Beranda Lensa Jasmerah! Koordinator I Jamdatun, Ferry Tas Dt. Toembidjo Ziarah ke Makam Sang...

Jasmerah! Koordinator I Jamdatun, Ferry Tas Dt. Toembidjo Ziarah ke Makam Sang Proklamator Ir. Soekarno

0

Matakita.co, Blitar (02/10) – Jangan lupakan sejarah (Jasmerah) merupakan ungkapan Sang Proklamator bangsa, Ir. Soekarno, agar setiap generasi mencintai bangsa dan negaranya dengan selalu mengingat perjuangan dan pengorban pahlawannya, hal inilah yang diakukan oleh Koordinator I pada Jaksa Agung Muda Bidang Perdata dan Tata Usaha Negara (Jamdatun), H. Ferry Taslim., S.H., M.Hum., M.Si., Dt. ToembidjoUsai menunaikan tugas negara dalam sebuah forum resmi di Kabupaten Blitar,  Kejaksaan Agung Republik Indonesia, melangkah perlahan menuju makam Sang Proklamator, Ir. Soekarno, sebelum kembali ke Jakarta.

Langkah itu tampak sederhana, namun di dalamnya terpantul gema sejarah yang tak pernah sirna. Di hadapan pusara Bung Karno, seorang pejabat negara sekaligus pemangku adat Minangkabau itu menundukkan kepala dengan khidmat. Hening yang tercipta seolah menjelma menjadi dialog sunyi, perjumpaan lintas zaman antara sang pendiri bangsa dengan pewaris pengabdian negeri.

Perjalanan jiwa itu tak berhenti di pusara. Beliau lalu menapaki lorong-lorong Perpustakaan Proklamator Bung Karno, tempat buku-buku tua, manuskrip, dan dokumen perjuangan tersimpan abadi. Di ruang penuh hikmah itu, seakan terbentang jembatan batin yang menghubungkan masa lalu dan masa kini; cita-cita yang dulu diperjuangkan dengan darah dan air mata, kini dilanjutkan dengan pengabdian dan kesetiaan.

Ada satu kebetulan yang sesungguhnya bukan kebetulan: Ferrytas berasal dari Bukittinggi, tanah yang sama melahirkan Bung Hatta, pasangan abadi Bung Karno dalam memproklamasikan kemerdekaan. Dari Bukittinggi menuju Blitar, dari Bung Hatta menuju Bung Karno, dua poros sejarah bangsa kini seakan dipertemukan dalam langkah seorang anak bangsa yang tengah menunaikan amanah zamannya.

Bung Karno dan Bung Hatta adalah dua jiwa besar bangsa. Yang satu adalah api yang membakar semangat, yang satu adalah telaga yang menyejukkan akal. Keduanya melahirkan Indonesia merdeka. Ziarah ini bagi saya bukan sekadar kunjungan, tetapi pengingat bahwa setiap pengabdian hari ini adalah bagian dari menjaga api perjuangan mereka agar tak pernah padam, ujar Ferrytas, suaranya lirih namun menyiratkan getar haru.

Kunjungan singkat itu meninggalkan kesan mendalam, bahwa pengabdian kepada negeri bukanlah sekadar kewajiban birokrasi, melainkan warisan sejarah, amanah luhur, dan janji batin yang harus dijaga dengan setia. Di bawah langit Blitar yang redup, di antara pusara dan buku-buku perjuangan, langkah beliau berbisik lembut:

“bahwa bangsa ini hidup karena ingatan, dan kuat karena generasi penerusnya setia menjaga api yang diwariskan.”

Facebook Comments Box
ADVERTISEMENT