Matakita.co, Makassar — Suara dari masa lalu kembali bergema di Kota Daeng. Pameran “Suara Masa Lalu, Warisan Masa Depan” resmi dibuka pada 20 September 2025 di Riwanua, Blok H14 Unhas, Tamalanrea. Hingga 22 September mendatang, pengunjung diajak menyelami perjalanan musik Makassar dari era kolonial hingga pasca-kemerdekaan.
Pembukaan pameran ditandai dengan sambutan Arwan Tjahyadi, tokoh masyarakat Tionghoa Makassar sekaligus pemerhati sejarah kota. Turut hadir pula Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XIX Makassar yang meresmikan acara tersebut, menegaskan pentingnya pelestarian jejak budaya lewat musik.
“Piringan hitam adalah saksi sejarah. Ia merekam bukan hanya alunan musik, tetapi juga identitas dan perjalanan sebuah kota,” ujar Arwan.
Pameran ini menampilkan koleksi piringan hitam langka yang memperlihatkan pengaruh budaya lokal, Melayu, dan Eropa dalam musik Makassar. Dari lagu-lagu era kolonial hingga rekaman pasca-kemerdekaan, setiap piringan membawa cerita tentang dinamika masyarakat di masanya.
Kegiatan ini digagas oleh Ansar Mulkin Bas, pemilik Celebes Vintage, yang berkolaborasi dengan Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XIX. Selain pameran, pengunjung juga dapat mengikuti diskusi publik mengenai sejarah piringan hitam dan perannya dalam perkembangan musik serta kehidupan kota Makassar.
“Kami ingin generasi muda menyadari bahwa musik bukan sekadar hiburan, melainkan warisan yang harus dijaga dan diwariskan,” kata Ansar.
Lebih dari sekadar ruang nostalgia, pameran ini menjadi titik temu pecinta musik, peneliti, kolektor, hingga masyarakat umum. Diskusi yang digelar diharapkan mampu memperkaya pemahaman tentang hubungan antara musik, sejarah, dan identitas budaya Makassar.
Pameran “Suara Masa Lalu, Warisan Masa Depan” hadir sebagai pengingat bahwa suara masa lalu tetap hidup dan relevan. Dari piringan hitam yang berputar, generasi kini diajak memahami nilai sejarah, merawat warisan budaya, dan mewariskannya bagi masa depan Kota Makassar.