Hijau bagi Masyarakat perkotaan

0
Erisa Ayu Waspadi Putri

Oleh : Erisa Ayu Waspadi Putri

(Mahasiswa Program Doktor Ilmu Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PSL) IPB University)

Pemanasan global kini semakin terasa nyata, bukanlah sekedar teori klise yang seringkali dipertanyakan kebenarannya. Suhu udara di banyak wilayah Indonesia terutama perkotaan senantiasa mengalami peningkatan akibat Urban Heat Island (UHI) – fenomena panasnya suatu kawasan dibanding kawasan lain sekitarnya akibat minimnya vegetasi dan dominasi lahan terbangun (terutama berbahan beton dan aspal). Fenomena tersebut bukanlah sekedar wacana, namun realita yang kita rasakan bahwa rerata kota di Indonesia mengalami peningkatan suhu hingga 1oC dalam kurun 20 tahun terakhir (BMKG, 2023). Peningkatan suhu tersebut tidak hanya membuat kota menjadi terasa lebih gerah sehingga kurang nyaman ditinggali saja, melainkan juga berimplikasi pada permasalahan-permasalahan lain yang mengancam keberlanjutannya.

Sumber: www.iea.org dengan modifikasi

Suhu meningkat, kenyamanan berkurang. Masyarakat perkotaan akan senantiasa beradaptasi memanfaatkan teknologi untuk menciptakan kenyamanan tinggal pada Kawasan perkotaan. AC (Air conditioner) merupakan salah satu solusi, yang ternyata hanya memberi efek nyaman sementara. Kini AC dapat dengan mudah kita temukan dimanapun. Rumah, perkantoran, kendaraan, bahkan fasilitas umum sudah lazim menggunakan AC. Di Indonesia, peningkatan penggunaan AC pada sektor rumah tangga meningkat tajam hingga lebih dari 8% dari tahun 2010 hingga 2025 akibat efek pemanasan global serta perbaikan perekonomian masyarakat. Peningkatan tersebut diproyeksikan akan terus berlipat ganda hingga berpotensi meningkat hingga 40% pada tahun 2040. Penggunaan AC ternyata hanya memberikan efek nyaman dan kelegaan sesaat – namun merupakan mimpi buruk bak lingkaran setan tak berkesudahan yang memperburuk kerusakan lingkungan. Penggunaan AC mengeskalasi konsumsi energi Listrik yang notabene berasal dari bahan bakar fosil.

Tingginya konsumsi energi menimbulkan polusi udara dan pelepasan karbon secara massif yang memperburuk efek pemanasan global. Pada dasarnya AC bekerja dengan bukan menghilangkan panas, namun memindahkan panas dari dalam ke luar ruangan. Hal tersebut memperparah efek Urban Heat Island pada Kawasan perkotaan. Tak hanya itu, penggunaan refigeran (zat pendingin) seperti CFC, HCFC, ataupun HFC pada AC terbukti memberikan hampir 4% sumbangsih terhadap keseluruhan emisi gas rumah kaca (nrel.gov, 2022). Nampaknya kita harus berpikir ulang untuk alternatif lain meregulasi tingginya kenaikan suhu. Sudah saatnya kita berpikir ulang tentang alternatif peningkatan kenyamanan dengan menurunkan suhu rumah, bangunan atau tempat kita melakukan aktivitas secara lebih ramah lingkungan.

Lalu apakah alternatif lebih ramah lingkungan yang dapat meregulasi kenaikan suhu akibat fenomena UHI dan pemanasan global pada Kawasan perkotaan?

