MataKita.co, Gorontalo – Aula LPPM Universitas Muhammadiyah Gorontalo (UMGO) menjadi ruang diskusi hangat dalam kegiatan Desiminasi dan Diskusi Publik bertajuk “Mengungkap Tabir Transisi Energi Palsu: Dampak Sosial–Ekologis Hutan Tanaman Energi di Gorontalo”, Selasa, 28 Oktober 2025.
Acara ini terselenggara berkat kolaborasi antara UMGO dan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Gorontalo, yang berupaya membuka tabir di balik konsep “energi hijau” yang ternyata menyimpan banyak persoalan sosial dan ekologis.
Direktur WALHI Gorontalo, Defri Sofyan, dalam sambutannya menegaskan bahwa pihaknya memiliki mandat untuk mengawal isu lingkungan dan ruang hidup masyarakat di Gorontalo.
“Kami melihat bagaimana ketimpangan ruang hidup masyarakat Gorontalo terjadi di tengah praktik transisi energi. Negara memang berkomitmen menekan pemanasan global melalui berbagai skema, salah satunya biomassa. Namun di Gorontalo, biomassa justru menjadi komoditas ekspor tertinggi di Indonesia,” ujar Defri.
Ia menjelaskan bahwa banyak pihak, baik dari nasional maupun internasional, telah datang ke Gorontalo untuk meneliti potensi biomassa ini.
“Kami berterima kasih kepada Bapak Terri Repi yang telah menjadi ketua tim riset. Dukungan akademik dari beliau membuat riset ini lebih valid dan ilmiah. Bagi kami, kolaborasi dengan UMGO sangat penting agar hasil kajian bisa dipertanggungjawabkan dan berdampak nyata,” tambahnya.
Sementara itu, Wakil Rektor I Bidang Akademik UMGO, Dr. Muh. Firyal Akbar, menyampaikan apresiasi terhadap inisiatif riset dan diskusi ini.
“Kami sangat mendukung dan mengapresiasi kegiatan seperti ini. Sudah seharusnya hasil riset tidak hanya tersimpan dalam dokumen, tetapi juga dipublikasikan dan diseminasi kepada masyarakat. Ini bagian dari tanggung jawab moral kita sebagai akademisi,” ungkapnya.
Firyal juga menekankan bahwa isu lingkungan masih sangat relevan untuk terus diperbincangkan.
“Kita semua memiliki tanggung jawab moral menjaga lingkungan, khususnya di Gorontalo. Harapan kita bersama, ekosistem yang ada tetap terjaga dan lestari,” lanjutnya.
Kegiatan ini menghadirkan pemaparan hasil riset oleh Dr. Terri Repi, S.Pt., M.Si., dosen S2 Manajemen Sumberdaya Hutan (MSDH) UMGO sekaligus Ketua Tim Riset. Turut menjadi penanggap, Supriyatna dari Dinas Lingkungan Hidup, Dr. Meity Melani Mokoginta, S.Hut., M.Si. (Dosen Agribisnis UMGO), Defri Sofyan (Direktur WALHI Gorontalo), dan perwakilan dari WALHI Nasional.
Diskusi berlangsung interaktif, dengan peserta dari kalangan akademisi, mahasiswa, dan pemerhati lingkungan. Mereka menyoroti bagaimana proyek hutan tanaman energi yang diklaim sebagai bagian dari transisi menuju energi bersih, justru dapat memicu konflik sosial, hilangnya ruang hidup masyarakat, serta degradasi ekologi.
Melalui kegiatan ini, UMGO dan WALHI berharap muncul kesadaran bersama bahwa transisi energi tidak cukup hanya “hijau” di atas kertas, tetapi juga harus adil bagi manusia dan alam.
“Energi hijau seharusnya tidak melahirkan ketimpangan baru. Ia harus berpihak pada keberlanjutan dan keadilan ekologis,” tutup Defri Sofyan.








































