Beranda Kampus Mahasiswa KKNT Unhas Dorong Ekonomi Kreatif Lewat Pelatihan Hidroponik Mandiri di Desa...

Mahasiswa KKNT Unhas Dorong Ekonomi Kreatif Lewat Pelatihan Hidroponik Mandiri di Desa Benteng

0

Matakita.co, Pangkep- Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKNT) Universitas Hasanuddin (Unhas) Gelombang 114 terus menghadirkan inovasi bagi masyarakat desa. Kali ini, mereka memperkenalkan sistem pertanian modern tanpa tanah, yakni hidroponik, kepada pemuda Karang Taruna di Desa Benteng, Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan.

Program bertajuk “Pemberdayaan Karang Taruna Melalui Pelatihan Hidroponik mandiri Untuk Mendorong Ekonomi Kreatif Di Sektor Pertanian Desa Benteng” kegiatan ini mulai dilaksanakan pada 20 Juli 2025 di Posko KKN Desa Benteng.

Putri Velia Isak, mahasiswa dari Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Unhas, menjadi penanggung jawab kegiatan yang bertujuan untuk mengenalkan alternatif berkebun yang hemat lahan, efisien, dan ramah lingkungan.

“Hidroponik adalah metode bercocok tanam yang sangat cocok diterapkan di daerah dengan keterbatasan lahan. Dengan memanfaatkan botol bekas dan larutan nutrisi, kita bisa menanam sayur-mayur tanpa memerlukan media tanah,” jelas Putri dalam sesi pembukaan.

Lebih lanjut Putri juga menambahkan bahwa Kegiatan ini diawali dengan pengenalan teori dasar hidroponik, dilanjutkan dengan praktik langsung menanam sayuran menggunakan sistem wick atau sumbu. Para pemuda Karang Taruna tampak antusias mengikuti langkah demi langkah proses pembuatan media tanam, mulai dari memotong botol bekas, mencampur nutrisi, hingga menanam bibit sayuran seperti sawi dan kangkung. tambahnya

Selanjut Putri juga menjelaskan selain efisien dalam penggunaan ruang, sistem hidroponik juga dinilai lebih higienis dan minim risiko terhadap serangan hama. Dalam jangka panjang, metode ini diharapkan dapat menjadi solusi pertanian alternatif yang berkelanjutan. paparnya

Ketua Karang Taruna Desa Benteng, Basiruddin menyambut baik program ini. Ia menilai metode yang diperkenalkan sangat bermanfaat dan mudah diaplikasikan. Namun, ia juga mencatat adanya tantangan dalam pengadaan bahan. “Kegiatannya sangat berdampak bagi masyarakat, cara perawatan dan pengerjaannya pun mudah dipahami serta bisa langsung dipraktikkan. Hanya saja, ada sedikit kendala pada bahan, terutama cairan nutrisi pengganti pupuk yang harus dibeli dan tidak selalu tersedia di desa,” ujar Basiruddin.

Basiruddin juga berharap meski demikian antusiasme peserta terlihat jelas. Banyak dari mereka mulai tertarik mencoba metode ini di rumah masing-masing. Dengan semangat kolaborasi, program ini diharapkan menjadi pemicu lahirnya kebun-kebun hidroponik mandiri di Desa Benteng. (**)

Facebook Comments Box
ADVERTISEMENT