Oleh : Andi Hendra Dimansa*
Warga senantiasa mengalami berbagai persoalan pelik di setiap hari, harapan apabila ada pemimpin terpilih akan ada solusi. Tapi, yang ada pemimpin terpilih alumni Pilkada, masih merayakan kemenangan dengan berbagai pernak-perniknya. Lantas, kondisi pelik warga yang dialami setiap hari, bagaimana nasibnya?
Ada seloroh khas Warung Kopi bahwa seorang politisi doyan berjanji, jadi warga untung kalau masih di janji. Apakah seloroh tersebut, hendak mengafirmasih bahwa antara janji dan kenyataan, bisa saja berlainan. Apakah ini memang khas pemilihan gaya Indonesia? Prof. Qasim Mathar pernah mengungkapkan bahwa “Kenapa masyarakat Amerika Serikat tidak pernah khawatir terhadap pemimpin terpilih? Karena, baik Republik atau Demokrat yang terpilih pasti mengurus warga”.
Seremoni-seremoni bertebaran dan warga masih saja diingatkan bahwa “Ada pendukung pemimpin terpilih”. Apakah pemimpin yang telah dilantik hanya melayani pemilihnya? Secara hukum dan kepentingan publik setelah pelantikan maka tanggung jawab atas daerah berada di pundak pemimpin terpilih. Tapi, kenyataan di lapisan warga masih ada sentimen dan rasa berjarak antar pendukung. Mungkin itulah sebabnya, politisi yang naik kelas menjadi negarawan di Indonesia hampir minim.
Pemimpin yang telah di lantik harus melayani semua kalangan, tanpa pandang bulu, apakah pendukung atau bukan, maka semua harus mendapatkan pelayanan yang setara. Kini pemimpin harus berdiri di atas semua kalangan dan mendidik warga bahwa siapapun harus merasakan dampak dari kebijakan yang diambil. Visi-misi itu pegangan sekaligus rujukan agar pembangunan merata dan menyentuh semua warga.
Tapi, apakah setelah pelantikan seorang pemimpin akan berpihak kepada bisikan pendukung atau mengambil kebijakan untuk semua? Kita mungkin harus sekali-kali belajar untuk pesimis terhadap mereka-mereka yang di lantik oleh Presiden Prabowo Subianto di Istana Negara. Hingga sampai pada suatu waktu kenyataan berbicara, namun apakah itu mungkin? Kalau sekelas Wapres punya rekam jejak yang agak laen, sekian dan salam damai dari kami “Warga”.
*) Penulis adalah Peneliti Polinet & Alumni Filsafat UIN Alauddin Makassar







