 Jawabannya adalah Vegetasi. Menanam vegetasi pada Kawasan perkotaan terbukti mampu menyediakan berbagai jasa ekosistem yang penting bagi keberlanjutan Kawasan perkotaan. Ekosistem vegetasi yang tumbuh pada Kawasan perkotaan seringkali disebut dengan istilah Ruang Terbuka Hijau (RTH). RTH pada dasarnya bukan hanya hiasan yang memberikan nilai estetika semata pada arsitektur perkotaan, melainkan lebih kepada kebutuhan yang dapat menopang keberlanjutan perkotaan sebagai adaptasi dan mitigasi terhadap fenomena Urban Heat Island serta konteks perubahan iklim secara umum.  Peran Adaptasi RTH dalam konteks tersebut adalah meregulasi suhu sekitar yang seringkali disebut dengan ameliorasi iklim mikro. Ekosistem vegetasi pada RTH terbukti mampu menurunkan suhu sekitar melalui naungan (shading) tajuk dan evapotranspirasi. Pada mekanisme tersebut, individu vegetasi menyerap radiasi gelombang matahari untuk dimanfaatkan dalam evapotranspirasi maupun fotosintesis yang tidak hanya memberikan cooling effect namun juga memberikan berbagai jasa ekosistem lainnya. Dalam konteks mitigasi perubahan iklim, Ruang terbuka hijau membantu menyerap emisi karbon, memperbaiki kualitas udara, mengatur penyerapan air dan mencegah banjir, serta menjaga keanekaragaman hayati flora maupun fauna. Tidak berhenti sampai disitu, RTH juga mampu memberikan cultural services bagi kebudayaan, Kesehatan mental, dan kehidupan sosial maupun ekonomi Masyarakat perkotaan.

Menilik banyaknya peran RTH, rasanya tak perlu lagi meragukan pentingnya keberaan komunitas hijau tersebut pada Kawasan perkotaan. Begitu pentingnya peran RTH, pemerintah pun menerbitkan regulasi kewajiban bagi Kawasan perkotaan untuk memiliki RTH minimal 30% dari total luas wilayahnya melalui UU No. 26 Tahun 2007. Namun pada kenyataannya, implementasi peraturan tersebut masih sulit direalisasikan pada kota-kota besar di Indonesia. Jakarta merupakan salah satu contoh ekstrim sulitnya implementasi regulasi tersebut. Dikutip dari jakartasatu.jakarta.go.id, luas RTH publik terkini pada wilayah tersebut hanya mencapai sekitar 5.2% dari total luas wilayahnya. Pertambahan penduduk yang berimplikasi pada meningkatnya kebutuhan serta terbatasnya ketersediian ruang menjadi salah satu faktor sulitnya pelaksanaan regulasi tersebut.

Namun regulasi dan target 20% RTH public dari mandat undang-undang tersebut bukanlah hal mustahil untuk diwujudkan. Surabaya merupakan salah satu kota besar Indonesia yang mampu melampaui target regulasi tersebut per tahun 2022 (Surabaya.go.id). Berdasarkan prestasi tersebut, Surabaya memperoleh penghargaan sebagai kota besar dengan udara terbersih se-Asia Tenggara pada Oktober 2021. Tak hanya sekedar pengakuan global, prestasi Surabaya tersebut secara lebih nyata mampu memberikan berbagai jasa lingkungan yang mampu meningkatkan liveability kota tersebut bagi masyarakatnya. Berkaca pada keberhasilan tersebut, sudah seharusnya pemerintah kota-kota lain di Indonesia dapat mengikuti semangat dan prestasi kota Surabaya dalam pemenuhan RTH wilayah.

Sumber:

https://jakartasatu.jakarta.go.id/geoportal/peta/jakarta

https://gaw-bariri.bmkg.go.id/index.php/karya-tulis-dan-artikel/artikel/278-ruang-terbuka-hijau-dan-dampak-ketahanan-iklim

https://www.iea.org/data-and-statistics/charts/stock-of-air-conditioning-units-in-southeast-asia-in-the-stated-policies-scenario-2010-2040

https://www.nrel.gov/news/detail/press/2022/nrel-shows-impact-of-controlling-humidity-on-greenhouse-gas-emissions

https://surabaya.go.id/id/berita/12113/lampaui-target-pemerintah-pusat-ruang-terbuka-hijau-di-surabaya-capai-22-persen

Facebook Comments Box
ADVERTISEMENT