Beranda Mimbar Ide Lembaran Kisah Suka Duka Berinovasi ; Refleksi Diri 10 Tahun Berinovasi

Lembaran Kisah Suka Duka Berinovasi ; Refleksi Diri 10 Tahun Berinovasi

0
Tulus Wulan Juni

Oleh: Tulus Wulan Juni

(Pustakawan Dinas Perpustakaan Kota Makassar)

Tulisan ini saya buat untuk menjadi refleksi dan kilas balik diri saya sendiri selama 10 Tahun Berinovasi. 10 Tahun waktu yang tidak singkat dan 10 Inovasi adalah jumlah yang tidak sedikit dan membuat saya heran sendiri kenapa semuanya bisa mengalir dan inovasi lahir silih berganti. Ada banyak peristiwa yang mungkin saya sendiri sulit untuk mengungkapkan dan masih banyak kisah yang tidak saya tuliskan di sini termasuk peran teman-teman semua yang baik hati yang satu frekuensi. Semoga pembaca memakluminya dan mohon maaf jika ada kata-kata yang kurang berkenan dan izinkan saya mengisahkan beberapa perjalanan dari balik inovasi yang telah membawa diri saya berproses seperti ini, inovasi membawa badai dan juga makna dibalik badai itu sendiri. 

Tulisan ini merupakan bagian dari isi buku ketiga saya tentang inovasi yang masih berproses dan entah kapan selesai saya tulis dan bukukan. Harapannya tulisan ini dapat menjadi renungan khususnya diri sendiri terkait hal baik dan yang kurang baik dalam menjalani kegiatan inovasi karena dikatakan berat berinovasi memang berat tetapi Alhamdulillah, selama di Dinas Perpustakaan Kota Makassar setidaknya sudah ada 10 Inovasi yang saya persembahkan untuk Kota Makassar dengan segala suka dukanya. Setiap tahun berusaha melahirkan inovasi dan salah satu dari 10 Inovasi itu diakui hingga tingkat Internasional. Tiga Inovasi lainnya masih berada di tahap Uji Coba. Rasa senang dan bangga, selain inovasi itu masih berjalan dengan keterbatasannya, beberapa inovasi telah menjadi inspirasi dan diadopsi dibeberapa daerah.

Untuk kategori Internasional yakni inovasi DONGKELOR atau akronim dari Dongeng keliling Online dari Rumah. Inovasi DONGKELOR terpilih untuk dimuat dalam situs resmi Observatori Public Sektor Innovation (OPSI) – OECD Paris sebagai sumbangan Indonesia dalam pembelajaran internasional Tahun 2020. Selanjutnya untuk kategori Nasional yang pertama inovasi Dongkel with Mobile Library atau akronim dari Dongeng Keliling bersama Perpustakaan Keliling. Inovasi Dongkel with Mobile Library meraih TOP 99 Inovasi Pelayanan Publik Kemenpan-RB 2017. Kedua inovasi Layanan KUSUKA atau akronim Kelas Khusus Pemustaka. Inovasi Layanan KUSUKA menjadi salah satu dari 10 Layanan Inklusi Sosial Terbaik (Lomba Banner) dari Perpustakaan Nasional RI Tahun 2019. Ketiga inovasi DONGKELOR yang meraih Top 21 Inovasi Pelayanan Publik Penanganan Covid-19 Kemenpan-RB 2020. Keempat inovasi SENTUH PUSTAKA atau akronim dari Semua Membantu Menghidupkan Perpustakaan yang meraih TOP Top 45/ TOP Terpuji Inovasi Pelayanan Publik Kemenpan-RB tahun 2021.

Untuk kategori di Provinsi yang pertama inovasi Kartu Perpustakaan Bisa PeDe meraih Top 20 Inovasi Pelayanan Publik Tingkat Provinsi Sul-Sel Tahun 2018. Kedua Inovasi SENTUH PUSTAKA atau akronim dari Semua Membantu Menghidupkan Perpustakaan mendapatkan penghargaan Top 30 Inovasi Pelayanan Publik Tingkat Provinsi Sul-Sel 2021. Ketiga Inovasi Dongkel with Mobile Library atau akronim dari Dongeng Keliling bersama Perpustakaan Keliling menjadi Pilot Project Inovasi Replikasi Provinsi Sul-Sel Tahun 2021. Keempat Inovasi MARIKI atau akronim dari Magang Mandiri Khusus Alumni Jurusan Ilmu Perpustakaan meraih Top 30 Inovasi Pelayanan Publik Tingkat Provinsi Sul-Sel 2022. 

