Beranda Mimbar Ide Olahraga Sebagai Gaya Hidup

Olahraga Sebagai Gaya Hidup

0

Oleh: Asdar Noor*

Beberapa bulan belakangan ini jagat media sosial banyak disuguhkan dengan berita terkait olahraga. Mulai dari pagelaran Formula E, Thomas Cup, Timnas Sepak Bola Amputasi Indonesia yang lolos ke Piala Dunia 2022, hingga keberhasilan Timnas Sepak Bola Indonesia yang lolos ke Piala Asia 2023. Secara umum, bidang olahraga merupakan bidang yang banyak mengharumkan nama Indonesia di kancah Internasional. Khususnya bulu tangkis yang sampai saat ini menjadikan Indonesia sebagai tim unggulan di ajang-ajang Internasional.

Mayoritas masyarakat Indonesia sendiri gemar bermain sepak bola, atau setidaknya menyukai pertandingan sepak bola. Walaupun dapat dikatakan bahwa Timnas Sepak Bola Indonesia belum termasuk tim unggulan di level Asia bahkan dunia, tetapi sepak bola tetap menjadi olahraga terfavorit masyarakat Indonesia. Antusiasme masyarakat pun sangat terlihat ketika Timnas Sepak Bola Indonesia berlaga, seperti ketika Kualifikasi Piala Asia 2023 baru-baru ini. Banyak yang mengadakan nonton bersama, atau bahkan menghadiri laganya secara langsung di stadion.

Semua hal itu menunjukkan kecintaan masyarakat Indonesia terhadap olahraga. Tetapi yang menjadi problem adalah masyarakat Indonesia menyukai pertandingan-pertandingan olahraga, namun kurang berolahraga. Berdasarkan data dari Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) yakni hasil Laporan Nasional Sport Development Index (SDI) Tahun 2021 menunjukkan bahwa dari total jumlah penduduk Indonesia, masyarakat yang masuk kategori tidak bugar mencapai 76%. Parahnya lagi, dari angka tersebut mereka yang masuk dalam kategori tidak bugar mencapai 53,63%. Sedangkan hanya 5,86% masyarakat yang dikategorikan sangat bugar atau prima.

Rendahnya tingkat kebugaran tersebut disebabkan oleh sikap malas berolahraga atau melakukan aktivitas fisik. Masih mengacu dari laporan tersebut, masyarakat Indonesia yang dinilai aktif berolahraga hanya 32,83%. Hal ini menandakan bahwa dari 100 orang hanya 33 orang yang secara rutin aktif berolahraga. Orang yang dikategorikan aktif berolahraga adalah mereka yang berolahraga tiga kali atau lebih dalam seminggu dengan durasi 20-30 detik. Jika dibandingkan dengan laporan tahun 2006 yang mencapai angka 42%, maka pada tahun 2021 sampai saat ini mengalami penurunan.

Padahal olahraga mempunyai peranan signifikan untuk meningkatkan kualitas kesehatan tubuh, bahkan kualitas kerja menjadi lebih optimal. Dalam buku Spark: The Revolutionary New Science of Exercise and The Brain, John Ratey mengemukakan secara gamblang bahwa olahraga membuat kita merasa segar kembali karena darah terpompa, menyebabkan otak melakukan fungsinya dengan lebih baik.

Pada tahun 2003, sebuah SMA Naperville, Illinois, Negara Bagian Amerika Serikat, menggagas prakarsa yang dinamakan “Zero Hour PE” untuk 19.000 siswa. Mereka disuruh untuk berlari di lapangan atau berolahraga dengan mengayuh sepeda statis sebelum masuk kelas untuk mata pelajaran pertama. Hasilnya sungguh mencengangkan. Prestasi siswa yang mengikuti program tersebut menunjukkan peningkatan sebesar 17%.  Mereka mengikuti ujian Matematika dan Sains Standar Internasional yang disebut TIMSS (Trends in International Mathematics and Science Study), dan berhasil menduduki peringkat keempat di dunia untuk bidang Matematika dan peringkat satu untuk bidang Sains.

Sekelompok peneliti Jerman pada tahun 2007 melakukan penelitian yang hampir sama. Hasilnya peserta penelitian mampu mempelajari kosa kata baru 20% lebih cepat, setelah dan sebelum berolahraga. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya berolahraga dalam peningkatan kualitas kerja.

Selain meningkatkan optimalisasi kinerja otak, karena darah terus terpompa, olahraga secara rutin juga mencegah dari penyakit nonmenular, seperti penyakit jantung, stroke, ginjal, hipertensi, dan diabetes. Di Indonesia, rendahnya partisipasi berolahraga sangat berkorelasi dengan peningkatan penderita penyakit nonmenular. Indonesia masuk ke dalam enam besar negara dengan penderita penyakit nonmenular di dunia. Menurut WHO, 71% kematian di Indonesia adalah akibat dari penyakit nonmenular.

Asal-usul penyakit nonmenular tersebut karena olahraga tidak dijadikan sebagai gaya hidup. Padahal seseorang yang tingkat kebugarannya rendah, sangat rentan mengidap penyakit nonmenular. Hal ini tentu harus menjadi kesadaran bersama. Terlebih lagi, kekuatan berolahraga yang mampu meningkatkan kualitas kerja, tentu sangat dibutuhkan dalam optimalisasi kinerja di tempat kerja masing-masing. Dengan berolahraga secara rutin, maka kesehatan terjamin, kualitas kinerja menjadi optimal, dan terhindar dari segala penyakit nomenular. Untuk itu, sudah saatnya mengubah diri menjadi lebih baik, dan mulai menjadikan olahraga sebagai gaya hidup. (Referensi: Fumio Sasaki, “hello, habits”, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2021)

*) Penulis adalah Kader IMM Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin

Facebook Comments Box
ADVERTISEMENT