Beranda Mimbar Ide Menuju Indonesia Purba

Menuju Indonesia Purba

0

Oleh : Furqan Jurdi*

Abad ke-21 oleh semua orang di dunia ini disebut sebagai abad informasi, yang ditandai dengan perkembangan pesat alat komunikasi yang berjibun banyknya, media sosial yang menjamur di internet, dan itu bisa diakses secara Cuma-Cuma oleh semua orang, baik dari yang berkelas elit hingga petani kampung. Seperti misalnya Facebook, yang sudah menjadi populer bagi semua orang. Seakan-akan tidak sah orang kalau tidak memiliki Android dan memiliki akun facebook. Akun ini telah menjadi alat bagi setiap orang untuk mengekspresikan diri, mempolulerkan kegiatan, yang penting lagi saling tukang informasi dan silaturrahim jarak jauh, dan lain sebagainya.

Namun ditengah antusiasme masyarakat dunia, khususnya masyarakat Indonesia akan adanya media sosial itu, oleh orang-orang moderen yang terpelajar dirasa cukup mengganggu. “Orang moderen” berpikir bahwa akan alangkah lebih baiknya semua itu dihilangkan di negara Indonesia. Semua pemilik akun media sosial merasa cukup kaget dengan keinginan orang-orang yang terpelajar itu, dia adalah menteri Komunikasi dan Informasi Republik Indonesia. Seorang menteri yang sekolahnya tinggi, ilmunya tinggi, ia belajar komunikasi dan informasi, dia hidup dalam udara abad ke 21 namun dia anti informasi dan alat komunikasi seperti media sosial. Sepertinya ia diperintah oleh Tuannya untuk membawa Indonesia menuju Indonesia purba.

Disini kita bisa bertanya, siapa yang otak zumud dan terbelakang? Selama ini orang Islam dibully di media sosial bahwa orang Islam tidak boleh Pakai Facebook, twitteran, instagram, telegram, Hp, laptop, mobil, motor dan lain-lain, itu bid’ah, kata mereka mengejek ummat Islam. Padahal ummat Islam tidak pernah mengatakan seperti itu. Nyata-nyatanya sikap Pemerintah sekarang lebih zumud dari tuduhan itu.

Ia ingin menyeret kita ke zaman purba, menuju zaman yang jauh beribu abad yang lalu. Ia memaksa kita untuk kembali kezaman dimana orang buta akan tekhnologi dan memaksa kita untuk menuju jurang ketertinggalan. Sungguh cukup mencengangkan bagi kita semua.

Tak terpikirkan kita kembali menjadi manusia-manusia yang hanya tahu kayu, batu, batu, tongkat, kapak, parang, cangkul dan sekawanannya. Kita diajak untuk menjadi menuju kepada kemuduran. Dimana komputer belum ada, handphone belum ditemukan, lampu belum ada, kita hanya meraba kembali dalam kegelapan setelah tekhnologi dan informasi memberikan jalan terang. Kita dipaksa ke zaman kegelapan. Kita disuruh kembali ke zaman yang Slogannya “homo homuni lupus” Dimana disana tidak ada lagi akal merdeka, yang kuat membunuh yang lemah, yang berkuasa berkhotbah dengan nada ringan lalu menembak mati si terpidana yang tak bersalah. Kita kembali kawan, menuju Indonesia purba.

Orang-orang malang akan kembali diseret dengan rantai besi dikaki, dilatih untuk menjadi budak-budak, yang selalu menyerahkan jiwanya kepada penguasa lalim, meskipun nurani menantang itu. Kita diajak oleh penguasa untuk kembali kawan, kembali kezaman sebelum Yesus digantung ditiang salib.

Oh indonesiaku, negara yang dikuasai oleh pemerintah dengan intrik-intrik busuk, dikuasai oleh para manusia-manusia yang telah menaruh isi kepalnya dilaci meja lalu berjalan ditengah jalan dengan kepala tanpa isi, memandang dengan mata kosong, lalu berteriak dengan lantang bahwa kita harus membawa negara ini pada keterbelakangan, sambil menunjuk darah dan nanah yang berbanjiran dan memperlihatkan puing-puing perpustakaan Iskandaria yang dibakar oleh Uskup Agung.

Oh Indonesia, kini dipegang oleh orang yang bermental buruk, kalah bersaing dengan rakyat semua dianggap tidak perlu. Dari awal pencitraan dan berakhir dengan tangkap basah, bahwa pencitraannnya kini sudah tidak laku. Mereka memakai propaganda media ini untuk memenangkan pertarungan yang licik, lalu setelah tertangkap basah di media tempat mereka bercitra, mereka kalah dalam pertarungan opini, mereka ingin menghancurkan segala kemajuan yang telah dicapai. Oh Pemerintah yang buruk!!! Pemerintah penuh dengan kebohongan-kebohongan licik yang salah.

Saudaraku, marilah kita ingat sepotong kata dari Nurcholis Madjid “Kalaulah seandainya perpustakaan Iskandaria tidak dibakar, maka kemungkinan besar Albert Einstein lahir lebih dulu daripada kelahiranya, atau sama sekali tidak lahir, karena zaman sudah maju. Kalau seandainya Perpustakaan itu tidak dibakar dan Hypatia tidak dicincang kita semua sudah terbang pulang pergi ke bulan”. pemerintah kita mirip dengan pembakar perpustakaan iskandaria pada abad ke 4 atau ke 5 masehi itu.

Sekarang akses tekhnologi ingin mereka hancurkan, menyeret kita kepada kemunduran akal dan keterbelakangan informasi dan ketertinggalan berita. Dunia membutuhkan informasi itu, Indonesia dan seluruh rakyatnnya membutuhkan akses informasi yang cepat, dan itu hanya didapat dimedia sosial. Terlepas dari adanya propaganda politik, tapi bukankah Anda berkuasa karena propaganda pencitraan itu.? Setelah Anda ditangkap basah lalu memandang itu bahaya setelah Anda menikmatinya. Luar biasa kemunafikan yang tengah dibangun.

Wahai pemerintah yang otaknya purba, wahai kekuasaan yang anti kritik, wahai kekuasaan dengan topeng kepalsuan, kalau Anda kalah, katakan bahwa Anda telah kalah, jangan menjadikan negara sebagai tumbal keserakahan dan kekalahan Anda. Jangan seret negara dengan kebohongan yang tidak lincah. Kekuasaan yang penuh intrik-intrik jahat dengarkanlah, bahwa kemerdekaan tidak bisa Anda rampas dari jiwa-jiwa yang bebas, kemajuan tak bisa Anda hancurkan atas nama kekuasaan, karena kekuasaan umurnya hanya sebentar, sedangkan zaman masih panjang dan Anda harus tahu itu. Kami tidak akan pernah berhenti melawan.

*) Penulis adalah Presidium Nasinal Jaringan Islam Nusantara (JIN)

Facebook Comments Box
ADVERTISEMENT