Untuk tingkat Kota pertama inovasi SENTUH PUSTAKA atau akronim dari Semua Membantu Menghidupkan Perpustakaan mendapatkan Juara I Innovative Mayor Award (IMA) Kota Makassar 2019 dan Inovasi Ga’de-Ga’de Pustaka: Mini Pustaka Mart (MPM) meraih Juara I Innovative Mayor Award (IMA) Kota Makassar 2022. Selain itu, masih ada tiga inovasi yang masih dalam tahap Uji Coba yakni PASTII PAS atau akronim dari Pendampingan Perpustakaan Lima Hari Persiapan Akreditasi yang diuji coba pada tahun 2022. Inovasi TALI Buku Setahun atau Tamat Lima Buku Setahun yang diperkenalkan di tahun 2023 dan inovasi PINTAR atau akronim dari Platform Informasi Perpustakaan Aktual dan Real Time yang diuji coba di tahun 2024.

Apapun pekerjaannya pasti memiliki kesan suka dan duka yang menjadi warna tersendiri dalam bekerja begitupula dengan berinovasi. Membuat sebuah inovasi butuh kesabaran, ketekunan dan bahkan pengorbanan karena sebuah inovasi memiliki beberapa tahapan karena jika bukan panggilan jiwa maka langkah akan terhenti di salah satu tahapannya atau hanya sebatas ide. Sudah berapa banyak teman saya yang “berguguran” satu persatu dan menyisakan beberapa orang saja yang masih bertahan dan setiap pertemuan inovasi ada saja orang baru yang hadir dan begitu seterusnya. Sebelum kita masuk di dunia inovasi sebenarnya kita harus terlebih dahulu meluruskan niat dan motivasi kita untuk berinovasi walaupun awalnya kita hadir karena terpaksa. 

Saya selalu menganggap apa yang ditugaskan oleh pimpinan itu sebuah peluang yang mungkin tidak akan datang untuk kedua kalinya. Menjadi inovator memang pekerjaan berpikir, mengkaji dan menciptakan ide-ide kreatif yang kadang dipandang berat oleh sebagian besar orang yang sudah merasa “nyaman” dengan keadaannya. Agar tidak berat maka jadikan inovasi itu sebagai suplemen saja bukan menjadi beban dalam rutinitas pekerjaan kita sehari-hari karena inovasi pun sampai saat ini juga belum dianggap sebagai sebuah profesi atau pekerjaan utama tetapi setiap orang dan organisasi wajib berinovasi. 

Karena inovasi bukan pekerjaan utama maka anda berinovasi atau tidak berinovasi tidak akan mempengaruhi gaji anda setiap bulan. Contohnya saya sendiri, saya berinovasi dengan jabatan yang sama dengan teman saya, gaji dan TPP saya tidak ada bedanya. Malah kalau saya terlambat ke kantor TPP saya berkurang atau penghasilan saya terpaksa berkurang saat saya mengurus inovasi baik itu untuk laporan administrasi, proposal, transportasi dan sebagainya. Intinya inovasi untuk saat ini butuh pengorbanan baik waktu, tenaga dan finansial kecuali inovatornya itu sebagai pengguna anggaran dalam organisasinya maka akan berbeda lagi ceritanya. Mengapa saya mau berinovasi jika hal itu akan banyak membutuhkan pengorbanan. Jawabannya pertama mungkin sama yang dialami sebagian teman-teman inovator yakni terpaksa saat itu, karena saya diminta pimpinan untuk menangani isian data inovasi dan yang menjadi kekurangan saya juga adalah sulit untuk menolak perintah karena dibalik itu pasti ada peluang kecuali memang betul-betul saya tidak mampu dan memahaminya.

