Oleh : Aswar Hasan**
Ketika Winston Churchill sang legendaris inggris berulang tahun yang ke-80, Parlemen Inggris ingin menghadiahinya sebuah lukisan yang istimewa. Graham Sutherland pelukis ternama inggris dipercaya oleh Parlemen Inggris untuk melukis potret negarawan Inggris yang terkenal itu. Konon, ketika akan dilukis, Churchill sang Mantan Perdana Menteri di zaman Perang Dunia ke II itu, bertanya kepada sang seniman; “Bagaimana kamu akan melukis saya? Apakah akan tampak seperti malaikat atau buldog?” Churchill selalu terbayangi oleh kedua persepsi populer tentang dirinya itu. Sutherland pun berkata bahwa ia akan melukis seperti apa yang dilihatnya.
Churchill pun selesai di lukis. Namun,
Churchill tidak senang dengan hasilnya. Lukisan karya Sutherland tersebut memperlihatkan Churchill sedang duduk di sebuah kursi dengan ekspresi muram yang menjadi ciri khasnya. Gambaran itu memang mirip dengan kenyataannya, tetapi bagi Churchill, itu sama sekali tidak memikat. Setelah peluncurannya, lukisan itu pun tidak dipasang di bagian etalase interior kediamannya, tetapi disembunyikan di gudang bawah tanah rumah kediaman Churchill. Seiring dengan berlalunya waktu, lukisan itu kemudian dimusnahkan secara diam-diam.
Seperti Churchill, banyak dari kita yang tidak senang melihat dan menerima potret diri dari sisi yang tak menyenangkan. Banyak dari diri kita yang akhirnya memilih bersembunyi di balik topeng gambar diri yang sebenarnya. Kita ingin agar selalu terlihat baik dimata orang lain, khususnya dalam sisi topeng yg menggambarkan kesuksesan, kesalehan, kecantikan, atau kekuatan. Di sisi lain, kita berupaya keras untuk sibuk menyembunyikan “sisi buruk” kita. Mungkin di lubuk hati kita yang terdalam, kita takut orang tidak akan menerima dan mengasihi kita jika mereka mengenali gambar diri kita yang sesungguhnya. Banyak diantara kita yang tidak siap menerima kondisi diri sebagaimana adanya. Karenanya banyak kamuflase dan sandiwara. Kitapun akhirnya menipu diri dan orang lain atas apa sesungguhnya pada diri kita. Jangan heran kalau para politisi sibuk merekayasa apa saja atas dirinya, agar mendapatkan pengakuan terbaik dari orang lain atas rekayasa citra dirinya itu. Sangat boleh jadi, itulah yang terjadi pada diri sang negarawan dan politisi ulung seperti Sir Winston Churchill.
“Kami adalah tuan dari kata-kata tak terkatakan, tetapi budak dari mereka yang kita biarkan menyelinap keluar.” Demikian ungkapan Churchill, yang mengisyaratkan bahwa betapa pentingnya sebuah ungkapan kalimat tentang citra seseorang.
Menurut teori Psikologi Johari Window, kita memiliki empat jendela kepribadian yang kemudian menjadi topeng diri kita. Topeng pertama, adalah diri kita yang dapat kita lihat dan orang lain. Topeng kedua adalah yang orang lain lihat tapi kita tak sadari. Topeng ketiga, adalah tentang diri kita yang kita ketahui tetapi amat sangat kita jaga dari orang lain. Topeng ke empat adalah yang paling misterius yang secara sadar atau tidak kerap dilihat orang lain ataupun juga oleh diri kita sendiri.
Kita boleh saja memainkan topeng diri kita. Namun, bagi Tuhan yang Maha Kuasa tidak ada topeng yang sanggup membentengi potret diri kita. Semuanya pasti ketahuan dan tidak bakal luput dari pertanggungjawaban kita. Namun, Tuhan Maha kasih atas apa pun yang terjadi pada diri kita dan, Tuhan tidak bisa ditipu, sebagaimana manusia kerap dan sukses menipu orang lain.
Wallahu A’lam Bishawwabe.
*tulisan ini dimuat di kolom secangkir teh koran harian Fajar edisi Ahad 13 Agustus 2018
**Penulis adalah Komisioner komisi informasi publik (KIP) Sulsel