Oleh : Wahyudi Akmaliah*
Itu merupakan pertanyaan sederhana tapi memiliki jawaban yang sangat pelik dan berimplikasi terhadap kebijakan negara saat ini. Alasan mengapa pemerintah Indonesia tidak ada isu lockdown ataupun belum adanya keputusan karantina wilayah adalah terkait dengan persoalan ekonomi. Jika diterapkan kebijakan ini, ekonomi Indonesia akan lumpuh. Tidak hanya itu, orang-orang kecil yang hidupnya dalam aktivitas harian kerja, dimana tidak kerja tidak makan menjadi pertimbangan utama, mengapa sejak awal Jokowi tidak ingin melakukan lockdown.
Asumsi bahwasanya menyelamatkan perekonomian agar orang-orang kecil bisa makan ini tepat jikalau yang dihadapi bukanlah covid-19. Ini karena, dampak ikutan orang yang terkena covid dan kemudian meninggal lebih menusuk ketimbang yang mati karena kelaparan. Jika ada orang meninggal karena kelaparan dan tidak bisa makan, orang-orang masih bisa datang dan berkabung serta memberikan doa yang terbaik. Sementara, jikalau meninggal karena covid-19, tidak hanya orang-orang terdekat, keluarga inti pun tidak boleh mendekati saat proses penguburan dan harus melihat dari kejauhan. Padahal, proses penguburan adalah satu-satunya jalan terakhir untuk melihat wajahnya.
Yang lebih menyedihkan, ketika ada yang meninggal, keluarga dan orang-orang yang mengurus akan mendapatkan stigmatisasi. Video singkat yang beredar di akun twitter seseorang terkait dengan penolakan warga kepada jenazah untuk dikuburkan di kampung tersebut mendapatkan perlawanan dari masyarakat setempat di Banyumas. Alasannya, khawatir jenazah yang dikuburkan akan menulari orang-orang sekampung. Meskipun perlu dicek kebenaran video tersebut, hal ini mengisyaratkan betapa mati karena covid itu memiliki efek sosial dan traumatis yang mendalam.
*) Penulis adalah peneliti LIPI