Saya mulai merintis inovasi itu dengan pengalaman dari 0 dengan harapan menjalankan perintah pimpinan dengan baik dan jika berhasil tentunya akan membawa citra baik bagi lembaga saya. Saya sadar mengambil kegiatan inovasi tentunya dapat menyita waktu dan pekerjaan saya maka kemudian saya berpikir dan mencoba membaca dengan seksama juknis angka kredit saya sebagai Pustakawan dan syukurlah kegiatan inovasi ada hubungannya dengan butir kegiatan Pustakawan khususnya pada kegiatan kajian kepustakawanan. Nah, itulah yang menjadi faktor kedua yang memotivasi saya untuk bersemangat berinovasi. Sejak saat itu, inovasi menjadi bagian dari kegiatan saya sebagai Pustakawan dan Alhamdulillah dengan berbagai inovasi yang telah saya buat bisa membantu mengantarkan kepangkatan saya lebih cepat naik dan akhirnya terakhir dapat berada di pangkat Pembina Utama Muda, IV/c sebagai buah dari inovasi.

Walaupun berinovasi tidak memperoleh finansial langsung tetapi setidaknya menjadi suplemen agar kepangkatan saya bisa naik. Dari awalnya terpaksa mengerjakan dan memang berat diawal akhirnya terbiasa dan dinikmati. Membuat inovasi bagi saya adalah tantangan tersendiri dan panggilan jiwa karena saya menganggap inovasi masih menjadi bagian dari pekerjaan saya sebagai Pustakawan bukan sebagai pekerjaan Inovator. Begitu asyik menekuni inovasi tanpa sadar saya lupa untuk melanjutkan pendidikan S2. Saya hanya berpikir mungkin nanti ada beasiswa atau rezeki yang bisa membantu saya untuk kuliah dari inovasi yang saya hasilkan. Namun kenyataannya semakin kesini malah semakin jauh dari harapan. Setiap kali menjuarai inovasi hanya menunggu keajaiban datang. Walaupun kadang saya ngomel sendiri dan kadang berbagi curhat bersama teman sesama inovator namun tidak mematahkan saya untuk terus berinovasi bahkan setiap tahun saya memproduksi minimal 1 inovasi baru. Semua inovasi saya berjalan mulus, namun pada akhirnya ada yang dikorbankan dan kehidupan saya tidak semulus inovasinya.

Dari rentang tahun 2015 sampai tahun 2025 saya berinovasi, tahun 2021 inilah tahun dimana penuh dengan drama yang saya alami dalam berinovasi. Disaat inovasi saya bernama SENTUH PUSTAKA atau akronim dari Semua Membantu Menghidupkan Perpustakaan berhasil meraih Top 45/ Top Terpuji Nasional atau mencapai puncak tertinggi nasional justru kehidupan pribadi saya terjatuh dan berada di posisi 0 atau diposisi zero. Terjatuh dalam sisi psikologis saya dan saat itu saya pasrah tidak tahu episode apa yang akan terjadi dalam kehidupan saya selanjutnya. Kondisi ini kontras dengan capaian yang telah saya peroleh. Kehidupan kita ini bisa saya katakan ada 2 sisi yang terjadi yang bisa saling mempengaruhi dan bisa juga tidak saling mempengaruhi. 

Dua sisi itu adalah sisi Internal dan eksternal. Sejak dulu saya selalu memisahkan kedua sisi ini tetapi banyak orang juga menggabungkannya. Sisi yang satu adalah yang eksternal dan saya menganggap telah berhasil membangun image dan branding melalui inovasi dan memberikan konstribusi kepada pemerintah, masyarakat khususnya lembaga saya dan sisi inilah yang selama ini dapat dilihat, dirasakan dan dinikmati oleh siapapun namun di sisi satunya lagi yang terjadi dalam kehidupan pribadi saya itu benar benar terpuruk yang mereka tidak ketahui dibalik semua keberhasilan inovasi.

