Matakita.co, Makassar — Selama lebih dari dua bulan, sekelompok ibu-ibu penyintas HIV/AIDS (ODHA) di Makassar menunjukkan transformasi luar biasa. Mereka bukan lagi sekadar penerima stigma, tetapi kini menjadi perempuan tangguh yang mandiri berkat program Rise of Heroes, bagian dari Program Kreativitas Mahasiswa Pengabdian kepada Masyarakat (PKM-PM) di bawah naungan Kementerian Pendidikan, Sains, Riset, dan Teknologi.
Program ini digagas oleh Tim Rise of Heroes Universitas Hasanuddin, yang berfokus pada pemberdayaan ekonomi dan peningkatan kepercayaan diri ibu-ibu ODHA melalui pelatihan keterampilan dan kewirausahaan.
“Kami ingin ibu-ibu ODHA menyadari bahwa mereka punya potensi besar. Bukan hanya tentang membuat produk, tapi juga menumbuhkan rasa percaya diri bahwa karya mereka bernilai dan bisa diterima masyarakat,” ujar Putri Seruni Auliyah, Ketua Tim Rise of Heroes kepada matakita.co (5/10/2025)
Kegiatan dilaksanakan secara bertahap. Tahap pertama berfokus pada pelatihan keterampilan membuat produk kreatif berbahan ramah lingkungan. Selanjutnya, peserta mengikuti sesi kewirausahaan yang mencakup manajemen usaha, strategi pemasaran, branding produk, hingga pengelolaan keuangan sederhana dengan menghadirkan mentor profesional di bidangnya.
Puncak kegiatan ditandai dengan Market Day and Festival, di mana para ibu tampil percaya diri memamerkan sekaligus menjual hasil karya mereka kepada masyarakat. Antusiasme pengunjung menjadi bukti nyata keberhasilan program.
“Saya beli dua lilin aromaterapi. Aromanya enak sekali, kemasannya juga menarik,” kata Angga, salah satu pengunjung.
Sementara itu, kebahagiaan terpancar dari wajah para peserta.
“Dulu saya sama sekali tidak percaya diri, apalagi untuk bikin usaha. Tapi setelah ikut kegiatan ini, alhamdulillah saya bisa belajar bikin produk dan merasa lebih berani. Rasanya hati ini senang sekali, ada harapan baru untuk kami,” tutur Kak Nana, salah satu peserta program.
Melalui program ini, Tim Rise of Heroes ingin menyampaikan pesan sederhana namun bermakna: Love is stronger than stigma — kasih sayang dan dukungan lebih kuat dari diskriminasi. Dari ruang kecil pemberdayaan ini, harapan baru tumbuh, membawa pesan bahwa setiap manusia berhak untuk berdaya dan dicintai.
