Beranda Literasi MERAYA MERUPA MERUANG: Tujuh Tahun MAIM Menjaga Napas Seni Rupa Makassar

MERAYA MERUPA MERUANG: Tujuh Tahun MAIM Menjaga Napas Seni Rupa Makassar

0

Matakita.co, Makassar – Makassar kembali berdenyut dalam ritme seni pada 23 November 2025, tepat tujuh tahun setelah Makassar Art Initiative Movement (MAIM) lahir dari sebuah niat sederhana: memberi ruang bagi tumbuhnya seni rupa kontemporer di Kawasan Timur Indonesia.

Sejak berdiri pada 23 November 2018, MAIM bukan sekadar komunitas. Ia tumbuh menjadi gerakan, tempat berbagai ide dan imajinasi bertemu, berebut ruang, lalu saling menguatkan. Di ulang tahun ketujuhnya, MAIM merayakan perjalanan itu melalui tema “MERAYA MERUPA MERUANG”, sebuah frasa yang tidak hanya puitis, tetapi juga mencerminkan filosofi gerak mereka selama ini.

Menjenguk Kembali Jejak Perupa Makassar

MERAYA, dalam bahasa Makassar, berarti menjenguk—mengunjungi dengan niat baik. Pada perayaan kali ini, MAIM seolah mengajak siapa pun untuk menjenguk kembali lembaran perjalanan panjang mereka: pameran, diskusi, karya, perdebatan, dan gairah yang tak pernah padam.

Melalui pameran karya para perupa MAIM, diskusi, serta bincang seni, momen tujuh tahun ini menjadi upaya menghidupkan kembali ingatan kolektif tentang bagaimana seni rupa Makassar bertumbuh, berubah, dan terus bergerak.

Di tengah perayaan, tersaji pula tujuh jenis kue tradisional Bugis-Makassar—sebuah penghormatan pada akar budaya yang menjadi identitas, sekaligus simbol bahwa seni dan tradisi adalah dua napas yang tidak bisa dipisahkan.

Merupa: Membaca Lagi Bentuk-Bentuk Perjalanan

“MERUPA” adalah proses mengenang kembali bentuk dan rupa perjalanan seni MAIM. Dalam konteks ini, merupa berarti menyisir ulang karya, gagasan, hingga jejak pameran yang pernah mereka hadirkan. Ia adalah refleksi atas apa yang telah dilakukan, sekaligus penanda bahwa seni rupa Makassar tidak pernah berjalan mundur.

Setiap karya yang dipamerkan dalam perayaan ini menjadi potret evolusi gagasan, dinamika, dan karakter masing-masing perupa. Ada yang menafsir ulang ruang urban, ada yang mengolah memori personal, ada pula yang merespons isu sosial dan budaya kota.

Meruang: Seni yang Hidup di Lorong-Lorong Kota

Jika meraya mengajak menengok masa lalu, maka MERUANG adalah undangan untuk melihat masa kini—tentang bagaimana MAIM berkesenian tanpa batasan ruang konvensional. Mereka tidak menjadikan galeri sebagai satu-satunya altar seni. Justru, lorong-lorong kota menjadi rahim bagi gagasan-gagasan mereka.

Di sebuah lorong kecil, Artmosphere Studio menjadi saksi. Rumah petak yang dirintis Jenry Pasassan sejak 2020 ini berkembang menjadi ruang berkumpul, berdiskusi, dan bereksperimen. Tempat kopi dan karya berpadu tanpa batas. Sebuah rumah yang sederhana, namun penuh kehangatan dan konsistensi.

Dalam catatan Jenry, MAIM adalah entitas yang hidup—dinamis dan mandiri. Dengan segala keterbatasan, mereka tetap menggelar pameran kolektif, diskusi isu seni rupa, hingga menginisiasi Rally Art (Reli Rupa) kedua pada masa pembatasan sosial tahun 2020.

MAIM tidak memilih jalan yang mudah. Namun mereka memilih jalan yang penting.

Embrio MAIM dan Jejak Kolaborasi

Sejarah MAIM tidak lepas dari figur Melani Setiawan, seorang dokter sekaligus pengamat seni rupa yang telah akrab dengan dunia seni lebih dari empat dekade. Dikenal sebagai “Ibunya Para Perupa”, Melani menjadi inspirator lahirnya MAIM.

Pada malam Jumat, 23 November 2018, di Etika Cafe Makassar, MAIM diresmikan—sebuah momen yang kelak dikenang sebagai titik balik seni rupa Makassar. Hadir pula I Wayan Seriyoga Parta (kurator), Irvan Jauri (pemilik Etika Cafe), dan sejumlah pemerhati seni lainnya. Malam itu, Makassar masuk ke dalam peta seni rupa kontemporer Indonesia.

Periset Wa Ode Saritilawah merekam kisah ini dengan akurat, menegaskan bahwa MAIM adalah hasil dari sebuah tekad kolektif untuk membangun seni rupa di Sulawesi Selatan.

Tujuh Tahun yang Menyala

Hari ini, tujuh tahun setelah kelahirannya, MAIM terus menjadi barometer seni rupa Makassar. Mereka tidak hanya menjaga nyala kreativitas, tetapi juga membuka ruang bagi generasi baru seniman untuk tumbuh.

Perayaan MERAYA MERUPA MERUANG bukan sekadar acara ulang tahun. Ia adalah manifestasi dari:

  • perjalanan ruang
  • pertumbuhan rupa
  • dan perjumpaan berbagai makna yang dibawa para perupa

MAIM telah menjadikan lorong sebagai studio, kota sebagai galeri, dan waktu sebagai kurator perjalanan mereka.

Dan dari Makassar, gema seni itu terus mengalir ke berbagai penjuru.

Facebook Comments Box
ADVERTISEMENT