MataKita.co, Makassar – Singkolo Institute menyelenggarakan survei untuk mengetahui persepsi masyarakat terkait polemic Pemerintah Sulsel telah mengajukan rancangan regulasi terkait transportasi lain online. Riset ini untuk mengetahui preferensi mereka terhadap penggunaan jasa transportasi online.
Survei dilaksanakan secara online di sejumlah daerah di Sulsel yang telah memiliki jasa transportasi online, dilaksanakan selama 2 minggu (23 Mei – 5 Juni 2022). Metode yang digunakan adalah metode acak, di mana responden adalah orang yang telah menggunakan jasa transportasi atau penggunaan aktif jasa transportasi online. Sebanyak 102 responden yang bersedia mengisi kuesioner yang diajukan.
Adi Zulkarnaen, peneliti Singkolo Institute menjelaskan bahwa hasil survei menunjukkan sebagian besar responden berasal dari Kota Makassar, sebesar 80,4 %, menyusul Kabupaten Gowa sebesar 10,8%. Responden berasal dari berbagai tingkatan pendidikan, didominasi oleh Pendidikan S1 (36,1%), S2 (34,9%), SMA (25,3%).
“Sebagian besar responden menyatakan menggunakan beragam macam atau lebih dari 1 aplikasi. Terbanyak adalah Gojek (76,5%), menyusul Grab (73,5%), Maxim (40%) dan kurir lokal (11,8%)” jelasnya.
Adi menjelaskan, aplikasi transportasi online yang paling sering digunakan adalah Gojek (41,2%), Grab (40,2%), Maxim (16,7%).
“Adapun alasan pengguna lebih banyak menggunakan aplikasi pilihannya tersebut adalah karena sudah merasa suka dan terbiasa dengan aplikasi tersebut, yang diakui oleh 53,9%” jelasnya.
Adi menjelaskan, untuk jasa layanan makanan/minuman, aplikasi yang paling sering digunakan adalah layanan Grabfood, diakui oleh 41,2%, menyusul Gofood (40.2%). Alasan terbesar responden menggunakan aplikasi makanan pilihannya adalah karena sudah terbiasa dengan aplikasi layanan tersebut, diakui oleh 51,4%, sementara 40,4% karena alasan promo.
“Terkait tarif transportasi online, sebagian besar responden menyatakan tarif yang ada saat ini masih standar dan masih terjangkau, diakui oleh 75,5% responden. Sebanyak 14,7% menyatakan relatif mahal dan 9,8% yang menyatakan masih relatif murah” jelasnya.
Dirinya melanjutkan, jika tarif transportasi online dinaikkan maka sebagian besar responden menyatakan tidak setuju, yang diakui oleh 53,9% responden, dan hanya 3,9% yang menyatakan setuju, sementara sisanya menyatakan netral. Sementara itu, jika tarif tetap dinaikkan maka sebagian besar responden, yaitu 58,8% mengakui akan mengurangi penggunaan transportasi online, kemudian 22% persen menyatakan akan beralih ke transportasi yang terjangkau dan hanya 18,6% yang akan tetap menggunakan transportasi online seperti biasa. Dari 58,8% yang mengakui akan mengurangi penggunaan transportasi online, sebanyak 70% di antaranya menyatakan akan kembali menggunakan kendaraan pribadi jika tarif ini diberlakukan, selebihnya akan menggunakan transportasi biasa seperti bus, angkot dan taksi.
“Hal yang sama terjadi jika tarif jasa layanan makanan/minuman dinaikkan, Sebagian besar responden menyatakan akan mengurangi penggunaan layanan transportasi online, diakui oleh 45,1%. Sementara sebanyak 22,5 persen menyatakan akan beralih ke layanan yang lebih murah dan sebanyak 12,7 persen akan menggunakan jasa kurir lokal. Hanya 19,6% responden yang mengakui akan tetap menggunakan jasa transportasi online seperti biasa” jelasnya.
Seperti diketahui, Singkolo Institute telah menggelar diskusi yang dilaksanakan pada 1 Juni 2022 terkait polemik wacana kenaikan tarif transportasi online ini.
[…] (tow) Artikel ini telah tayang di matakita.co […]
Comments are closed.