Beranda Berita Kades Topi ‘curhat’ Terkait Aktivitas Pengeboman Ikan

Kades Topi ‘curhat’ Terkait Aktivitas Pengeboman Ikan

0
Kepala Desa Topi, Kecamatan Biau, Tajudin Mii

Marakita.co Gorontalo Utara – Kepala Desa Topi, Kecamatan Biau, Kabupaten Gorontalo Utara, Tajudin Mii mengungkapkan curahan hatinya ‘curhat’ terkait permintaan nelayan tangkap di desanya agar para pelaku pemboman ikan di wilayah perairan Biau dan Tolinggula segera ditertibkan.

“Jika tidak ditertibkan, nelayan tradisional yang menggantungkan hidupnya dari hasil melaut akan mengalami kesulitan perekonomian, bahkan habitat ikan, terumbu karang dipastikan rusak termasuk bibit ikan pasti banyak yang mati,” ungkap Tajudin, Sabtu.

Ia berharap, pemerintah daerah segera menindaklanjuti kondisi tersebut.

Dua hal yang sangat diresahkan nelayan, yaitu aktivitas pemboman ikan dan aktivitas nelayan dari Sulawesi Tengah yang menggunakan alat tangkap yang mestinya digunakan di 60 mil laut, bukan di wilayah pesisir.

Jika aktivitas tersebut tidak dihentikan tutur Tajudin, ikan di perairan tersebut dipastikan punah.

Ia mengaku telah melaporkan kondisi tersebut ke pihak berwajib, bahkan diawaliny dengan turun melaut agar mendapati langsung para pemboman namun sejauh ini belum berhasil menghentikan aktivitas meresahkan itu.

“Jika patroli Polair turun, mereka tidak ditemukan lagi. Kami sarankan agar patroli dilakukan menumpang kapal biasa atau perahu nelayan,” ungkapnya.

Sepanjang tahun 2020 dikatakannya, aktivitas pemboman ikan mulai di pertengahan tahun terjadi sangat intens hampir setiap hari.

Para pelaku beraksi dengan modus menumpang perahu mesin berkekuatan 15PK, layaknya memancing biasa hanya berbekal panah namun ada juga yang membawa kompresor, sementara botol yang dirakit menjadi bom disembunyikan.

“Kami berhasil mendeteksi modus para pelaku yang sebagian diketahui berasal dari wilayah Desa Buloila Kecamatan Sumalata,” jelasnya.

Hasil tangkapan dijual lagi dengan harga standar atau sama dengan harga pasar, namun ikan hasil pemboman mudah dikenali sebab badannya menjadi lembek karena tulang dalam patah, sisik berantakan dan bagian mulut ikan mulus.

Di awal tahun ini, pemerintah desa sudah lebih dari 10 kali menemukan aktivitas pemboman ikan.

Jumlah nelayan tangkap di Desa Topi tutur Tajudin mungkin tidak sebanyak di desa lain, hanya 34 orang nelayan dari 648 jiwa.

Namun mereka sangat menggantungkan hidupnya dari aktivitas menangkap ikan, rata-rata menumpang perahu mesin 15PK.

Tidak hanya itu kata Tajudin, pihaknya berharap kerusakan bawah laut akibat bom ikan tidak terus terjadi sebab dampak kerusakan lingkungan tersebut dapat berakibat fatal.***

Facebook Comments Box
ADVERTISEMENT