MataKita.co, Bone – Bagi Andi Irwandi, mata pelajaran muatan lokal di Bone dimana isinya mengajarkan bahasa bugis, adalah ciri khas budaya yang tak boleh hilang dari modernisasi kurikulum pendidikan. Menurutnya, bahasa lokal adalah bagian dari kebudayaan bangsa dan mempertahankannya bukan berarti akan membuatnya mengecil dimata dunia, bahkan justru menjadi pondasi utama penyokong besarnya sebuah bangsa.
“Tidak ada satu pun bangsa yang besar di dunia ini yang tak kuat secara budaya, bahasa lokal sendiri adalah bagian utama kebudayaan. Artinya salah satu variable pendukung kebesaran sebuah bangsa adalah bahasa”
Menurut Subarman Salim, salah satu guru SMK di Kabupaten Bone menilai, bahwasanya hilangnya mata pelajaran muatan lokal di Bone salah satunya di pengaruhi oleh pemenuhan target jam mengajar untuk guru yang telah tersertifikasi.
“Ini banyak di pengaruhi oleh kebijakan sekolah, yang mengatur atau memberikan ruang bagi guru mata pelajaran lain untuk mengambil jam pelajaran muatan lokal, sesuai mata pelajaran yang mereka ajarkan”, tutur Pak Ubha, sapaan akrabnya.
Melihat fenomena itu, Andi Irwandi menilai. Kebijakan pemerintah sangat penting untuk mengatur itu, guru-guru yang telah tersertifikat juga tak boleh kekurangan jam mengajar, karena itu adalah bagian dari upaya mensejahterahkan sang pahlawan tanpa tanda jasa.
“Kalau persoalannya berada disitu, berarti pemerintah harus carikan caranya, yang jelas mata pelajaran bahasa bugis tak boleh hilang”, tegasnya.
Keresahan itu muncul saat Andi Irwandi berdiskusi dengan masyarakat di salah satu desa terpencil di Bone bagian utara. Kegiatan yang sering dilakukannya mengelilingi konstituen di dapilnya.