MataKita.co, Makassar – Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Sulawesi Selatan (Sulsel) mengecam tindakan repferesif oknum kepolisian dan Satpol PP dalam pengamanan aksi unjuk rasa tolak UU Cipta Kerja di Bulukumba, Senin , 10 April 2023.
Menurut Ketua DPD IMM SUL-SEL Bidang Hikmah Politik dan Kebijakan Publik, kejadian tersebut mencederai tugas dan fungsi Kepolisian dan Satpol PP sebagai pengayom serta mencipta ketertiban dan keamanan terhadap masyarakat.
Akibat tindakan represif yang dilakukan dalam menangani unjuk rasa tentunya semakin membuat citra buruk terhadap kinerja kepolisian dan Satpol-PP.
Muh. Khalifah P.HW selaku Ketua DPD IMM SUL-SEL Bidang Hikmah Politik dan Kebijakan Publik juga menyoroti tindakan aparat yang terkesan arogan dan emosional dalam mengamankan aksi unjuk rasa.
“”DPD IMM SUL-SEL, mengutuk keras tindakan represif aparat kepolisian terhadap tindakan penganiayaan kader IMM peserta aksi tolak UU Cipta Kerja, sehingga atas dasar itu, Kapolres harus dicopot sebagai bentuk pertanggungjawaban atas tindakan yang dilakukan oleh aparat terhadap kader IMM dalam aksi demonstrasi penolakan UU Cipta Kerja Tersebut. ” Ungkapnya.
Muh.Khalifah P.HW juga meminta pemerintah daerah Bulukumba mengambil langkah tegas terhadap Kasatpol PP yang tidak mampu mengarahkan anggotanya sehingga terjadi pemukulan terhadap massa aksi”.
“Hal ini sebagai bentuk gagalnya dalam melakukan pembinaan terhadap anggotanya, pembiaran terhadap aksi nakal dari para bawahannya. Tentu itu tanggung jawab atasan terhadap anggotanya.Dan poinnya Apapun itu tindakan represif tidak pernah dibenarkan’’ tegas Khalifah
Diketahui Kronologi pemukulan kader IMM Bulukumba pada aksi penolakan Perppu cipta kerja, massa aksi bergerak dari BTN Sarindra menuju titik aksi yang berlokasi di depan Mall Caile Jalan Samratulangi Bulukumba.
Aksi tersebut dimulai dengan membakar sebuah ban mobil bekas, belum sempat menyampaikan orasi dan tuntutannya, Aparat langsung bergerak menendang ban yang telah terbakar. Tindakan provokasi ini kemudian yang menjadi awal mula aksi saling dorong-mendorong hingga berakhir ricuh.
Akibat kericuhan tersebut Sejumlah massa aksi unjuk rasa mengalami luka akibat bentrok. Beberapa korban yang mengalami luka bahkan dilarikan ke RSUD Sultan Daeng Radja guna mendapatkan penanganan medis.
Bahkan, salah seorang jurnalis MNC Media mengalami intimidasi dan penganiyaan yang diduga dilakukan oleh oknum kepolisian