Disaat inovasi saya berhasil mengharumkan nama Kota dan lembaga saya, kesulitan pun menghampiri saya. Beban hutangpun menumpuk hingga untuk kebutuhan makan keluarga pun saat itu susah hingga dibantu keluarga. Pasti banyak yang heran, tapi itulah yang terjadi pada diri saya dan mungkin ada yang pernah mengalaminya dengan versi yang berbeda. Keadaan kala itu diperparah lagi karena saya terkena gejala covid-19 dengan perawatan di rumah hampir sebulan dan yang membuat miris lagi Tambahan Penghasilan Pegawai (TPP) terlambat dibayarkan sampai beberapa bulan. Saya pun sempat berguman dan menyesali diri, “apakah ini buah kesalahan saya yang selama ini asyik bekerja, berkarier dan berinovasi sehingga melupakan sisi kehidupan saya sendiri dan keluarga. Apakah saya sudah jauh melangkah yang salah tanpa saya sadari sendiri. Saya mungkin terlalu egois dan melupakan diri sendiri dan keluarga hanya untuk memegang prinsip sebagai abdi negara yang selalu siap “mengutamakan kepentingan negara diatas kepentingan pribadi dan golongan”. gumamku. Saat itu pun saya pasrah di titik 0, apapun yang terjadi saya serahkan kepada Allah SWT.

Ditengah keterpurukan dan menjalani hari-hari sulit itu, Alhamdulillah Allah SWT dan Istri saya masih ikhlas membantu saya untuk tetap tegar dan memberi semangat kepada saya untuk bisa bangkit. Ditengah kesulitan ekonomi masih ada yang memberikan harapan dan semangat. Saya teringat kata-kata bijak, kalau kamu ingin melihat teman atau saudara kamu yang sejati lihatlah kehadirannya pada waktu kamu terjatuh atau sakit. Saya teringat waktu sakit, saya harus beberapa kali bolak balik setiap hari ke mesin ATM untuk mengecek transferan honorarium saat saya menjadi narasumber penerimaan Diklat PKP di Balitbanda Makassar. Maklum saat pandemi banyak kegiatan nyaris tidak ada. Honorarium itu menjadi satu-satunya yang sangat penting bagi saya karena ada tagihan saya yang saat itu jatuh tempo dan belum lagi untuk kebutuhan sehari-hari. Keluarga pun tidak berhenti membantu mengirimkan bahan makanan, beras dan obat-obatan bahkan pendampingan mental di rumah. Ditengah sakit psikis dan fisik ada juga Kepala Sekolah suami istri (tidak saya sebutkan namanya) yang datang ke rumah membawakan sup hangat. Perhatian itu tidak mungkin saya lupakan terlebih dua orang kepala sekolah tersebut telah membantu saya dan menjadi salah satu bagian dibalik kesuksesan inovasi saya. 

Saya ikhlas terpuruk, saya ikhlas berada di titik 0, saya iklas sekarang kataku. Walaupun berat melangkah dengan berbagai beban hidup namun saya tetap menjalani kehidupan ini. Allah SWT memang benar benar selalu sayang kepada hambanya dan itu saya rasakan sendiri. Dikondisi terpuruk itu, Allah SWT hadir memberikan keajaiban yang tidak diduga-duga dan itu sangat menghibur saya. Alhamdulillah, yang pertama saya senang sekali dinyatakan lulus menjadi Fasilitator Sekolah Penggerak program Kemendikbudristek walaupun awalnya masih sebagai fasilitator cadangan dan yang kedua seperti ada yang membisikkan untuk tetap berinovasi dan saya pun terdorong untuk menuntaskan salah satu inovasi yang masih berproses yakni Magang Mandiri dengan membentuk Komunitas Magang Jurusan Ilmu Perpustakaan (KOMAJIP) dan membuat 1 inovasi baru yakni Mini Pustaka Mart (MPM) bersama Ibu Relawan Baca yang tidak lama kemudian saya tiba-tiba didatangi langsung oleh Manajer Telkomsel untuk membantu mewujudkan inovasi MPM. Inovasi Mini Pustaka Mart: Gade-Gade Pustaka akhirnya murni bisa berjalan tanpa biaya APBD dan mendapat dukungan teman-teman dan pimpinan. Saya yakin Allah SWT telah menggerakkan dan mengirimkan mereka semua untuk membantu saya. “Saya benar-benar dikelilingi oleh Perempuan-Perempuan Hebat”, kataku karena sebagian besar yang membantu saya adalah perempuan.

