MataKita.co, Bantaeng – Dalam rangka meningkatkan pemenuhan energi dan kesejahteraan kaum perempuan, Tim Babangen Berdikari Universitas Hasanuddin (Unhas) telah berhasil menjalankan Program Pengabdian Masyarakat dengan fokus utama pada pengelolaan limbah pertanian dan peternakan menjadi sumber energi biogas dan pupuk organik. Program ini menjadi solusi bagi Kampung Babangen, yang terletak di Pelosok Desa Pa’bumbungan, Kecamatan Eremerasa, Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan, yang selama ini menghadapi kendala sulitnya akses terhadap energi khususnya Liquified Petroleum Gas (LPG) serta keterbatasan pengelolaan limbah.
Kampung Babangen, yang jauh dari perkotaan, membuat penduduknya kesulitan mendapatkan LPG. Akibatnya, mereka terpaksa menggunakan kayu bakar untuk memasak, yang dapat menyebabkan deforestasi dan dampak negatif terhadap lingkungan. Untuk mengatasi permasalahan ini, Tim Babangen Berdikari menghadirkan program Pemodelan Integrated Farming System untuk Peningkatan Kemandirian Ekonomi Kaum Perempuan Kampung Babangen dengan Pengelolaan Limbah Organik menjadi Biogas dan Bio-slurry. (6/9/2023)
Adapun anggota Tim Babangen Berdikari yakni A. Arya Setiawan Junior, Miftahul Khaerat, M. Iqbal, Dwi Ananda Febryan dan Achmad Kautsar Baharuddin. Dosen pendamping tim ini yakni Shinta Dewi Sugiharti Tikson S.E., M.Mgt
M. Iqbal, salah satu anggota tim menjelaskan bahwa melalui pendekatan Integrated Farming System (IFS), program ini mengintegrasikan kegiatan pertanian seperti tanaman pangan, hortikultura, dan peternakan. Dengan melibatkan kaum perempuan, program ini tidak hanya mengatasi masalah pemenuhan energi, tetapi juga menciptakan kemandirian ekonomi dan peningkatan literasi keuangan bagi masyarakat setempat.
Hasil yang Dicapai:
1. Teknologi Produksi Biogas dan Bio-slurry: Reaktor biogas dan bio-slurry telah berhasil dibangun dan digunakan oleh mitra, mengubah limbah pertanian dan kotoran ternak menjadi sumber energi biogas dan pupuk organik.
2. Buku Pedoman Mitra: Buku pedoman mitra, yang memandu dalam pengelolaan limbah organik menjadi biogas dan pupuk, telah digunakan secara mandiri oleh Kaum Perempuan Babangen.
3. Laporan Kemajuan dan Akhir: Laporan kemajuan program telah selesai, dan laporan akhir dalam proses penyelesaian, mencatat setiap langkah dan pencapaian yang telah dilakukan selama pelaksanaan program.
4. Publikasi Media Sosial: Melalui akun Instagram @babangen_berdikari, tim aktif membagikan informasi terkait program kepada masyarakat, mendapatkan dukungan dan perhatian luas.
5. Pendapatan dari Penjualan Pupuk: Kelompok usaha IBUBA berhasil menjual pupuk organik Babangen Berdikari, mencapai pendapatan sebesar Rp 3,195,000 dengan keuntungan bersih Rp 2,028,000.
“Program ini tidak hanya membantu Kampung Babangen mengatasi krisis energi, tetapi juga menciptakan produk bernilai ekonomi dari limbah, memberdayakan kaum perempuan, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat” jelasnya.
Iqbal menambahkan, kami dari tim Babangen Berdikari berharap program ini dapat menjadi inspirasi dan model untuk pengembangan program serupa di daerah lain, meningkatkan kemandirian masyarakat serta berkontribusi positif terhadap pelestarian lingkungan.