Beranda Mimbar Ide IMM Yang Dicita-Citakan

IMM Yang Dicita-Citakan

0
Muslim Haq

Oleh: Muslim Haq. M*

Menapaki usia yang tak belia lagi, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) masih saja diperhadapkan pada hal-hal fundamental, seperti “menguatkan Kemandirian”. Semestinya hal seperti ini sudah selesai sebab sejak dahulu IMM dibentuk memang untuk berjalan diatas kemandirian dalam bertindak dan bergerak maju dalam mewujudkan tugas mulia yakni mengakkan amar ma’ruf nahi mungkar. Tugas ber-amar ma’ruf nahi mungkar tak mudah diwujudkan jika perhatian terhadapnya sering “mendua” maka akan berimplikasi pada situasi “antara” yang tidak menegaskan sikap.

Menguatkan kemandirian sebagai wacana yang menggema di ruang public saat ini, dalam mewarnai sejumlah harapan masa depan IMM. Meskipun bisa saja beragam tafsir terhadapnya sebab tidak ada uraian lanjutan sebagai penjelasan yang menegaskan maksud dan tafsir sesungguhnya yang dikehendakinya. Tapi paling tidak kita bisa menerka arah dan maksud serta tujuan yang ingin dicapai. Tentu saja sangat erat kaitannya terhadap posisi sentral IMM dalam menjawab problematika yang ada sebagai diskursus kebangsaan maupun kenegaraan serta keummatan saat sekarang ini. Diskursus kebangsaan seperti kasus alih fungsi lahan warga yang semakin marak menjadi wacana serius dan membutuhkan perhatian yang kulminasi. Belum lagi gejolak kenegaraan yang membuat gaduh sekarang seperti isu perpanjangan masa jabatan Presiden dan penundaan pelaksanaan pemilu serta Diskursus keummatan kian mewarnai kocar-kacir kagaduhan sekarang ini. polemic kebijakan pemerintah berkaitan pengaturan pengeras suara di Masjid-Masjid maupun mushollah serta beberapa diskursus lainnya santer mewarnai perjalanan kehidupan kita.

Tentu saja diskursus yang diuraikan sebelumnya, hanya segelintir dari kuantitas problematic yang kita jumpai. Kegaduhan yang santer dipertontonkan pemerintah perlu mendapatkan perhatian khusus bagi setiap mahasiswa, tak terkecuali mahasiswa yang tergabung dalam gerakan IMM itu sendiri.

Bagaimana Ideologi IMM?

Bicara Ideologi IMM tentu saja sebuah terma yang tak terlimitasi dalam ruang-ruang diskusi kader. Mulai diskusi pelataran hingga diskusi formal menjadi wadah tersendiri untuknya, belum lagi dalam ritual tertentu yang menjadi kewajiban rutinitas seperti dalam acara perkaderan. Jika kita membuka kembali bacaan, maka ditemukan garis besar penggolongan basis ideologi IMM, yaitu Religiusitas, Intelektualitas dan humanitas. Penggolongan basis ideologi tersebut memiliki basis gerakan tersendiri yang menjadi rule dalam mewujudkan tujuan gerakan IMM.

Basis religiusitas merupakan tanggung jawab bagi setiap kader Immawan (sebutan bagi kader laki-laki) dan Immawati (sebutan untuk kader perempuan) yang fokus pada hal-hal transenden. Disanalah diulas dan dituntun bagaimana cara mengenal dan mendekatkan diri kepada zat yang “khalik” tentu saja dengan merujuk pada sumber utama yakni Al-qur’an dan As-sunnah. Pada fase ini Immawan dan Immawati tak sedikit mengalami “kesunyian” sehingga ketika tekad tidak bulat maka tentu saja ia akan memilih untuk pergi. Terlepas dari itu, basis intelektualitas juga menjadi sebuah kebutuhan yang primer. Sebab disanalah meletakkan basis keilmiahan dalam mengasa epistimologi ilmu. Sejatinya pada aspek ini kader IMM dituntut untuk melakukan aktivitas riset agar wawasan semakin kokoh dan luas dalam merajut berbagai hal demi tercipta laboratorium ilmu pengetahuan tanpa mengesampingkan sesuatu yang bersifat transenden atau segala sesuatu yang mengarah pada aspek ketuhanan.

