Beranda Kampus Krisis Identitas Butuh Solusi Hakiki

Krisis Identitas Butuh Solusi Hakiki

0
Riska Waty Dadu

Oleh : Riska Waty Dadu*

Generasi adalah ujung tombak peradaban yang memiliki andil besar dalam negara, sehingga generasi menjadi harapan bangsa dengan semangat yang tinggi, kekuatan dan keberanian yang di miliki. Namun jika kita mencermati fakta generasi muda negeri ini, tidak ada yang menyangkal bahwa kondisinya memang tidak sedang baik-baik saja.

Menurut Badan Narkotika Nasional (BNN) dan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Kedua lembaga itu menilai remaja rentan terhadap penyalahgunaan narkoba mengingat angka coba pakai yang cukup tinggi, yakni 57 persen dari total penyalahgunaan narkoba.(Kominfo Jatim) Begitu juga kasus jumlah kehamilan anak di bawah umur mengalami peningkatan signifikan di Kota Tangerang Selatan (Tangsel). Data terakhir yang dihimpun pada akhir 2021 menyebut angkanya mencapai 276 kasus. (SindoNews.Com). Kasus aksi tawuran antar pelajar selama tahun 2021 cukup memprihatinkan di Indonesia. Selain belum ada penangkalnya, aparat kepolisian pun sudah merasa kewalahan mengatasi persoalan kenakalan remaja ini.(Menit.Co.id)

Ditengah banyaknya problem generasi hari ini, alih-alih justru memfokuskan untuk mengawal program moderasi beragama terkhusus dikalangan anak muda. Seperti yang disampaikan oleh Kepala Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Kota Gorontalo, Karjianto, S.Pd.I., M.Pd  dalam artikel Moderasi Beragama bagi Generasi Milenial “Alhamdulillah, hingga saat ini saya bersyukur Kementerian Agama Republik Indonesia sangat fokus, intens dan aktif mempromosikan pengarustamaan moderasi beragama, terutama bagi generasi milenial,  dengan memfasilitasi mereka melalui kegiatan bina moderasi Islam bagi generasi milenial. Moderasi beragama dapat kita pahami sebagai cara pandang, sikap dan perilaku selalu mengambil posisi di tengah-tengah selalu bertindak adil dan tidak ekstrem dalam beragama.”

Bahkan untuk menanamkan moderasi beragama terhadap generasi milenial, Zainal Abidin, (Antaranews, 2109). mengemukakan, empat langkah, sebagai berikut: Pertama, memanfaatkan media sosial (Medsos) dalam penyebaran nilai-nilai Islam moderat. Kedua, melibatkan generasi milenial dalam aktivitas positif yang riil di masyarakat. Ketiga, perlu adanya ruang dialog dengam generasi milenial, baik dalam lingkungan madrasah/sekolah, rumah, dan masyarakat dalam memahami agama. Keempat, mengoptimalkan fungsi keluarga sebagai pusat pembinaan karakter positif.

Moderasi beragama, solusi krisis generasi?

Fakta ini, kita bisa menyimpulkan bahwa yang menjadi ancaman generasi muda kita adalah nilai-nilai kebebasan dari sistem kapitalisme sekuler yang saat ini tengah menguasai dunia, bukan “radikalisme” sebagaimana mereka tuduhkan. Sistem kapitalisme sekuler adalah sistem buatan manusia yang mengagungkan kebebasan (berakidah, kepemilikan, berpendapat, dan bertingkah laku), dan menjadikan manfaat sebagai asas. Wajar jika akhirnya lahir generasi yang jauh dari nilai-nilai Islam, hidup serba bebas tanpa aturan tegas. Lebih parahnya lagi, ketika tawaran solusinya adalah moderasi Islam.

Disinilah seharusnya umat Islam jeli dan tidak mudah terpengaruh berbagai informasi yang justru menyudutkan umat Islam sendiri. Ditambah dengan gencarnya opini moderasi Islam melalui Rumah Moderasi dan Sekolah Moderasi Beragama, telah makin memperjelas apa yang menjadi target para musuh Islam dan agen-agennya, yakni menyebarkan dan mengukuhkan Islam moderat, terutama di kalangan para pelajar dan generasi muda muslim. Belakangan, mereka memberikan cap “radikal” kepada para generasi  yang berusaha menjalankan syariat Islam, kemudian seolah-olah “memberikan solusi” dengan memasukkan muatan moderasi beragama dalam kurikulum dan menyelenggarakan Sekolah Moderasi Beragama. Belum lagi pelatihan untuk guru agama, serta para ustadz dan ustadzah untuk merealisasikan tujuan tersebut, tanpa mereka sadari sesungguhnya yang mereka pelajari itu belum memberi solusi bahkan malah makin menjauhkan dari Islam.

Sangat jelas bahwa moderasi beragama tidak berasal dari Islam, terlebih lagi bahaya ide ini sangat nyata bagi umat Islam, termasuk generasi muda muslim.

Penyebaran paham ini akan memecahbelah persatuan umat, memalingkan perjuangan kaum muslimin, dan menjauhkan penerapan Islam, serta makin melanggengkan penjajahan Barat. Alih-alih bisa membawa umat kepada kebangkitan, justru yang terjadi adalah akan makin menjauhkan umat dari kebangkitan. Oleh sebab itu, umat Islam harus membendung pemikiran Islam moderat dari akarnya dan membuangnya jauh-jauh.

Dengan demikian, kita harus berupaya keras menyelamatkan generasi muda muslim dari gempuran moderasi Islam. Hal ini agak kelak anak-anak kita menjadi generasi yang berkualitas, Generasi pelanjut estafet perjuangan tegaknya Islam. Bukan dengan mencekoki mereka melalui pemikiran moderasi beragama, tetapi dengan menanamkan akidah dan syariat Islam sehingga mereka menjadikan akidah Islam sebagai pijakan dalam berpikir dan bertingkah laku. Hal ini akan bisa terwujud jika generasi muslim ini belajar Islam. Di tangan generasi muda inilah tergenggam tanggung jawab untuk mengantarkan umat Islam kelak pada kebangkitan hakiki dan mampu menyelesaikan krisis generasi dan memberikan keleluasaan kepada umat dan generasi muslim untuk belajar dan melaksanakan hukum-hukum Islam secara sempurna.

*) Penulis adalah Mahasiswa Sastra Arab Fakultas Ilmu sosial Universitas Muhammadiyah Gorontalo (UMGO)

Facebook Comments Box
ADVERTISEMENT