MataKita.co, Makassqr – Kedai Kopi ‘deskopidi’ mencoba hal tak lazim dalam memberi nuansa baru kedai kopi dengan menghadirkan karya seniman lukis otididak dan berdedikasi di teras Kedai Kopi deskopidi , Kamis sore 16 Agustus 2025.
Kali ini menghadirkan karya-karya seniman asal Makassar, Alan Tola, bertitel Morning View, sebuah orkestra abstrak murni yang meneropong kompleksitas kehidupan.
Pameran tunggal kali ini turut menghadirkan Judy Raharjo, sebagai pemantik Diskusi. Tema ‘Abstraksi Sosial dalam Lukisan Alan Tola’, menjadi sajian diskusi pembuka ‘Solo Exhibition’ yang dihadiri sejumlah seniman-seniman Makassar. Pameran tunggal kali akan berlangsung selama 3 hari dan berlangsung hingga hari Sabtu.
Judy mengawali diskusi dengan pertanyaan ringan, Apa yang membuat lukisan abstrak itu memikat ? Menurut Judy, genre seni abstrak pada dasarnya menantang persepsi dan merangsang imajinasi, ingatan, dan juga respon emosional kita.
“Boleh dikatakan (abstrak) sebagai seni yang menantang cara tradisional dalam melihat dan melibatkan proses kognitif kita,” ujar Judy.
Alih-alih mengandalkan obyek yang dapat dikenali, “seni abstrak mendorong kita untuk fokus pada elemen-elemen warna, bentuk atau pola geometris, dan rupa,” lanjutnya.
Percakapan yang mengeksplorasi persimpangan bentuk selain pengalaman emosional seniman, non-representasional, turut membentuk karakter utama seni abstrak. Bagi Judy, karya Alan Tola menyajikan bentuk lanskap. Lanskap kota yang sibuk, gaduh di pagi hari, hingga malam yang hening, tanpa suara serta tekstur untuk memetakan pengalaman hidup.
Berdasar paparan pengantar dari kurator, Achmad Fauzi, karya-karya Alan Tola lahir dari proses introspeksi dan refleksi diri yang mendalam. “Ruang refleksi kontemplatif jiwa seniman Alan ingin mengungkapkan perasaan, pikiran, dan pengalaman batinnya,” lanjutnya.
Permainan warna-warna lembut nan kalem yang dibubuhi highlight terang dan kontras dalam karya-karya sosok yang merintis seni lukis dari Balikpapan ini diguratkan secara luwes dan dinamis hingga mengantar kita untuk merenungi makna perjalanan kehidupan secara tersirat.
Menurut kurator yang alumni Pendidikan Seni Rupa IKIP Ujungpandang, tahun 1996 itu, karya-karya Alan penuh dengan pelibatan eksplorasi emosi, kesadaran diri, dan pencarian makna hidup. “Kita diajak memasuki dunia seni rupa yang dipenuhi dengan nuansa abstraksi dramatik dan penuh kontemplatif,” ungkapnya.
Diskusi tersaji jelang senja dipandu Faisal Syarif, Ketua MAIM. Sore itu juga telah tercipta sebuah percakapan yang tidak mudah dan butuh perenungan makna dihadapan gelas kopi. Lukisan karya Alan yang terpajang menampilkan tekstur dalam memetakan serpihan yang kaya akan endapan pengalaman hidup. Karya-karya ini turut menuntun penikmat seni menatap komposisi yang bergerak di antara dan melampaui kutub abstrak dan figuratif.







