Rasa sakit dan terpuruk sedikit demi sedikit terobati. Saya pun mulai menikmati kehidupan baru saya sebagai Fasilitator dan tetap juga sebagai inovator dan bekerja sebagai pustakawan. Pernah terpikir untuk pindah kantor bahkan sudah mensurvey lokasi baru. Niatan pindah kali ini adalah ide kedua saya setelah niatan pindah yang pertama di tahun 2015 buyar karena 1000% tidak direstui pimpinan. Saya sempat berujar jika seandainya dulu saya pindah mungkin perjalanan hidupku tidak seperti ini dan saya bisa melanjutkan pendidikan lagi. Niatan pindah untuk yang kedua pun gagal karena proses pindah yang berbelit-belit. Mungkin ini sudah takdirku, kataku. Saya harus menerima dan menjalaninya. Saya pun mulai menyibukkan diri lagi agar mengurangi semua kegelisahan saya. 

Alhamdulillah Inovasi Magang Mandiri lolos di Tingkat Provinsi Tahun 2022 dan Mini Pustaka Mart: Ga’de-Ga’de Pustaka meraih juara 1 Tingkat Kota Makassar Tahun 2022 dan saya pun mendapatkan kontrak tugas dari Kemendikbudristek melalui Balai Besar Guru Penggerak (BBGP) Sulawesi Selatan untuk bertugas di Kepulauan Selayar yang tidak pernah saya mimpikan sebelumnya. Saya pun menyadari, keajaiban Allah SWT tidak dapat dihalangi. Saya kadang tidak habis pikir, dengan pendidikan S-1 saya bisa berkumpul bersama teman-teman fasilitator yang sudah bergelar Doktor dan Professor. Berbekal dari pengalaman inovasi sajalah saya bisa lolos menjadi fasilitator dari unsur praktisi pendidikan. 

Saya juga tidak menyangka dilibatkan di berbagai kegiatan sebagai narasumber baik yang berhubungan dengan Fasilitator Sekolah Penggerak maupun yang berhubungan dengan kepustakawan dan inovasi seperti berbagi praktek baik di kegiatan Balitbangda Provinsi Sulawesi Selatan, kegiatan inovasi di Dinas Pendidikan Kota Makassar dan kegiatan Kota Layak Anak (KLA) di Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kota Makassar. Kemudian dipercayakan sebagai Dosen Khusus Ilmu Perpustakaan di UIM Makassar, sebagai Asesor Perpustakaan dan yang bikin kaget juga dipercayakan sebagai juri Pustakawan Berprestasi Terbaik Tingkat Nasional oleh Perpustakaan Nasional RI.

Hasil inovasi berupa materi inilah yang mungkin saya dapatkan tanpa harus berharap dari lembaga atau institusi. Hasil itu saya rasakan berkali-kali lipat yang tanpa saya sadari. Memang ada saya mendengar lembaga memberikan bonus bagi inovator yang telah berhasil memenangkan inovasinya dan itu langka. Sebagai manusia yang tidak sempurna dan suka mengeluh saya pun selalu bertanya-tanya dan penuh harap apa hadiah untuk inovator bahkan pertanyaan ini sempat ditanyakan oleh rekan-rekan sesama inovator se Indonesia kepada penyelenggara kompetisi inovasi. Sampai saat ini jawabannya hanya sebatas sertifikat atau piagam penghargaan untuk para inovator sedangkan bonus atau hadiahnya diserahkan ke masing-masing instansi atau pemerintah daerahnya dan yang terjadi tidak semua daerah memberikan apresiasi kepada inovatornya malah yang ada dilupakannya. 

Mereka tidak tahu bagaimana suka dukanya inovator mengabdi dan berjuang demi nama baik daerahnya dari sebuah inovasi yang dipertaruhkan dengan mengorbankan dirinya sendiri malah jika daerahnya juara yang tampil menerima penghargaan adalah kepala daerah atau pimpinanya. Cobalah pemimpin daerah bisa memandangi sejenak piagam atau tropy yang diterimanya. Siapa dibalik penghargaan ini, siapa yang sudah “berdarah-darah” berjuang, siapa dibalik ini yang sulit tidur, yang susah bahkan lupa untuk makan dan siapa dibalik ini yang lupa membahagiakan keluarganya, siapa yang dibalik ini yang sampai sakit bahkan kesulitan keuangannya, siapa dan siapa dibalik ini semua. Mungkin rasa kepekaan itu yang perlu dihidupkan oleh sosok pemimpin kita sebagai pemimpin yang mengayomi dan menyayangi bawahannya. Saya pun sempat bersedih kehilangan teman sesama inovator yang meninggal dunia sebelum dirinya sebagai inovator sepantasnya “dihargai” dan beberapa bulan sebelum meninggal sempat berkeluh kesah kepada saya. Semoga Allah SWT membalasnya dengan sempurna di sisinya.

