MataKita.co, Makassar – Makassar Art Initiative Movement (MAIM) memperingati kehadirannya (23/11/2025) dalam atmosfer gerakan seni rupa Makassar. MAIM didirikan tujuh tahun lalu sejak 23 November 2018 di Etika Studio.
Perayaan tujuh tahun MAIM bertajuk MERAYA MERUPA MERUANG. Tema ini bermakna merayakan kembali perjalanan seni rupa MAIM dalam konteks memaknai ruang dan waktu. Spirit ini terwujud dalam memaknai kata inisiatif dalam MAIM.
Setelah berpartisipasi dalam Pameran Seni Tahunan Maa Ledungga di Gorontalo, Mei lalu, Makassar Art Initiative Movement (MAIM) kembali menunjukkan geliatnya. Komunitas seni rupa ini menggelar pameran kolaborasi dengan pendekatan yang berbeda: menghadirkan karya seni langsung di ruang publik.
Tidak seperti pameran pada umumnya yang mengambil tempat di galeri atau ruang pameran formal, MAIM memilih warung kopi Steya Coffee di Kompleks Permata Hijau Permai, Makassar, sebagai ruang ekspresi baru.
Pameran yang dibuka Minggu, 23 November 2025 ini menjadi upaya memperluas jangkauan seni rupa sekaligus mendekatkan karya kepada masyarakat.
Ahmad Fauzi, salah satu anggota MAIM, mengatakan bahwa menghadirkan seni di ruang publik merupakan langkah strategis agar karya tidak lagi tampak eksklusif.
“Selama ini pameran seni identik dengan galeri. Kali ini kami ingin seni hadir di tengah aktivitas harian, bisa dinikmati siapa saja tanpa sekat,” urai Achmad Fauzi.
Kehadiran karya seni di ruang publik tergambar kali ini di steya coffee. Aktivitas minum kopi menampilkan suasana berbeda.
“Ruang publik seperti steya coffee membuat pengunjung bisa menikmati karya dalam suasana santai, sembari menyeruput kopi dan berdiskusi,” ujarnya.
Menurut Fauzi, kolaborasi ini juga menjadi bagian dari membangun hubungan kreatif dengan pemilik ruang publik.
Ia berharap pendekatan semacam ini dapat menumbuhkan kebiasaan baru: mengapresiasi seni dalam keseharian.
Tak lupa ia juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada Owner STEYA COFFEE yang telah memberikan ruang bagi komunitasnya untuk berekspresi.
Pameran di Steya Coffee kali ini diikuti sembilan (9) perupa yang sebelumnya turut ambil bagian dalam Pameran Maa Ledungga di Gorontalo. Masing-masing menghadirkan karya pilihan yang merepresentasikan gaya dan gagasan unik mereka.
Berikut Daftar Perupa dan Karya yang Ditampilkan:
1. Ahmad Fauzi — Duplikasi dan Terduplikasi
2. Ahmad Anzul — Mengikat Awan dan Tanah Putih
3. Alam Tola — Morning Grass
4. Asman Djasmin — Perjalanan yang Hening
5. Budi Haryawan — Welcome Home
6. Den Dede — In Balance of Balance dan Survive in the Game
7. Faisal Syarif — After Noise dan Still Colonial
8. Jazkar Jaya — Menapak ke Tak Terhingga dan Penghakiman di Negeri Tandus
9. Jenry Pasassan — Pusaran dan Kehidupan









































