Matakita.co, Barru – Mahasiswa pencinta lingkungan hidup Selaras universitas negeri makassar (SINTALARAS UNM). mengadakan kegiatan ekspedisi budaya suku To’ Balo, 27 Agustus 2017. Lokasi yang dipilih yakni desa bulo-bulo kecamatan pujjananting Kabupaten Barru.
Suku To’balo merupakan suku yang berciri berpenampilan pada kulit yang tidak seperti pada masyarakat umumnya mereka mempunyai kulit yang unik dan bercocok tanaman yang berbeda pada masyarakat lainnya.
Tubuh yang terlahir pasti akan mempunyai kulit yang belang, bercak itu juga terpampang hampir membentuk segitiga. Oleh karena itu mereka dikenal dengan To’balo, To bermakna orang dan balo bermakna belang, jadi bila diartikan To’balo bermakna manusia belang.
Menurut masyarakat sekitar, dikisahkan suatu hari terdapat suatu keluarga yang melihat sepasang kuda belang jantan dan betina yang hendak kawin. mereka bukan hanya menyaksikan, tapi keluarga itu juga menegur dan mengusik tingkah laku kedua kuda itu. Maka sang dewa marah lalu mengutuk keluarga ini berkulit seperti kuda belang.
Lantaran malu dengan kondisi dan keadaannya tersebut maka keluarga tersebut mengasingkan diri memilih hidup dipegunungan yang jauh dari keramaian, suku To’balu menggunakan bahasa yang disebut bentung.
Adapun dari kekhasan suku to’balo selain dikenal dengan kulit belangnya juga dikenal dengan tari sere api. Tarian ini melambangkan rasa syukur masyarakat to’balo pada sang dewata atas kelahiran putra-putri penghulu suku to’balo.
Ruslan mengatakan bahwa suku to’balo hanya mampu memiliki 9 orang jiwa tidak bisa melewati angka tersebut. karna apabila lebih dari 9 orang, maka salah satu dari mereka akan meninggal dunia. Hal ini sudah terjadi sejak awal mula masuknya suku To’balo hingga sekarang. Tutur Ruslan selaku kepala desa bulo-bulo.
Kepala suku to’balo (Nu’ru) dalam menghidupi keseharian mereka melakukan kegiatan bercocok tanam dengan metode berpindah-pindah tempat membabat hutan lalu membakarnya nanti ketika sudah tahun kelima mereka baru menggunakan lahan tersebut.
Ketua tim penelitian ekspedisi budaya Noval Mahdi (Mahasiswa Teknik Mesin 2013), mengatakan bahwa dalam penelitian ini bertujuan untuk melestarikan budaya yang ada di Kabupaten Barru khususnya daerah provinsi Sulawesi Selatan, (tuturnya)
Jarak tempuh menuju lokasi suku To’balo sekitar 6 jam dari kota makassar. Sebab, akses jalan menuju kesana cukup ekstrem, yakni jalanan terjal dan pendakian yang cukup banyak. Sehingga menyulitkan kami untuk mengakses lokasi tersebut. Tapi, kami bersyukur dapat sampai dilokasi dengan selamat. Begitupun kembali dari lokasi dengan selamat pula, ucap Noval.