Beranda Mimbar Ide Akrobatik Istana di Akhir Tahun

Akrobatik Istana di Akhir Tahun

0
Ahmad Takbir Abadi

(Sebuah catatan untuk refleksi berbangsa dan bernegara)

Oleh : Ahmad Takbir Abadi*

Sejak covid 19 tiba, keadaan negara berubah drastis. Kita kadang-kadang kehilangan arah. Seharusnya pada masa genting ini kita harus mengangkat kepala karena garis perjuangan leluhur kita sebagai bangsa petarung.

Perjalanan bangsa pada tahun 2020 penuh dengan dinamika. Awal pemerintahan Jokowi Ma’aruf dibendung dengan persoalan covid 19. Sehingga Jokowi harus turun langsung mengambil kendali pemerintah dan memimpin pencegahan dan pemutusan mata rantai covid 19.

Negara kewalahan betul mengendalikan penyakit menular itu. Bahkan pada pertengahan Tahun angka terinfeksi meningkat tajam. Beberapa gugur dan selebihnya sembuh.

Covid 19 memaksa beberapa bagian dari sendi kehidupan untuk merasakan jedah. Kita bisa lihat saja pada saat pelaksanaan PSBB di beberapa negara. Banyak yang terhenti, penerbangan, pasar, warung kopi dan juga toko-toko swalayan. Semua harus berhenti demi memutus rantai penularan covid 19.

Terhentinya semua proses itu, membuat keadaan ekonomi anjlok. PHK hampir di seluruh perusahaan besar. Belum lagi UMKM yang mengandalkan keramaian. Semua terhenti, beberapa lenyap dan ada juga yang menyerah.

Bahkan negara pernah dalam keadaan tidak dipercaya. Bagaimana mungkin bantuan sosial itu telat tiba di rumah warga sedangkan warga di larang kemana-mana, sementara untuk makan mereka harus bekerja. Tak salah jika beberapa warga memilih melanggar. Mereka tetap keluar, dari pada mati kelaparan di rumah.

Negara juga seharusnya menaruh hormat kepada dokter, perawat, tenaga kesehatan, dan petugas covid 19 di seluruh daerah yang konsisten berjuang untuk tetap setia pada garis perjuangan. Kita harus bangga memiliki mereka.

Beruntungnya kita, covid 19 bisa dikendalikan, angka kesembuhan meningkat drastis. Demagogi ketakutan kita mulai hilang, satu persatu rasa optimis itu datang. PSBB mulai direnggangkan. Semua bisa keluar dengan memakai masker dan taat pada protokol yang ada.

Beberapa tragedi yang saya tangkap diantaranya disahkannya Undang-Undang Mineral dan Batubara yang secara diam-diam oleh DPR RI yang tentu menjadi kabar baik untuk para pengusaha tambang dan batubara.

Selain itu juga, berkat DPR RI yang ternyata diam-diam melanjutkan pembahasan RUU Ciptaker. Membuat mahasiswa dan gerakan buruh bergerak dan melakukan aksi protes besar-besaran dengan demonstrasi. Bagaimana tidak marah, agenda itu seharunya dibahas pelan-pelan dan bersama. Tapi apa daya. Negara yang memegang kuasa. Hasilnya lahir lah Undang-Undang No. 11 tahun 2020 tentang cipta lapangan kerja.

Agenda besar yang dilaksanakan oleh negara yang juga menjadi titik perhatian adalah pelaksanaan Pilkada serentak yang sempat tertunda. Keberanian negara untuk melaksanakan bukan tanpa sebab. Selain untuk menghemat anggaran politik, mungkin saja agar agenda oligarki tidak tertunda-tunda lagi. Tentu kita tahu, semakin lama pilkada ditunda semakin banyak uang oligarki yang keluar.

Catatan akhir tahun lainnya adalah peristiwa penjemputan Habib Rizieq Sihab yang menimbulkan beberapa pergeseran jabatan di institusi Polri dan juga di panggilnya beberapa kepala daerah diantaranya Gubernur DKI Jakarta dan Jawa Barat. Pada akhirnya, Habib Menekan di sel karena kasus kerumunan itu.

Peristiwa yang lainnya yaitu penembakalan 5 anggota FPI. Kasus itu masih ditangai polisi dan Komnas HAM. Semoga kelar dan ada jalan keluar.

Saya juga menyimpan catatan yang menjijikkan, tertangkapnya dua Mentri negara karena korupsi. Catatan itu adalah catatan yang menjijikkan. Sebab di tengah-tengah situasi yang sulit dua Mentri itu tersangka korupsi.

Korupsi benih lobster yang menimpah Edy Prabowo membuat rakyat marah besar termasuk Prabowo Subianto. Pasalnya anak yang Prabowo pungut dari selokang itu harus mengkhianatinya dan mencoreng nama besar Prabowo Subianto di mata rakyat.

Korupsi yang lainnya adalah kasus dana bantuan sosial. Pantas saja ada beberapa berita bentuan sosial itu telat datangnya. Rupayanya itu berbentut pada orang nomor satu di Kementerian Sosial.

Juliari P Batubara adalah dalangnya. Mensos sekejap jadi koruptor. Rakyat geram. Bagaimana tidak Juliari mendapatkan potongan 10.000 dalam 1 paket bantuan. Tragedi yang menyedihkan. Nama besar, jabatam tinggi, hidup mewah. Juliari masih tega memangkas uang bantuan itu.

Jokowi akhirnya melakukan akrobatik mengganti 6 menterinya. Sandiaga salah satunya. Kita berdoa saja. Mereka semua bekerja atas nama bangsa. Tulus dan ikhlas.

Demikian beberapa catatan perjalanan panjang bangsa kita selama tahun 2020. Memang alurnya mengalir saja tapi penuh dinamika.

*) Penulis adalah Mahasiswa di Makassar

Facebook Comments Box
ADVERTISEMENT