MataKita.co, Gowa – Salah satu masalah klasik yang sering dialami petani sayur adalah anjloknya harga jual sayur pada saat panen dan meningkatnya harga pada saat diluar panen raya. Kondisi tersebut menyebabkan petani sayur menjadi rugi dan usaha tani tidak menguntungkan.
Menanggapi hal tersebut, ketua Bidang Buruh, Tani, Nelayan dan ESDM Pimpinan Daerah pemuda Muhammadiyah Kabupaten Gowa, Sudirman SP,.MM kepada Matakita.co (5/6/2020) mengatakan bahwa jatuhnya harga sayur ditengah pandemi dalam sebulan terakhir membuat petani mengalami kerugian.
“Ketidak stabilan harga ini Kondisi menyebabkan petani sayur menjadi rugi dan usaha tani tidak menguntungkan. Selain itu kenaikan harga sayur dapat menimbulkan gejolak sosial, mengingat sayur merupakan kebutuhan masyarakat. oleh karena itu pemerintah harus berupaya membuat kebijakan agar hasil produksi petani dibeli dengan harga tertentu yang bisa memberi keuntungan yang layak bagi petani. Selain itu sayur yang dijual kepada masyarakat / konsumen diatur dengan harga tertentu sehingga masyarakat mampu mengakses dalam batas harga yang wajar, terutama di saat pandemi seperti sekarang ini” Jelas alni Unismuh Makassar Ini.
Sudirman menjelaskan, murahnya harga sayuran terutama komoditas Tomat yang mencapai Rp 1,000 / kg dan kentang Rp 6.000/kg dalam sebulan terakhir sangat tidak sesuai dengan biaya yang dikeluarkan oleh petani untuk obat obatan dan pupuk, kondisi tersebut semakin parah dengan dimulainya musim panen yang tidak diimbangi dengan meningkatnya permintaan membuat harga harga komoditas ini semakin jatuh.
“Kami berharap stabilisasi harga yang di lakukan dapat meningkatkan pendapatan petani, mengembangkan ekonomi pedesaan dan stabilitas ekonomi lokal. Selain itu tambahnya penetapan stabilisasi harga oleh pemerintah tersebut diharapkan menjadi price reference bagi petani dan pedagang yang melakukan transaksi jual beli sayuran” Jelasnya.