Terlepas dari itu semua, saya percayalah Allah SWT tidak tidur dan tetap melihat hamba hambanya. Walaupun perhatian dari pimpinan dan pemerintah minim kepada inovator namun hadiah dari Allah SWT yang saya dapatkan sudah sangat menyenangkan hati. Setidaknya kalau dihitung sudah lebih ratusan juta plus jalan-jalan puluhan kali di beberapa daerah dan kepulauan yang telah saya dapatkan dari kebaikan Allah SWT dengan berbagai kegiatan yang telah saya sebutkan diatas walaupun dengan jalan yang berbeda saya harus menjemput hadiahnya itu selama kurun waktu 2,5 tahun. Hadiah-hadiah tersebut akhirnya dapat melunasi sebagian besar tagihan hutang saya seperti rumah, kendaraan hingga pinjaman keluarga dan teman. Kondisi keuangan keluarga pun mulai stabil dan saya pun mulai merasakan ketenangan menjalani kehidupan. Kalau ada yang bertanya berapa hadiah materi dari inovasi, saya katakan bisa ratusan juta kalau sabar, kataku. Tetapi hadiah bukan semata mata dari materi saja namun rata-rata pertanyaan itu yang sering muncul.

Sebuah badai besar ditengah-tengah saya berinovasi. Saya pun mulai sadar untuk tidak lagi memaksakan diri berinovasi walaupun jiwa berinovasi tetap ada. Saya rasa perjuangan saya sudah cukup dengan melahirkan 10 Inovasi dan saya ingin mendorong teman-teman yang lainnya untuk berinovasi. Harapannya ke depan para inovator tidak saja dituntut menghasilkan inovasi tetapi bisa diperhatikan oleh pemerintah dan kalau bisa pekerjaan inovasi menjadi salah satu kegiatan profesi abdi negara dalam meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Para inovator itu adalah seorang visioner yang menjaga organisasi tetap tumbuh berkembang dan adaptif dengan berbagai perubahan.

Jika peran inovator belum juga diperhatikan, percayalah teman-teman inovator kebaikan kita akan dibalas dengan kebaikan dan tetaplah menebar kebaikan seperti kita menabur benih dan kita tidak akan tahu kapan akan memanennya. Itulah yang bisa menjadi semangat dalam bekerja dan berinovasi. Saya juga bersyukur teman teman yang telah membantu saya berinovasi sebagian besar telah sukses mengembangkan kariernya dan itu juga buah dari kesabaran dan pengabdiannya mereka. Lebih bersyukur lagi dapat membantu puluhan Mahasiswa dari Jurusan Ilmu Perpustakaan dapat bekerja diberbagai Perpustakaan setelah mengikuti program magang dari salah satu inovasi yakni inovasi Magang Mandiri dan membantu banyak mahasiswa S-1 dan S-2 dari berbagai perguruan tinggi yang menyelesaikan studinya dengan keberadaan inovasi. Belum lagi keberhasilan teman-teman pendongeng dan pegiat literasi setelah sebelumnya bergabung dengan inovasi di Perpustakaan.

Saya pun sekarang ini tidak lagi berharap banyak untuk bisa kuliah dengan bantuan beasiswa dari inovasi. Saya baru tersadar saat mendengar teman saya yang saat itu bersamaan diwawancarai oleh kampus saat mengikuti seleksi S2. Saat ditanya, Anda mendapat beasiswa atau bantuan dari lembaga atau kantor? Tidak jawabnya. Kemudian pihak kampus bertanya lagi, bagaimana nanti biayanya jika tidak mendapatkan bantuan. Teman saya menjawab, Insyaallah saya dikasih beasiswa dari Allah SWT. Kata-kata itu akhirnya menguatkan dan memantapkan saya yang tentunya sudah tidak muda lagi dan memutuskan kembali ke kampus almamater saya setelah 21 tahun saya tinggalkan dengan tekad bulat di hati saya, saya yakin Insyaallah bisa kuliah lagi dengan Beasiswa dari Allah SWT….Aamin yra.*)

Facebook Comments Box
ADVERTISEMENT