Oleh : Muhammad Hidayat Djabbari*
“Suatu gerakan perjalan Intelektual untuk kembali membangun akademisi Islam yang unggul dalam Intelektual dan anggun dalam moral ditimur makassar, yang pernah berjaya dimasanya”
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah atau yang akrab dengan istilah IMM adalah Organisasi kemahasiswaan eksternal kampus yang bertujuan untuk membentuk akademisi islam yang berakhlak mulia demi terwujudnya masyarakat sejahtera, adil, makmur dan diridohi oleh Allah SWT. Ikatan ini juga menginginkan terwujudnya mahasiswa yang unggul dalam intelektual dan anggun dalam moral. Organisasi ini lahir pada tanggal 4 Maret 1964 sebagai organisasi pergerakan mhasiswa islam untuk menanggapi problem-problem yang terjadi pada masa orde baru.
IMM lahir untuk menggapi persoalan keindonesiaan pada saat itu yakni mengecam model pemerintahan orde baru yang otoriter, kondisi masyarakat yang mengalami keterpurukan baik dari bidang sosial, ekonomi dan agama, moral dan akhlak yang merosot dikalangan masyarakat maupun mahasiswa serta acaman komunisme, kemudian kondisi mahasiswa yang ikut dalam praktek politik praktis.
Gerakan yang dibangun adalah gerakan amar ma’rif nahi mungkar, secara sederhana maksudnya adalah gerakan untuk mengajak sesorang berbuat kebaikan dan mencegah perbuatan yang buruk. Disisilain IMM juga turut andil bergerak dalam menjaga martabat dan membela kejayaan bangsa indonesia serta mensinergiskan antara iman dan ilmu.
Pada dasranya IMM hadir untuk membantuk mahasiswa yang berintelektual dan bermoral, dengan mengajak untuk berlomba-lomba berbuat kebaikan. Mahasiswa inilah yang di sebut sebagai kader IMM yang diharapkan mampu bersaing dalam pertarungan ideologi dunia dan mampu menjaga keutuhan negara kesatuan republik indonesai ditengah pertarungan ideologi dunia.
Untuk konteks kebangsaan hari ini, dinamika yang terjadi adalah terpecahnya beberapa kutub gerakan, salah satu kutub menginginkan indoenesia sebagai negara islam dan dikutub yang lain menginginkan untuk indonesia sebagai negara yang liberal sekuler. Hal ini yang harus ditanggapi oleh kader ikatan, dan mengambil poros tengah untuk menjaga keutuhan negara kesatuan republik indonesia.
Marwah gerakan IMM atau muhammadiayah masih tetap terjaga dari kepentingan politik atau partai politik. Karena setiap kader yang ingin terlibat dalam politik atau partai politik tidak boleh mengikut sertakan bendera IMM atau Muhammadiyah. Disislain IMM dan Muhammadiyah tidak melarang kadernya untuk ikut dalam persoalan politik, melainkan mereka ikut dalam persoalan politik atas keinginan pribadi bukan atas dukungan organisasi.
Dalam menciptkan kader yang berintektual dan bermoral, IMM memiliki beberapa jenjang kaderisasi salah satunya adalah Darul Arqam Madya yang dilakukan oleh beberapa pimpinan cabang yang ada di organisasi IMM, Seperti yang dilakukan oleh pimpinan cabang kota banjarbaru, kalimantan selatan. Mereka mengadakan Pengaderan untuk membentuk krakter intelektual kader untuk menanggapi persoalan-persoalan kebangsaan, walaupun pimpinan cabang tersebut masih baru namun gerakan yang dilakukan sangan massif, mulai dari membuat pengaderan dengan skala nasional untuk membuat jejaring komunikasi dalam gerakan, juga mengutus beberapa kadernya untuk keluar belajar.
Semangat yang dibangun oleh teman-teman ikatan yang ada dibanjarbaru sangat besar, semangat untuk terus berjuang dan belajar sembari memantapkan kualitas kader antara iman dan ilmu. Proses kaderisasi yang efektif mulai dari alumni sampai kader yang baru bergabung dalam ikatan masih tetap terjaga. Kader dibina dan digembleng dengan sangat efektif, support yang besar tanpa pandang materi untuk mengutus kadernya keluar dari banjarbaru melakukan perjalanan intelektual.
Ada banyak hal yang bisa dipelajari atau didapatkan dari pimpinan cabang banjarbaru, walaupun masih baru namun gerakan ekspansi untuk memperbesar kader mereka sangat massif. Hal tersebut perlu diadopsi untuk membangun kembali IMM dari Timur Makassar yang pernah berjaya dimasanya, totalitas perjuangan dan memassifkan gerakan adalah kunci untuk mencapai kejayaan IMM di Timur Makassar.
Dalam membangkitkan gerakan di Timur Makassar, harus seperti yang dikatakan oleh Djazman Al-Kindi yakni “jika niat telah terucap, kaki sudah melangkah biduk sudah berlayar pantang biduk kembali ke pantai, lakukanlah segala sesuatu itu dengan sungguh-sungguh pasti rahmat yang tersembunyi akan kau dapatkan kemudia hari”.
Membentuk akademisi islam yang unggul dalam intelektual dan anggun dalam moral untuk mewujudkan masyarakat sejahtera, adil, makmur dan diridohi oleh Allah SWT adalah suatu keharusandan harus segera dilakukan di bagian timur makassar, ditengah merosotnya semangat keorganisasian baik di internal maupun eksternal kampus, bahkan kemunduran intelektual dan moral di Timur Makassar yang mengerikan. Insyaallah.
*) Penulis adalah ketua umum komisariat Ekonomi Sosial Politik (EKSOTIK) Universitas Hasanuddin, Alumni DAM Nasional di Banjarbaru, Kalimantan Selatan