Kemudian basis humanitas merupakan apsek ideologi yang menjadi penting. Dengan semangat teologi Al-Ma’un, memantik immawan dan immawati dalam mengasa kepekaan sosial atas segala realitas sosial yang menjadi permasalahan dalam warga masyarakat. Rela mengabdi tanpa berharap imbalan, semata-mata hanya keikhlasan demi maslahat bersama. Sebab itulah sebaik-baik kader yang dikehendaki. Meminjam istilah Kuntowijoyo (1943-2005) bahwa aspek humanitasi sejatinya menghendaki pencapaian tertinggi dengan upaya memanusiakan manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan.

Peran IMM

Hadirnya IMM diperhadapkan ragamnya rupa harapan, tentu saja kiprah IMM diharapkan mampu mengambil peran penting dalam menjawab tantangan zaman yang ada. Persoalan yang begitu kompleks nyaris tak berujung, kesenjangan sosial terjadi diberbagai sector, kesewenang-wenangan, penindasan, perampasan hak, gejolak keummatan serta gejolak keindonesiaan menjadi tanggung jawab mulia bagi setiap kader IMM. Karena itu kehadiran IMM menjadi penting untuk mengambil peran penting didalamnya.

Bagi saya dalam mewujudkan tugas mulia IMM, maka disamping melakukan gerakan nyata, habitus intelektual menjadi sarana penting untuk terus digemakan. Tentu saja kadar intelektual lebih ditumbuh kembangkan. Kalau kemarin yang marak sebatas diskusi maupun pengajian maka hari ini harus meningkat dengan melakukan riset. Oleh karena dengan riset kita akan mampu menghadirkan gagasan-gagasan baru yang actual, kredibel serta kebenaran yang dihasilkan merupakan kebenaran yang objektif dengan ditopang basis data yang akurat.

IMM yang dicita-citakan

Tantangan kader kedepan sepertinya semakin rumit, segala macam godaan diproduksi berbagai varian untuk menjadi tantangan tersendiri dalam setiap gerak dan sikap bagi kader IMM. Belum lagi kondisi internal yang mungkin saja mengalami degradasi. Tapi begitulah sebuah “gerakan” sebab disaat tantangan semakin rumit dan kompleks maka disanalah terbuka segenggam harapan yang siap menjemputnya. Harapan akan muda terwujud jika dibalut sikap optimisme yang kuat serta kejelihan dalam memanfaatkan kesempatan.

Harapan dalam ikhtiar “menguatkan kemandirian” tentu saja gagasan yang mulia namun sebelumnya ketegasan dalam kemandirian adalah hal penting yang harus diselesaikan terlebih dahulu. Sebab belakangan ini kemandirian IMM menimbulkan tanda tanya besar bagi setiap insane. Berbagai macam tuduhan dialamatkan kepadanya yang paralel dengan kondisi serta situasi yang ada. Tuduhan yang paling mencekam disaat IMM disinyalir bergeser kepada hal-hal yang pragmatis, berselingkuh dalam kekuasaan, lantas berimplikasi pada nalar kritisme kian terkubur. Akankah ini hanya sebatas tuduhan? Biarlah waktu yang menjawab. Hari ini kita tegaskan bahwa IMM takkan pernah bergeser dari khittah perjuangan, masa kini dan akan datang. Karena itu, harapan kedepan IMM tetap berada pada jalur yang benar dengan berdiri kokoh diatas keberpihakan kepada rakyat. Menegaskan kemandirian dari berbagai godaan pragmatis diatas “kemandirian” seutuhnya.

Selain daripada itu, Cita-cita mulia IMM agar setiap kadernya mampu berdiaspora diberbagai tempat. Tentu saja ditopang dengan persiapan yang matang sejak sekarang untuk menebarkan manfaat terhadap sesama dengan terus melakukan aktivitas pencerahan melalui aspek pemerintahan maupun non pemerintahan. Hal ini, juga merupakan harapan mulia ayahanda Prof. KH. Haedar Nasir (Ketua Umum PP Muhammadiyah). Selamat Milad IMM, Abadi Perjuangan!
Waallahu A’lam Bisshowab

*) Penulis adalah Ketua Umum PC IMM Makassar Timur 2019-2020

Facebook Comments Box
ADVERTISEMENT