Matakita.co, Surabaya – Suasana berbeda tampak di halaman Masjid Ar-Royyan Muhammadiyah Buduran. Lampu gantung yang berjejer rapi menciptakan nuansa hangat layaknya kafe kekinian. Puluhan remaja yang baru saja menunaikan salat Isya berjamaah berkumpul, bukan sekadar nongkrong, melainkan mengikuti kajian remaja bertajuk “The Saturnight”, program rutin garapan Arroyyan Youth Squad. Sabtu, (23/8/2025).
Malam itu, kajian terasa istimewa karena menghadirkan tamu spesial, Diodiadon—influencer Gen Z sekaligus pegiat dakwah asal Yogyakarta. Selain aktif berdakwah melalui media sosial, ia juga dikenal sebagai tim kreatif Masjid Raya Al Falah Sragen dan pendiri komunitas Real Masjid Yogyakarta.
Dengan santai memangku gitar, Diodiadon membuka kajian bertema “Tenang Bukan Berarti Tak Berjuang: Menjaga Kewarasan di Tengah Ujian Hidup.” Ia menggunakan bahasa gaul khas anak muda, sesekali memetik gitar dan menyanyi, sebelum menyelipkan pesan-pesan tentang cinta, keluarga, pertemanan, hingga kesehatan mental.
“Cinta itu tidak dilarang dan diperbolehkan. Cinta yang dilampiaskan dengan cara yang benar bisa menjadi pahala. Tapi jika salah, bisa jadi dosa,” ucapnya.
Menurutnya, ada lima aspek utama yang kerap jadi tantangan remaja: cinta, uang, teman, keluarga, dan kesehatan mental. Jika tidak bijak mengelola, anak muda mudah terjebak dalam overthinking. Karena itu, menurutnya, belajar agama perlu dikemas lebih asyik sambil ngopi, ngemil, bermain gitar, bahkan bernyanyi bersama seperti pada malam itu.
The Saturnight sendiri sudah dua kali digelar di Masjid Ar-Royyan. Kehadirannya selalu menarik minat peserta, tidak hanya dari Sidoarjo dan Surabaya, tetapi juga dari Pandaan hingga Mojokerto. Acara yang dimulai pukul 19.30 WIB hingga 22.30 WIB itu berjalan hangat dan penuh interaksi, membuat waktu tiga jam terasa singkat.
Rozaq Akbar, pengasuh Muhammadiyah Boarding School Porong, menilai The Saturnight memberi ruang penting bagi remaja untuk belajar dakwah sekaligus mengasah keterampilan.
“Masjid harus menjadi tempat yang menarik bagi generasi muda, agar mereka punya bekal berharga untuk dikembangkan,” ujarnya.
Sementara itu, Ridwan Manan, Ketua Takmir Masjid Ar-Royyan Muhammadiyah Buduran, menegaskan bahwa konsep kajian ini dirancang sesuai kebutuhan generasi Gen Z dan milenial.
“Kajian seperti ini menjadi salah satu cara Masjid Ar-Royyan hadir untuk generasi muda dengan konsep yang membahagiakan, menyenangkan, dan santai,” katanya.
Peserta pun merasakan manfaatnya. Jelita, remaja asal Kebraon, Surabaya, mengaku terkesan.
“Konsepnya unik, tidak monoton. Semoga Masjid Ar-Royyan terus mengadakan kegiatan seperti ini,” ungkapnya.
Melalui program The Saturnight, Masjid Ar-Royyan Muhammadiyah Buduran membuktikan bahwa dakwah tidak harus kaku. Dengan kreativitas, masjid bisa menjadi rumah kedua bagi generasi muda—tempat belajar agama yang santai, inklusif, menyenangkan, dan penuh makan.









































