Matakita.co (Limboto) – Menyoal statement Mantan Bupati Kabupaten Gorontalo 2 Periode David Bobihoe tentang Shopping Center Limboto (SCL), menuai reaksi beragam dari berbagai tokoh.
Salah satu tokoh pemuda yang juga ketua Studi Pancasila dan konstitusi (SPASi) Fakultas Hukum UIG Fanly Katili angkat bicara terkait hal tersebut, Sabtu (21/12/2019
Ditemui oleh Matakita.co, Fanly menyoroti Statemen yang dilontarkan oleh David Bobiheo seolah-olah Pemda di bawah kepemimpinan Nelson tidak mengindahkan pemberian bantuan dari Tokoh Nasional Rachmad Gobel untuk SCL.
Justru, Bupati Nelson telah mengarahkan untuk melibatkan semua pihak dalam pembangunan Kabgor. Apalagi bantuan datang dari Sosok sekelas Rachmad Gobel yang dikenal peduli akan pembangunan, salah satu bukti adalah semakin cantiknya Tower Pakaya.
“Pak Nelson sudah membantah hal tersebut, Pertanyaannya dari mana sumber berita itu ? kok justru bukan Pak Rachmad sendiri yang menyampaikan hal itu. Jangan sampai Pak David Bobihoe terindikasi membenturkan Rachmad Gobel dengan Bupati Nelson.” Ujar mantan aktivis gerakan Provinsi Gorontalo ini
Fanly menyayangkan statemen penutup tokoh sekelas David Bobihoe, yang seolah-olah tidak memperlihatkan atensi untuk pembangunan Kabupaten Gorontalo.
“Memang kita tidak ada yang bisa melangkahi ketentuan Allah, tapi statement yang menyatakan, bahwa apakah beliau (Nelson) yakin dia akan terpilih lagi adalah pola pikir yang parsial. Harusnya fokus dan konsisten pada persoalan SCL, tanpa ada embel-embel politis.” Kata Fanly
Fanly melanjutkan, sebagai Tokoh adat dan mantan Bupati 2 periode, seharusnya sudah memposisikan diri benar-benar sebagai seorang tokoh.
“Menurut saya, ada 3 fungsi yang harus diposisikan sebagai seorang tokoh, pertama fungsi Etis, Kritis, dan Partisipatis. LSM dia bisa masuk pada arena fungsi kritis, kalau tokoh sekelas seperti David Bobihoe harusnya menempatkan diri di arena fungsi Etis, dimana menjadi tempat orang untuk bertanya, meminta pandangan dan nasehat.” Imbuh Fanly yang juga ketua KANS Kabgor ini.
Fanly mengungkapkan rasa heran, banyak tokoh di Gorontalo yang berjenjang, dari seorang Aktivis mereka jadi anggota dewan, kepala daerah. Tapi pada hari ini David Bobihoe justru berbalik.
“Dari seorang bupati, gayanya sekarang seperti seorang LSM, yang justru membabi buta mengkritik kebijakan Pemerintah daerah. Seharusnya sebagai tokoh, beliau berada pada posisi bagaimana sama-sama membangun, kritikan pada dasarnya adalah vitamin bagi para Kepala Daerah, bukan soal nyinyir dan sebagainya.” Tandasnya
Dirinya merasa khawatir, perilaku yang diperlihatkan seorang David Bobihoe akan berdampak pada munculnya pemikiran di masyarakat, bahwa beliau mengalami post power syndrom.
“Beliau adalah orang yang sangat di hormati, jangan sampai orang berfikir beliau tidak bisa lepas dari bayang-bayang kebesaran masa lalunya (Post power syndrom). Saya menyarankan, dan yakin Beliau mampu menempatkan dirinya sebagai seorang yang begitu dihormati oleh masyarakat.
Diakhir penyampaiannya Fanly mengatakan, minimal ada 3 hal yang perlu ditekankan dalam membangun Kabupaten Gorontalo. Yaitu, harus saling menyabari, harus dapat mengukuhkan wawasan masa depan yang konsisten, dan dapat menentukan ukuran peran masing-masing.
“Masing-masing harus sabar, baik pemerintah, stakeholder dan sebagainya. Pak Nelson sebagai Bupati hari ini, beliau sudah punya modal untuk persoalan sabar tadi, jangan sampai kritikan dan serangan secara politis mengganggu konsentrasinya dalam membangun, karena kontrak politiknya bukan dengan lawan politik, tapi dengan masyarakat Kabupaten Gorontalo.” Tutupnya